Share

4. Kenapa Harus Dia?

Konon katanya cinta adalah bahagia melihat yang dicintainya bahagia, tanpa syarat harus dengan siapa. Ingin sekali mengucapkan kata itu, tapi entah kenapa lidahku mendadak kelu

Aqila tergesa gesa masuk kedalam rumah tanpa mempedulikan keadaan sekitar. Yang ia tau, ia harus segera masuk kamar sebelum bundanya melihat dia sedang menangis.

"Qila?" Sang ibu menegur anak gadisnya yang masuk kedalam rumah tanpa salam apalagi permisi.

"Qila capek bun, mau istirahat." Qila terus menaiki tangga tanpa menoleh ke Bundanya.

"Haduh maaf ya mba Rani, Qila jadi ngak sopan padahal biasanya ngak begitu lho." Ibunda Aqila berusaha menjelaskan pada temannya.

"Ngapapa mba Aisya, biasa namanya juga anak muda. Suka badmood."  kedua teman lama itu tertawa bersama

"Iya apalagi Aqila kan sedang masa puber. huh sering dibuat jengkel saya mba." Aisya, Ibunda Aqila membuka sesi curhat siang hari ini.

"Nah sama ini, anak saya juga sering banget buat jengkel saya, tau ngak? tadi pagi bunga mawar kesayangan saya habis dipotong sama dia" Kedua Ibu Ibu itu mulai membicarakan anaknya.

"Iya? memang ya anak anak jaman sekarang, ada ada aja tingkahnya.Elang sekarang sekolah dimana?" Aisya mengajukan pertanyaan pada sahabatnya.

"Elang sekolah di di SMA NUSA BANGSA, kalo Aqila?"

"Kok sama si mba? Aqila juga sekolah disitu, atau malah mereka udah saling kenal?" Aisya antusias menjawab

"Mungkin aja, Coba biar nanti aku tanya Elang? atau aku suruh Elang jemput aku aja ya?" Rani Mama Elang menemukan ide bagus

"Benar, biar ku telephone saja Elang." Raniapun bergegas mengambil handphone untuk menghubungi anaknya.

*****

Kantin Sekolah

Empat sahabat terlihat sedang menikmati Bakso urat spesial bikinan mamang kantin.Tampak sendau gurau antara mereka.

"Jadi lu ntar pulang pertama bareng pacar baru?" Dito berkata dengan bakso yang masih penuh dimulutnya.

"Pasti dung." Terlihat raut bahagia di wajah Deo.

"Iya hallo Ma?" Elang mengangkat telephone dari mamanya, membuat ketiga sahabatnya menoleh kearahnya.

"Ngak bisa ma, Elang lagi sama temen temen, ada acara." Elang masih tampak sibuk berbicara lewat telephone genggamnya.

"Uhuk uhuk" Tiba tiba saja Elang terbatuk entah tersedak, Membuat teman temanya kaget.

"Minum ni minum!" Reno mendekatkan gelas minuman milik Elang.

"Mama mah asal nuduh, mana coba buktinya?" Elang tampak mengelak dari lawan bicaranya.

"Oh CCTV" Elang akhirnya merendahkan nada suaranya.

"Iya maaf, yaudah iya Elang jemput kesana" wajah Elang tampak murung.

Setelah telephone ditutup teman temanya langsung membrondong Elang dengan berbagai pertanyaan.

"Kenapa Lang?" Reno paling pertama bertanya.

"Lu bakal dipingit Lang?" Dito bisa bisanya masih bercanda.

"Nyokap elu dah tau Lang?" Deo yang terlihat paling khawatir, karna bagaimanapun juga ini terjadi karna dia.

Elang memandang satu persatu temannya. "Gue ke gap CCTV"

"Yah" Ketiga sahabatnya kompak menjawab

"Lupa belum gue matiin" Jawab Elang santai.

Benar, harusnya tadi Elang matikan dulu CCTV rumahnya, supaya mamanya tak tau.

"Tapi tenang aja, Mama ngak bakal bisa marah ke gue, tapi gue harus buru buru jemput Mama. Sorry ya ngak bisa ikut ngumpul lebih lama"

Lebih baik kan, hanya dihukum menjemput Mamanya. Padahal dia telah memotong bunga mawar kesayangan Mamanya.

*****

Rumah Aqila

Setelah lelah menangis seharian Aqila memutuskan untuk turun kebawah. Rasanya tubuhnya sudah mulai dehidrasi. "Ternyata patah hati menguras banyak energi." Gadis yang matanya sembab itu meneguk satu botol penuh air mineral tanpa tersisa.

"Bahkan kulkas tak bisa mendinginkan hatiku" Lagi lagi dia bertingkah konyol dengan memeluk pintu kulkas yang masih terbuka.

Ting tung

Ting tung

"Ckk.. siapa si pencet pencet bel terus, ngak liat sikon" Aqila menggerutu sendiri, sejak tadi memang  bel rumah terus saja berbunyi.

Sebenarnya dia malas sekali membukakan pintu, tapi setelah melihat sekitar, baik bundanya atau bi Irah tak ada, dengan terpaksa dia menuju ke arah pintu.

"Bunda sama bi Irah kemana si?" Aqila setengah berlari menuju ke arah pintu.

"Iya sebentar." Aqila memegang gagang pintu dan mulai membuka daun pintu.

Tapi sosok yang berdiri didepan pintunya malah sukses membuat dirinya terkejut.

"Kamu?" Aqila menunjuk seorang pria bertubuh tinggi yang masih memakai seragam sekolahnya. Bukanya dia temannya Deo yang meminta tolong kepadanya untuk merekam proses nembak tadi?.

"Hai" Pria yang ternyata elang itu malah menyapa Aqila dengan senyum yang memamerkan deretan giginya yang rapi.

"Nyari siapa?" Aqila justru gelagapan menanggapinya. Merasa bingung, bagaimana pria ini bisa tau rumahnya?.

"Mama" Jawab Elang cepat.Yang malah membuat kening Aqila berkerut?.

"Mama aku maksudnya!" Elang segera melengkapi jawaban dari pertanyaan Aqila.

"tadi mama aku minta dijemput dirumah temenya. Ehh ternyata di rumah kamu." Elang menjelaskan maksud kedatanganya.

Aqila melengok kedalam rumah, tapi tak dilihatnya siapa siapa. Tadi saat pulang, memang dia sempat melihat ada tamu dirumahnya, tapi kenapa sekarang tak ada siapa siapa dirumah?.

Apa mungkin Bundanya pergi dengan mama pria ini?Atau bisa saja pria didepanya ini bohong? hanya modus saja, sekarang kan banyak penipuan.

"Tapi didalam rumah ngak ada siapa siapa." Aqila menjawab dengan tatapan curiga. Dengan posisi masih memegang gagang pintu serta separuh tubuhnya berada dibalik pintu.

"Oh.. yaudah biar aku telphone Mama ku" Elang menjawab dengan senyum yang dipaksanakan. Dia tau, perempuan didepanya tak merasa nyaman dengan kedatanganya.

"Iya"

Elang lantas mengeluarkan handphone yang ada dikantung celananya.

"Belum diangkat" Lagi, Elang tersenyum garing, karna merasa kecanggungan. Aqila masih menatapnya curiga.

"Ahh.. Udah diangkat" Elang kembali berbicara sendiri, karna dari tadi Aqila tak sekalipun menimpali pembicaraanya.

"Ma, Elang udah didepan, iya cepet" Pria itu berbicara masih dengan melirik kearah Aqila.

"Iya Elang tungguin" Kemudian mematikan sambungan telephone nya, dan kembali memasukkan smart phone nya kedalam saku celana.

"Lagi di taman bunga belakang sama Mama kamu ternyata" Sebenarnya dia berniat memberi informasi pada Aqila. Tapi lagi lagi tak mendapatkan respon.

"Aku boleh tunggu disini?" Elang menunjuk kursi yang ada diteras Aqila. Sementara Aqila hanya menatapnya tak peduli serta bergegas menutup pintu rumahnya.

"Elang" Elang mencekal pintu yang akan ditutup Aqila. Cukup lama Aqila memandangi pria yang didepanya dan bukanya menjawab.

"Aqila." Akhirnya gadis itu mau menjawab Elang. Meski hanya singkat.

"Tunggu sebentar" Kini Elang mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. Setangkai bunga mawar putih yang tadi ditolak Deo karna berbeda sendiri dari yang lain.

Tadi nya Elang ingin memberikan kembali pada mamanya sebagai permintaan maaf. Tapi sepertinya lebih baik untuk Aqila saja.

"Ucapan terimakasih karna tadi udah ngebantuin aku sama teman temanku" Elang menyerahkan bunga itu.

Aqila ragu untuk menerimanya, bunga ini mengingatkanya pada Deo. Tadi Deo menembak Wilda dengan bunga mawar ini. Ya meski yang tadi mawar merah si.

Tapi bukanlah tak boleh menolak pemberian orang? lagi pula bunga ini sempat dipegang Deo kan pasti? apa salah nya menerimanya?. "Trimakasih" Aqila memutuskan mengambil bunga mawar putih itu dari tangan Elang.

"Ini bunga hasil nyuri kan?" Aqila bertanya dengan senyum mengembang dibibirnya. Senyum pertama sejak berbicara dengannya.

Aqila tadi sempat mendengar percakapan Bundanya dan Mama nya Elang. Dia bilang anaknya memotong semua mawar kesayangannya. Anak yang dimaksud pasti Elang kan?.

"APA?" Pertanyaan dari Aqila membuat Elang kaget dan mati kutu. Tak bisa menjawab.

*****

Dua Minggu Kemudian

Deo menghentikan memotornya tepat di depan rumah kekasihnya, Wilda.

"Udah sampai sayang" Deo segera melepas helm nya dan turun dari motor. Deo juga berniat ingin membantu Wilda melepaskan helm dikepala perempuan tercintanya.

Tapi wilda lebih dulu mencegah dengan cara melepas helm nya sendiri segera.

"Makasi" Wilda tersenyum dengan dipaksakan. Entahlah, menurut Deo, pacarnya ini berubah sikapnya sejak jadian. Tapi Deo masih berpositif thingking mungkin saja karna Wilda belum terbiasa dengan status baru mereka.

"Iya sayang, masuk gih." Deo masih berusaha keras bersikap romantis.

"Deo aku mau putus" Perkataan Wilda seperti petir di siang bolong. Menyambar pas dihatinya.

Putus? bukanya mereka baru jadian?.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status