Share

Chapter 9

Nadya menatap dirinya di cermin toilet, wajahnya basah karena dibasuh beberapa kali untuk menghilangkan amarah yang masih menguasainya. Kamu sudah siap Nad, bertemu lagi dengan Dimas, setidaknya Dimas mendapatkan pembalasannya meski berupa injakan kaki, tarik napas dan tenangkan diri. Nadya mengingatkan dirinya sendiri. Ia menarik napas berulang kali sehingga dirinya tenang.

Setelah merasakan ketenangan pada dirinya, kekuatan untuk menghadapi Dimas muncul kembali. Nadya menarik napasnya lagi dan mengangguk kepada dirinya sendiri di cermin kalau dirinya sudah siap. Ia mengambil tissue di atas wastafel dan menghapus air dari wajahnya. Sekali lagi ia melihat cermin untuk memastikan kalau wajahnya sudah tidak basah. Ia membuang tissue itu ke dalam tempat sampah dan mengambil kacamata yang ia taruh di atas wastafel, ia keluar tanpa memakai kacamatanya.

Di tengah jalan menuju meja cafe di mana teman temannya berkumpul Nadya melihat Dimas tertawa dan kelihatan bahagia. Tiba tiba amarahnya muncul lagi, ia menghentikan langkahnya dan duduk di kursi cafe yang kosong untuk menenangkan diri. Ia menaruh kacamatanya di atas meja dan mengangkat kedua tangan untuk menutupi wajahnya berharap dengan begitu amarahnya hilang dengan cepat.

Nadya memutar tubuhnya untuk menumpukan kedua tangannya di atas meja cafe namun sikunya menyenggol benda keras sehingga mengagetkannya. Nadya menurunkan kedua tangannya untuk melihat benda keras yang disenggolnya. Buku. Secara spontan ia menggeser buku itu sehingga berhadapan dengannya. Buku siapa ini. Philosophy. Apakah ini buku Filosofi? Meski matanya minus tapi ia bisa membaca judul buku itu karena matanya masih melihat benda benda dengan jelas jika dari dekat, hanya dari jauh saja yang kurang jelas.

Buku ini sangat tebal, covernya berwarna biru, tulisan di depannya berwarna emas. Buku seperti ini pasti sangat mahal di pasaran, bahkan orang harus pesan terlebih dulu untuk mendapatkan buku seperti ini. Nadya tahu karena dari covernya saja bahannya berbeda dengan buku buku lain, dan hanya beberapa buku yang memakai cover seperti ini, dan buku buku itu harganya semua mahal.

Sebelum Nadya mengikuti rasa ingin tahunya mengenai buku yang ia temukan, ia membaca dulu pengarang buku itu. E.S.Eyed. Tiba tiba Nadya mengangkat sebelah alisnya, sederhana sekali nama pengarangnya. Tidak sabar untuk mengetahui isinya Nadya membuka buku itu.

Belum saja dua lembar kepala Nadya sudah pusing. Buku itu bahasa Inggris semua dan Nadya angkat tangan kalau sudah berhubungan dengan bahasa Inggris. Meski begitu Nadya masih membukanya lembar demi lembar karena penasaran, siapa tahu menjadi inspirasi novelnya. Tiba tiba Nadya tertawa dengan ucapannya.

“Mencari inspirasi di buku seperti ini, kamu pasti tidak waras.” Gumam Nadya berbicara sendiri.

Nadya begitu serius membaca seakan berusaha memahami tulisan bahasa Inggris itu yang tidak dimengertinya sama sekali sehingga ia tidak menyadari kalau seseorang sudah duduk di seberang meja cafe memperhatikan dirinya.

Merasa ada yang memperhatikan dirinya, Nadya tahu ia tidak duduk sendirian lagi. Nadya mendongak dari buku itu ingin tahu siapa yang tidak sopan duduk satu meja bersamanya. Tiba tiba matanya terbelalak dan tanpa sengaja bibirnya terbuka karena terkejut.

Orang asing itu sangat tampan, pakaiannya rapi, jas hitam dan kemeja putih yang kancing atasnya sengaja dibuka. Sepertinya orang asing itu sedang istirahat dari pekerjaan kantornya. Orang asing itu memakai kacamata hitam sehingga Nadya tidak bisa melihat matanya namun hidung mancung, kulit putih dan perawakannya yang tinggi dengan tubuh atletis membuat semua orang yang melihat akan terpesona, dan wangi parfume orang asing itu sangat enak di hidungnya seakan memancarkan aura jantan yang terpancar dari tubuh orang asing itu.

Jantung Nadya tiba tiba berdetak cepat, ia seakan bingung antara pergi begitu saja dari orang asing itu atau duduk diam dan mengajaknya mengobrol, tapi itu tidak mungkin. Pertama ia tidak bisa bahasa Inggris dan kedua pengaruh orang asing itu yang membuat jantungnya berdetak cepat. Nadya tidak bisa melakukan apapun, ia hanya terdiam sambil membelalakkan matanya pada orang asing itu, dalam hati ia berharap orang asing itu tidak berbicara padanya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status