Chapter 31
Mr. Playboy
"Akhir-akhir ini kau sangat sibuk dan jarang datang ke sini," keluh Sophie sambil meletakkan cangkir yang berisi kopi di meja lalu duduk di samping Beck.
Beck mengelus sebelah alisnya menggunakan ujung ibu jarinya. "Ada proyek baru, aku sedikit sibuk."
Sophie mengulurkan tangannya membelai dagu Beck. "Kurasa ini jangka waktu terpanjang kita tidak bertemu."
Berck menaikkan kedua alisnya, menarik napas dalam-dalam sambil meraih cangkir kopinya. Ia menempelkan bibirnya di cangkir, mulai menyeruput kopi tanpa gulanya, dan diam-diam tersenyum di balik cangkir.
"Mama ingin bertemu denganmu, lusa," ucap Beck sambil meletakkan kembali cangkir di tangannya ke tempat semula.
Sophie ternganga. "Mama?"
"Ya, Mama."
Sophie menegang. "U-untuk?"
Ada rasa gentar
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men