Share

8. Pelangi Di Hati

Kamu harus cepat datang sebelum aku lelah menunggu.

Kamu harus sampai sekarang sembelum aku membeku.

Atau setidaknya kamu bahkan harus tau aku ada.

Bagaimana mungkin bisa kamu tak tau? padahal kau yang membuat pelangi dihatiku.







Seorang siswa sekolah menengah atas terlihat buru buru mendatangi sekolah. Hari ini ada ulangan dan dia sudah telat lima menit. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.05 WIB.

"Kiri Pak!" Gadis bernama Aqila itu berteriak pada kondektur bus, yang sebenarnya tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Kiri pir supir." Kondektur memberi kode dengan mengetuk bagian atap bus.

"Hati hati neng." Kondektur memperingatkan Aqila yang terlihat berlari sejak turun dari bus.

Hari ini ayahnya tak bisa mengantar kesekolah jadi ia harus naik bus, untuk pertama kalinya. Karna itu Aqila telat kesekolah karna sempat tersasar, ya bagaimana tak kesasar? ia tak tau harus berhenti dimana.

"Permisi Bu." Aqila memasuki kelas dengan takut takut. Apalagi dia baru tiga bulan pindah kesekolah ini.

"Iya masuk." Guru yang mengajar menjawab Aqila.

"Maaf Bu telat, tadi kesasar, baru pertama naik bus." Aqila berkata dengan ragu, takut Guru tersebut tak mempercayainya. Ada rasa malu juga, karna sudah sebesar ini baru pertama naik bus, kesasar pula.

Diluar dugaan, guru tersebut justru tersenyum dan memperbolehkan Aqila duduk di bangku nya. "Iya nggak papa, langsung kerjakan Ulanganya ya." Bu Andini segera menyerahkan lembar soal pada Aqila.

"Trimakasih bu." Aqila menerimanya dengan wajah senang hingga ia setengah berlari menuju meja.

"Ulangan hari ini open book, Soalnya ibu ada rapat hari ini."

"Horee..." Mendadak suasana dikelas menjadi riuh karna suara para murid yang kegirangan. Seperti bunyi paduan suara tujuh belasan.

"Sttt.. tapi jangan brisik, Aqila nanti antar hasil ulangan diruang saya ya." Bu Andini memberi tugas pada Aqila yang tentu saja disanggupi Aqila.

Setelah semua selese mengerjakan ulangan, Aqila mengantar hasil ulangan kelasnya menuju ruangan bu Andini, Ia melewati kelas X IPA 1,yang diluarnya terdapat tumpukan bangku rusak, mungkin akan diperbaiki.

srekkk

Aqila kaget mendengar suara kain robek, terdengar dari belakangnya."Jangan jangan?" Aqila segera mengecek rok bagian belakangnya. Benar saja, rok nya baru saya tersangkut paku dari salah satu bangku yang rusak.

"Kok sobek si?" Gadis bernama Aqila itu mulai panik. Bagaimana tidak? hampir separuh roh nya jaitanya telah koyak.

"Gimana dung?" Matanya sudah ingin mengeluarkan air mata. Harus minta tolong siapa? Dia baru saja pindah kesini, belum banyak teman yang dimiliki. Tidak mungkin juga memaksa untuk berjalan, bisa kelihatan hotpants yang dipakainya.

"Pakai aja." Suara berat dari seseorang mengalihkan pandangannya. Lelaki tersebut memberikan sebuah jaket berwarna biru muda dengan gambar huruf D dibelakangnya.

"Ambil aja." Kini si pria tersebut mengucapkanya sambil tersenyum. Manis sekali, fikir Aqila.

Ragu ragu Aqila menerima Jaket itu, "Makasih." Segera ia melilitkan jaket itu pada rok nya, menali simpul kedua lenga jaket pada bagian depan rok sekolahnya.

"Ngembaliinya?" Aqila bertanya dengan sedikit berteriak pada pria yang kini berjalan menuju arah kantin.

"Itu kelas aku, anterin aja kesitu kalau mau ngembaliin." Pria tadi menunjuk kelas yang ada tepat didepan Aqila

"Oh.." Hanya itu yang bisa di ucapkan Aqila, menatap pria yang menolongnya semakin mendekat kearah kantin.

"Ardeo" Aqila melafalkan nama yang sempat di liriknya pada name tag baju pria tersebut.

Aqila tersenyum mengingat perkenalan pertamanya dengan Deo. Ahhh bukan perkenalan pertama, tapi pertemuan pertama. Bagaimana mau disebut perkenalan, Deo saja tak pernah tau ada makhluk bernama Aqila disekolahan.

"Aaaaaaa" Aqila berteriak kencang saat menyadari di pertigaan depan ada motor melaju dengan kecepatan tinggi akan menabrak dirinya.

brakkk

Motor yang Aqila kendarai sukses nyungsep melewati trotoar jalan. Dengan posisi jatuh motor menimpa sebagian badannya. Untung saja satu plastik penuh bakso yang baru dibelinya tidak terpental.

"Aduh gimana si mas, bisa bawa motor nggak si?" Aqila bersiap memaki orang yang membuatnya tersungkur dari motor.

"Kalau baru belajar naik motor nggak usah kebut kebutan." Gadis bertubuh mungil itu masih terus menggerutu. Padahal jika difikir difikir Aqila lah yang baru belajar dan baru bisa naik motor.

"Maaf mba maaf, nggak ada yang luka kan?" Orang yang menabraknya mengangkat motor yang menimpa Aqila.

Suara itu?

Aqila kenal betul suara ini, tidak mungkin salah, itu suara orang yang disukainya, Deo.

"Emm i i iya iya nggak papa , nggak papa" Aqila meralat nada bicaranya menjadi lebih lembut.

Aduh udah kelanjur marah marah lagi.

Aqila kembali berbicara sendiri dalam batinnya. Ini bisa jadi kesempatan untuk Deo bisa tau dirinya, tapi Aqila sudah terlanjur marah marah. Tidak mungkin kan kesan pertama berkenalan begini?.

"Beneran nggak papa? apa perlu ke rumah sakit?" Deo menawari Aqila.

Iya sepertinya aku memang perlu ke rumah sakit,  bukan kakiku yang terluka tapi hatiku.

"Nggak usah nggak usah, nggak papa kok" Lain dimulut lain dihati memang. Apa yang sebenarnya diinginkan hati kadang tak pernah sampai ke mulut kan?. Seperti  kalimat barusan contohnya.

"Yaudah kalau nggak papa, saya permisi, buru buru soal nya"  Deo menyalakan mesinnya dan benar benar pergi.

"Tadi harusnya aku bilang ,aku kenapa kenapa" Sesalnya kemudian. Nah kan kalau begitu baru menyesal. Memang penyesalan selalu datang belakangan. Konon katanya kalau datang di awal bisa jadi pendaftaran. Jadi lebih baik datang belakangan saja. Supaya manusia bisa belajar dari kesalahan.

"Dia bahkan nggak tanya namaku." Aqila berjongkok disamping motornya.

"Mau berapa kali lagi kita ketemu tanpa dia pernah tau namaku." Aqila tak habis fikir, sudah belasan kali mereka bertemu tapi masih tak berkenalan. Bukanya itu keterlaluan?.

"Kita kira dari mana ya dia?." Jiwa keingin tahunnya kembali muncul.

"Si lelaki baik." Nama yang disematkan Aqila untuk Deo. Ya, sejak kejadian rok nya yang robek karna tersangkut paku. Lagi pula Deo memang lelaki baik, hanya nasibnya saja yang kurang beruntung.

*****

Deo mengenang semua kisah cintanya yang berakhir tragis. Ditinggalkan Wilda tanpa alasan, Diselingkuhi oleh Sthephani dan yang terakhir di campakkan Nadine.

Setelah semua yang terjadi, mulai hari ini Deo memutuskan untuk menjadi seseorang yang berbeda. Dia bertekad untuk merubah citra Deo yang lama, Deo yang lembut pada perempuan sudah tidak akan ada lagi.

"Mau pulang bareng?" Deo menyapa adik kelasnya yang berdiri sendirian di depan gerbang sekolahan.

"Saya kak?" Adek kelas tersebut memastikan Deo memang sedang berbicara dengannya.

"Iya lah kamu, kan di sekitar sini cuma ada kita berdua." Dengan senyumanya yang menawan Deo berusaha memikat  Gadis tersebut.

"Emang nya ngak papa? nggak ada yang marah kalau aku pulang bareng kak Deo? " Jawaban yang menurut Deo sebagai bentuk penerimaan. Dan lagi, gadis ini sudah tau siapa Deo, ya siapa yang tidak tau? Deo cukup terkenal kan? selain otaknya encet dia juga anggota team basket sekolahan. Wajahnya juga tampan.

"Tentu saja! Siapa nama kamu?" Setelah merasa mendapat lampu hijau Deo kembali melancarkan aksinya, untuk pertama dia harus tau siapa nama gadis itu kan? .

"Siska" Gadis itu menjawab cepat

"Nama yang indah seindah orangnya, yaudah ayo aku antar pulang." Gombalan yang sudah kadaluwarsa sebenarnya, tapi boleh lah untuk orang yang pertama merayu.

Siska. Iya benar nama yang cukup indah. Wajahnya juga cantik. Cukuplah untuk menjadi korban pertama Ke fakboi an Deo. Bukan begitu Deo?.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status