Chapter 32
Second Option
Charlotte meletakkan sebuah kotak makanan berisi sarapan untuk Beck. "Apa-apaan kau ini? Merepotkan saja memintaku membawakan sarapan.
"Aku tidak sempat sarapan."
Charlotte memutar bola matanya. "Kenapa kau tidak meminta kekasihmu membuatkan sarapan? Bukankah kau tidur bersamanya tadi malam." Ia merapatkan giginya karena merasa geram, belum pernah ia diperintah oleh orang lain untuk membawakan sarapan.
Beck membuka kotak makanan, mengambil garpu plastik yang ada di dalamnya lalu menusuk sosis dan mulai menikmati makanannya tanpa menjawab pertanyaan sekaligus tudingan Charlotte yang duduk sambil bersedekap menatap tajam ke arahnya.
"Dari pada uring-uringan karena aku tidur dengan tunanganku, sebaiknya kau pesankan aku tiket ke Los Angeles," ucap Beck sambil mengunyah sosisnya.
"Jangan besar kepala, aku sama sekali tidak tert
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men