Share

6.Lihatlah Aku sekali Saja

-Aku baru saja akan mendekat, tapi entah kenapa antara kau dan aku seperti ada sekat.

Sejak kau memilih dia, aku lebih memilih membunuh perasaanku. Membiarkanya menguap dan perlahan menghilang- 

Aqila lebih memilih menjauh dari dua orang didepanya yang sedang terlibat obrolan. Lagi pula untuk apa juga disana? tidak akan dianggap juga.

"Lukanya tak parah kan?" Sthep memegang lutut Deo yang masih terbungkus perbank.

"Aaa ya jangan di pegang juga!" Deo meneriaki wanita didepanya. Bagaimanapun lututnya sedang terluka, kenapa dia main pegang pegang. Lutut dan hatinya kini sama sama sakit.

"Kamu udah putus kan sama Wilda?" Tanpa basa basi Sthep menanyakan hal se sensitif itu pada orang yang baru saja patah hati. Meski blak blakan adalah karakternya, apa tidak ada cara lain untuk bertanya?.

"Bagus lah. Dia memang tak pantas buat kamu." Bahkan belum sempat Deo menjawab tapi Sthep kembali menyambung percakapan.

"Kenapa bicara begitu? bukanya Wilda sahabat kamu?." Deo merasa heran, kenapa bisa bisanya Sthep menjelekkan sahabat nya sendiri.

"Ya memang itu kenyataannya Deo, kamu kan ganteng, pinter, baik lagi. Ngak pantes disakitin." Entah apa maksudnya tapi Sthep terus memuji Deo.

"Ya tetap saja kau tak boleh menjelekkan Wilda." Lama lama kesal juga dengan wanita satu ini. Bagaimanapun saat ini Deo masih mencintai Wilda, jadi wajar saja bila tak Terima kalau ada yang menjelekkan Wilda.

"Sini." Dengan secepat kilat Sthep mengambil handphone yang sedang dipegang Deo. Mengetik sebuah nomor dan memanggil.

"Sudah." KaliSthep mengembalikan handphone Deo yang tadi dipinjamnya.

Deo terlalu malas untk menanyakan apa saja yang diperbuat Sthep terhadap handphone nya.

"Aku tadi miscall in nomor kamu ke handphone aku." Sthep tersenyum lebar memamerkan giginya. Nah kan, tanpa ditanya pun Sthep akan menjelaskan. Dia kan paling ngak bisa diam.

"Terserah lah." Deo benar benar malas meladeni Sthep. Kepalanya sudah pusing karna memikirkan Wilda, jangan sampai tambah pusing karna Sthep.

Deo menurunkan kaki dari ranjang UKS bergegas pulang, Sebelum dua tangan menyekal Sikunya.

"Deo mau kemana?" Sthep memandang Deo tak suka, bukan artian tak menyukai Deo, justru sebaliknya, dia terlihat menyukai Deo makanya tak suka melihat Deo pergi meninggalkan dirinya disini.

"Pulang lah." Deo menjawab sekenanya.

"Aku anterin ya?" Mata belo Sthep berbinar mengucapkanya.

"Nggak usah." Deo jelas saja menolak, kenapa seorang lelaki harus diantar pulang seorang gadis? yang benar saja.

"Tapi nanti malam aku nelphone kamu ya?" Tak ada berhenti berhentinya Sthep merayu Deo.

"Kamu ini kenapa si Sthep?" Deo yang semakin tak mengerti maksud sikap Sthep dengan terpaksa bertanya.

"Aku suka kamu. Tapi kamu malah milih Wilda!" Ini untuk pertama kalinya Sthep membuang muka saat berbicara.

Tunggu sebentar? apa? dia menyukai ku? apa karna ini Wilda minta putus?.

"Jadi karna ini Wilda minta putus?" Deo berusaha menahan emosi. Jika benar alasanya karna Sthep, dia tak akan memaafkan gadis yang sedang didepannya.

Mata Sthep melotot tak terpercaya karna Deo berbicara dengan nada emosi padanya, bahkan terkesan membentak. "Ya bukan lah, Wilda mana pernah mikirin perasaan aku. Meski dia tau aku suka sama kamu dia juga tetep nerima kamu."

Sthep yang dari tadi berbicara dengan nada lemah lembut cenderunh lenje sekarang mulai berteriak.

"Wilda kan sukanya sama sahabat kamu, makanya dia mutusin kamu." Sthep terlihat sangat kesal karna Deo menuduhnya.

"Siapa?" Deo tak bisa menyembunyikan rasa penasaranya. Wilda menyukai sahabatnya? siapa? Dito? Reno? atau Elang?.

Sthep mengendikkan bahunya tanda tak tau. "Wilda cuma bilang, dia deketin kamu tu supaya bisa di comblangin sama sahabat kamu, ehh kamu salah faham. Padahal Wilda bilang bakal ngedeketin kamu sama aku kalo berhasil pacaran sama sahabat kamu. Tapi kenyataannya dia nikung aku"

"Jahat banget kan dia?.Aku tu benci sama Wilda.Tapi Deo malah nyalain Sthep" Sthep memanyunkan bibirnya.

Jadi begitulah ceritanya. Pantas saja saat Deo menembaknya dia justru menangis. Deo fikir saat itu Wilda terharu, Ternyata karna mengharapkan orang lain.

"Maaf." Bagaimana pun Deo salah karna telah menuduh Sthep, tanpa mendengar penjelasan terlebih dulu.

"Ngak papa. Kan Deo ngak tau, jadi wajar kalo Deo nganggep Sthep yang bikin Deo putus! Sthep anterin pulang ya?" Gaya bicaranya sudah kembali seperti semula. Tandanya Sthep sudah tidak marah.

"Yaudah iya." Terpaksa Deo mengiyakan permintaan Sthep, anggap saja sebagai permintaan maaf.

Sebenarnya Sthep ini baik juga, berteman dengannya tak masalah kan harusnya?.

"Kalau Deo ada masalah, Cerita aja ama aku, aku siap dengerin" Sthep berjalan perlahan sambil membantu Deo yang tertatih.

Deo hanya tersenyum mendengar semua penuturan Sthep yang dianggapnya blak blakan tapi apa adanya, tanpa kebohongan.

Sementara dari balik dinding, seorang gadis tengah bersembunyi agar tak terlihat oleh Deo dan Sthep. Ya Aqila belum benar benar pergi dari UKS, sejak tadi dia duduk di kursi samping pintu UKS. Tentu saja dia mendengar semua pembicaraan Deo dan Step.

"Secepat itu?" Aqila membatin dalam hatinya. Baru saja putus dari Wilda belum ada satu minggu, tapi kini sudah ada yang mendekatinya lagi. Si lelaki baik nya telah kembali diambil yang lain.

*****

"Mau bareng pulang?" Elang menghampiri Aqila yang sedang duduk sendirian di halte. Sudah sesore ini mana mungkin ada bus lewat.

"Gratis kan?" Senyum Aqila merekah mengatakannya. Sebenarnya dia sudah tau kalo ini pasti gratis, hanya sekedar menggoda teman barunya saja.

Ya, semenjak kejadian dirumah Aqila tempo hari, dua anak manusia itu, kini berteman akrab. Meneruskan persahabatan Mama mereka mungkin?.

"Untuk neng Aqila, babang ojek siap mengantar sampai rumah dengan selamat, GRATIS lagi." Elang membalas godaan Aqila sembari memberikan helm.

"Tiap hari emang selalu bawa helm dua?" Gadis yang kini menghuni jok belakang motor Elang, menanyakan dengan sedikit berteriak. Maklum saja saat motor melaju suara manusia akan kalah dengan suara angin.

"Hah?" Samar Samar Elang mendengar suara Aqila, tak begitu jelas.

"Helm." Aqila menunjuk helm nya sendiri yang dilihat Elang melalui kaca spion kirinya.

"Ooo.. punya nya Deo, tapi tadi dia pulang naik taksi online. Abis jatuh soalnya." Elang mengeraskan suaranya agar orang yang ada di boncenganya mendengar.

"Pulang sendirian?" Aqila berniat mengorek informasi dari Elang.

"Ngak tau, ngak bilang tadi. Kenapa?" Elang merasa heran kenapa Aqila terdengar khawatir?.

"Emmm..." Hanya itu yang digumamkan Aqila. Sebenarnya dia tau, kalo Deo pasti pulang dengan Sthep. Hanya ingin memastikan saja sebenarnya. Apa setelah ini mereka akan jadian?.

"Hayo kenapa?"

"Hihh kamu tu Lang, Kan aku cuman takut ntar dikira ngerebut kamu dari Deo." Aqila menjulur kan lidahnya. Bermaksud bercanda.

"Yaudah rebut aja, Aku ikhlas." Tawa Elang meledak.

"Dihh Nggak lucu tauk." Gadis ayu itu memukul kecil punggung Elang. Sampai seseorang mengalihkan perhatian Aqila. Dia melihat Wilda sedang mengendarai motor bersama wanita separuh baya, mungkin ibunya. Jelas sekali terlihat keterkejutan diwajah Wilda.

"Itu tadi Wilda kan Lang?" Aqila memberanikan diri menanyakan pada Elang yang langsung diam setelah melewati Wilda.

"Iya kayanya."

"Wilda suka ya sama Elang?" Firasat Aqila mengatakan bahwa sahabat Deo yang dimaksud Sthep adalah Elang. Ditambah ekpresi Wilda saat melihat dia dan Elang tadi semakin menambah keyakinannya.

"Ahh ngaco kamu la." Elang mengelak dari tuduhan Aqila.

Bagaimanapun persahabatan nya dengan Deo tak boleh hancur. Jangan sampai Deo tau Wilda menyukai nya. Lagi pula dia juga tak menyukai Wilda. Sudah ada gadis lain yang menarik perhatian nya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status