Accueil / Fantasi / I am The Real King / Chapter 40 - Istana Utara Klan Werewolf dan Kerinduan

Share

Chapter 40 - Istana Utara Klan Werewolf dan Kerinduan

Auteur: Niche al
last update Dernière mise à jour: 2025-12-07 22:55:32

Angin utara menggeram, mengguncang jendela kaca besar aula utama. Suara raungan serigala terdengar di kejauhan, tanda bahwa alam sendiri tak tenang malam itu.

Alpha muda, Matthew Sebastian, berdiri tegak di depan peta wilayah. Rahangnya mengeras, matanya keemasan tajam, berkilat penuh curiga.

“Getaran energi itu bukan serangan biasa,” gumamnya pelan namun tajam.

“Bahkan tanah ikut bergetar. Siapa pun yang bertarung di sana… memiliki kekuatan setingkat kerajaan.”

Tangan kanannya, pria berwajah dingin bernama Gareth, melangkah maju dan menunduk hormat. “Perintah, Alpha?”

Matthew menutup mata sesaat, merasakan jejak energi yang masih tersisa samar di udara.

“Kirim pengintai ke utara. Semua unit terbaik. Aku ingin laporan dalam satu jam.”

Namun sebelum Gareth bergegas keluar, pintu aula terbuka keras, angin dingin menyapu masuk seperti badai kecil.

Seorang gadis melangkah masuk, Pearl Celeste Sebastian, Putri klan werewolf, mantel putih tebal membungkus tubuhnya.

Di tangannya, sebuah batu
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Latest chapter

  • I am The Real King   Chapter 51 — Infiltrasi Pertama ke Aeralis

    Langit malam di timur memerah samar. Aeralis, kuil terapung bangsa penyihir langit, terlihat menjulang di antara awan, barier sihir putihnya berpendar, seolah menolak setiap energi gelap yang mendekat. Salju di wilayah perbatasan utara dan timur bergetar, menandakan kekuatan Red Gloire yang kini bersatu dalam tubuh Arion.Arion berdiri di tebing tinggi, menatap barier yang memantulkan cahaya merah dari Red Gloire di keningnya. Di bahunya, Seon masih dalam wujud kucing abu gendut. Ekornya mengibas, mata coklat gelap yang lucu tapi waspada. Devian, wujud iblis dalam benaknya, menyeringai dengan nada pedas. “Ah, akhirnya kita sampai di bagian favoritku. Kau ingin langsung menyerang? Hah, jangan sok pahlawan dulu, Tuan. Lihat dulu pertahanan mereka.”Seon mengeong panjang, menekankan ekornya di pundak Arion. “Pertahanan? Aku setuju! Tapi kalau kau salah langkah, aku akan cakar kau, Yang Mulia. Jangan kira aku cuma kucing lucu.”Arion menghela napas. Ia menutup mata, merasakan getaran ene

  • I am The Real King   Chapter 50 — Persiapan Menuju Aeralis

    Angin dingin malam menyapu perjalanan Arion. Salju yang menempel di mantelnya bergetar ringan, seperti merasakan energi jauh di atas, Aeralis. Potongan Red Gloire keempat kini berada di dalam darahnya, dan getaran yang ia rasakan jauh lebih kuat dari sebelumnya.Seon, masih dalam wujud kucing abu gendut yang menyebalkan, duduk di bahu Arion sambil menjulur-julurkan ekor. Matanya coklat tua normal, namun kilatan merah darah sesekali muncul ketika ia mendengar nama bangsa penyihir putih, musuh Klan Demonia sepanjang sejarah.Seon menggerutu pelan. “Kau serius, Yang Mulia? Barier langit Timur…? Ini akan lebih merepotkan daripada aku dipaksa makan ikan mentah.”Arion menatap langit malam, napasnya tenang tapi matanya berkilat hitam dan emas setiap kali ia menyebut Aeralis.“Bukan hanya merepotkan… tapi itu salah satu lokasi potongan Red Gloire selanjutnya. Dan… aku bisa merasakannya. Mereka tahu… mereka tahu energi itu sudah bergerak.”Devian mendesah panjang, nada sinis tapi penuh kepuas

  • I am The Real King   Chapter 49 — Getaran di Aeralis

    Di langit utara Valeoryea, Aeralis, kuil terapung bangsa penyihir putih, bergetar keras. Kilatan energi yang tak biasa menembus kabut magis, membuat batu terapung berderak. Semua pengawal dan penyihir muda yang sedang meditasi terbangun, panik.Di aula utama, Ratu Evangeline Quentin berdiri tegak. Rambut pinknya berkibar lembut, mata hijau zamrudnya bersinar tajam. Tubuhnya tetap tenang, namun setiap gerakannya menyiratkan waspada tinggi. Lambang bulan di keningnya berdenyut terang, sinyal sihir dari inti kuil yang memperingatkan bahaya besar.“Getaran ini… bukan gangguan biasa. Seseorang, atau sesuatu, mendekat. Energi ini… berbahaya, liar, tapi terkendali.”Di sisinya, adik perempuannya Khaleesi Quentin, seusia Arion, memerhatikan dengan mata perak redup. Rambutnya sama pink, namun sorot matanya berbeda, tenang tapi waspada, menandakan intuisi kuatnya menangkap gelombang iblis yang tersembunyi di balik energi itu.“Aku merasakan… kekuatan yang bukan dari dunia biasa. Ini bukan sekad

  • I am The Real King   Chapter 48 - Sinyal yang Tak Terucap

    Di kaki Gunung Gleighmor, malam turun perlahan. Api kecil menyala di antara batu-batu es, nyaris tak memberi kehangatan. Arion duduk diam, punggungnya bersandar pada batu besar, sementara Seon, dalam wujud kucing abu gendut melingkar di sampingnya, setengah terlelap.Arion memejamkan mata.Ia tidak membuka jalur telepati sepenuhnya. Hanya sinyal.Getaran energi singkat, terkontrol, nyaris seperti denyut jantung yang dikirim melintasi jarak dan dunia.Di ruang kerjanya, Kenio terhenti di tengah kerjanya. Tangannya refleks menekan dada, napasnya tercekat.Sinyal dari Arion. Hidup. Selamat. Lulus ujian petualangan pertama.Itu saja. Tak ada suara. Tak ada wajah.Namun Kenio tahu. Ia tersenyum tipis, lega yang nyaris membuatnya runtuh.Di sampingnya, Deanna ikut membeku. Ia tidak mendengar apa pun, tapi hatinya bergetar hebat. Matanya berkaca-kaca, seolah naluri seorang ibu menangkap pesan yang tak diucapkan.Lucy juga merasakan getaran itu. Ia menoleh liar, senyum gilanya merekah.“Dia…

  • I am The Real King   Chapter 47 - Rencana ke Aeralis, Kuil Terapung Bangsa Penyihir Langit

    Cahaya merah dari potongan Red Gloire perlahan meredup, menyisakan kehangatan samar di udara. Arion menatap batu itu lama, sebelum memasukkannya ke dalam kantong kulit di sabuknya. Seon meregangkan tubuhnya, masih dalam wujud kucing gendut. Memanjat naik ke bahu Arion, mengibaskan ekor.“Kalau begitu, tinggal mencari potongan berikutnya. Sekitar tiga atau empat lagi, kan?”Arion mengangguk pelan. "Mungkin saja." Ia menyandarkan kepalanya pada batang pohon, menghembuskan napas panjang.“Dua peti runtuh sudah… berarti sisa potongan berikutnya pasti ada di Aeralis.” Ia menggumam. “Kuil terapung penyihir langit…”Seon mengerutkan hidungnya kesal.“Yang tempat masuknya dijaga ketat, dan satu-satunya jalan adalah gerbang sihir yang cuma terbuka untuk penduduk asli? Yang itu?”Arion menutup mata. “Hmm.”Suara Devian terdengar lagi. Dingin, menilai, masih memendam kekesalan yang tebal.“Kalian berdua benar-benar punya hobi menghancurkan diri sendiri.”Arion membuka mata setengah. “Kupikir kau

  • I am The Real King   Chapter 46 - Resonansi Red Gloire

    Kabut salju perlahan menipis. Angin malam mengerang pelan melewati celah tebing.Arion membuka mata sepenuhnya, menahan desisan kesakitan ketika mencoba bangun. Seluruh tubuhnya seperti dihantam palu raksasa.Di atas dadanya, seekor kucing abu gendut dengan mata coklat menyala, berdiri sambil melipat kedua tangannya—entah bagaimana caranya. Bulu-bulunya mekar seperti landak marah.“Aku cuma pergi dua detik buat memikirkan strategi melawan monster itu… DUA DETIK, YANG MULIA. Dan kau, KAU NYARIS MATI!”Arion mengerjap, bingung. “Aku... huh, tunggu. Kau ngomel?”Seon menatapnya seperti ingin melempar batu raksasa ke kepalanya.“YA. AKU. NGOMEL. Karena BOSKU YANG TERHORMAT MEMUTUSKAN BERMAIN ADU TINJU DENGAN MONSTER BERUKURAN KASTIL TANPA OTAK DAN TANPA STRATEGI.”Arion menghela nafas dan memegangi tulang rusuknya yang mungkin retak. Tapi perlahan kembali meregenerasi.“…Tutup mulutmu lima menit saja bisa tidak?”“TIDAK BISA. APA KAU KIRA AKU MAKHLUK YANG SABAR?!”Kucing itu menjentikkan

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status