Share

05. Rencana

Pagi harinya, Vero berada di dapur penginapan. Dia saat ini sedang memasak untuk sarapan. Saat kemarin sore dia sudah meminta izin Hilma untuk menggunakan dapur.

"Kakak mau masak apa?" tanya Bima penasaran.

"Hanya makanan sederhana," jawabnya.

Suara khas dari penggorengan terdengar di sekitar dapur, beberapa rempah yang sudah digiling dimasukkan ke dalam wajan seperti bawang putih, bawang merah, cabai, garam, lada, dan sebagainya. Kemudian, dia memasukkan potongan daging hingga setengah matang. Bima yang memperhatikan Vero memasukkan daging lalu nasi mengerti jika dia berencana membuat nasi goreng daging sapi.

"Kelihatannya sangat lezat!" ujar Bima.

"Belum saatnya menilai kalau belum dicoba."

Setelah beberapa saat, nasi goreng itu diletakkan di atas mangkuk besar. Cukup untuk beberapa porsi, pikirnya.

Wangi dari masakan itu menyebar hingga lantai dua membuat para penghuni keluar kamar. Mereka penasaran darimana aroma makanan itu datang.

"Rupanya Nak Vero pandai memasak. Aroma masakannya buat semua pelanggan turun."

"Tidak. Ini sudah menjadi hal wajar di desaku."

"Ehm, apa kali ini ada layanan untuk sarapan?" tanya seorang perempuan.

"Aku mencium bau yang sedap dari sini.." sahut seseorang.

Hilma yang melihat mereka semua bingung dengan pertanyaan yang sama ingin memberitahu mereka namun Vero menghentikannya.

"Selamat pagi, mulai saat ini tersedia layanan untuk sarapan. Jika kalian menginginkannya maka harus membayar biaya tambahan," jelas Vero dengan nada sopan.

"Aku baru melihatmu, apa kau pegawai baru di sini?" tanya seorang pria.

"Kau bisa menganggapnya seperti itu."

"Berapa biaya yang harus kami bayar untuk itu?" tanya perempuan tadi.

"Hanya sepuluh koin perunggu."

Mereka menyetujuinya setelah mendengar harga yang disebutkan. Itu harga yang bisa dibilang murah untuk seporsi makanan. Biasanya harga minimal seporsi makanan di rumah makan adalah lima belas koin perunggu.

Mereka kemudian langsung memesan masing-masing seporsi makanan. Empat porsi segera disajikan oleh Vero. Ternyata penghuni penginapan itu dalam satu kelompok petualang, mereka terdiri dari dua orang perempuan dan dua orang laki-laki. Dilihat dari rupanya, usia mereka tak jauh beda dengan Vero.

Bima ikut melayani dengan mengantarkan pesanan. Setelah mengantarkannya, dia kembali membawa teh hangat untuk mereka.

"Bima dan Ibu juga harus mencobanya. Katakan saja bila ada yang kurang."

Vero kemudian membagikan tiga porsi untuk mereka dan dirinya. Mereka bertujuh kemudian makan bersama di ruang makan. Suasana cukup canggung karena mereka belum saling mengenal.

"Bukannya ini tumben terjadi ya sejak kita menginap di sini?"

"Ya.. Canggung sekali."

"Ini! Makanan ini sangat lezat!" teriak seorang gadis dengan lantang memecah kesunyian.

Dua orang pemuda yang tadinya saling berbisik terkejut dengan teriakan temannya. Mereka belum mencoba makanannya dan saat ini penasaran dengan reaksi gadis itu.

"Astaga.. Apa benar ini makanan penginapan, kenapa rasanya selevel dengan restoran," ucap pemuda dengan badan cukup kekar.

"Dagingnya meleleh di lidah dan bumbunya terasa lezat.." sahut pemuda satunya.

Bima dan Hilma yang mendengar mereka diam dan saling menatap kemudian melihat ke arah Vero. Saat ini Vero sedang memakan makanannya dengan tenang seperti tidak mendengarkan mereka yang membuat keributan. Kemudian mereka berdua segera mencicipi nasi goreng itu dan membuat ekspresi yang sama.

"Kamu menggunakan resep apa, Nak?"

"Kakak sangat pandai memasak. Aku mungkin ketagihan dengan makanan buatan kakak."

"Aku hanya memakai bumbu yang tersedia di dapur saja."

Menjawab seadanya, Vero melanjutkan makan dalam diam.

Perempuan di dalam kelompok itu memperhatikan Vero. Dia juga terkejut dengan rasa masakan ini. Penginapan yang sepi pengunjung memiliki makanan lezat membuatnya seperti harta karun di dalam ibukota. Sejak seminggu berada di ibukota, baru kali ini dia merasakan makanan selezat yang dimakannya pagi itu.

Menyadari dirinya diperhatikan, Vero melirik perempuan itu dengan wajah datarnya. Dia merasa terganggu diperhatikan oleh orang asing saat dirinya sedang makan. Perempuan itu lantas memalingkan mukanya segera.

"Syukurlah kalian menikmatinya. Jika bukan karena Nak Vero, kita tidak dapat merasakan sarapan selezat ini."

"Benar! Kak Vero adalah koki hebat di kota."

"Jangan dilebihkan, Bima." ucap Vero.

Hilma yang mengerti jika mereka belum saling mengenal kemudian mencoba membuka topik.

"Oh iya, kalian kan satu penginapan. Alangkah baiknya jika saling mengenal, bukan."

"Benar! Kalau begitu aku duluan, namaku Zizi seorang petualang rank E."

"Aku Ken, petualang rank C."

"Kalau aku Niki, rank C sama dengan Ken."

"Aku Yui kakaknya Zizi, rank D."

Niki menceritakan darimana asal mereka dan alasannya berada di ibukota. Mereka berasal dari Kota Foren. Yui dan Zizi adalah saudara kandung yang usianya berbeda lima tahun dan saat ini umur Zizi adalah empat belas. Kemudian Ken dan Niki merupakan tetangga mereka berdua. Tujuan mereka ke ibukota adalah menjalankan misi dari guild dalam pengawalan. Mereka sampai di ibukota seminggu yang lalu dan berencana akan kembali tiga hari lagi.

Kemudian Bima memperkenalkan dirinya sebagai anak dari pemilik penginapan. Tentu mereka berempat sudah mengetahuinya. Terakhir, mata semua orang tertuju ke Vero.

"...Hm?"

"Perkenalkan dirimu," ucap Ken.

"Oh."

"Jangan hanya 'oh' saja dasar es batu!" maki Zizi.

"Zizi, tidak boleh begitu." Peringat Yui.

"Habisnya dia sok keren."

"Apakah wajib mengetahui namaku? Dan bukannya kalian sudah mendengarnya tadi?" tanya Vero.

Mereka tak habis pikir Vero menanyakan hal itu. Dipikiran mereka, Vero merupakan seorang yang sok polos pura-pura tidak tau.

"Apa aku bilang, Kak. Dia orang yang ngeselin! Padahal semua orang tau tata krama."

"Kali ini aku setuju denganmu, Zi," balas Yui kesal.

Hilma kemudian menegur Vero untuk berhenti bermain dan memperkenalkan dirinya. Sebenarnya, Vero malas memberitahu namanya jika tak disuruh oleh Hilma.

"Vero, calon siswa Akademi Kerajaan."

"Rupanya kau datang ke ibukota untuk menjadi siswa akademi kerajaan ya.."

Ken mengatakan itu dengan nada yang sedikit heran. Dia tak menyangka ternyata Vero akan menjadi siswa, pikirnya Vero merupakan pegawai baru penginapan ini. Setelah mengetahui itu, dia meminta maaf karena mengatakan hal itu sebelumnya.

"Tak apa, aku juga sudah biasa dengan itu."

Setelah mereka selesai sarapan, Vero berniat untuk merapikan bekas piring dan gelas namun Hilma menghentikannya dan menyuruh Vero kembali ke kamarnya saja. Dengan begitu, Vero kembali ke kamarnya.

***

Guild petualang ramai seperti biasanya. Banyak petualang yang berada di sana hanya sekedar duduk dan mengobrol dengan sesama petualang. Mulai dari peringkat F hingga A ada di dalam ruangan namun jarang ada peringkat S ke atas yang menghabiskan waktunya di sana.

Saat semua orang disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing, seseorang masuk dengan menggunakan jubah coklat dan masker. Tak ada yang memperhatikan dirinya. Dia kemudian pergi menuju resepsionis.

"Selamat datang di guild utama Kerajaan Quella. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya resepsionis itu.

"Aku ingin mendaftar sebagai anggota guild."

"Mendaftar sebagai anggota guild memerlukan kartu identitas dan biaya lima koin perak."

"Apa tidak ada semacam tes?"

"Tidak. Kami memberi kesempatan kepada semua orang yang ingin menjadi petualang. Tentu kebanyakan dari mereka yang tidak bisa bertarung hanya mengambil quest sederhana sesuai ranknya."

Setelah mendengar penjelasan resepsionis, pemuda itu menyerahkan kartu identitas miliknya dan biaya pendaftaran.

"Petualang Vero, mulai sekarang Anda akan menjadi petualang rank F. Apa saya perlu menjelaskan urutan rank?" jelas resepsionis itu dengan memberi Vero kartu keanggotaan.

Kartu itu langsung berubah dengan beberapa informasi di dalamnya. Di sana tertera nama, gender, usia, dan rank dari Vero. Karena kemampuan seseorang merupakan sesuatu yang sensitif, pihak guild memutuskan untuk tidak mencantumkannya.

"Tidak perlu. Kalau begitu saya akan mengambil misi."

"Silakan pilih misi sesuai rank Anda."

Vero kemudian menuju papan quest dan melihat quest apa saja yang tersedia untuk level dirinya. Dia kemudian menemukan satu yang cocok untuk rank dan jobnya. Mengumpulkan tanaman herbal.

Setelah menyerahkan quest itu ke resepsionis untuk diverifikasi, Vero keluar menuju hutan di samping ibukota. Hanya memerlukan waktu tiga puluh menit dengan berjalan kaki untuk sampai ke tujuan. Selama di perjalanan, dia bertemu dengan beberapa petualang yang juga menuju hutan.

Herbal yang dibutuhkan oleh guild memiliki lima daun di setiap tangkainya dan beraroma seperti daun mint. Tanaman itu biasanya tumbuh di pinggiran sungai. Tidak ada seorang pun petualang di sana, mungkin karena ini merupakan quest rank F yang terbilang membosankan untuk sekelas petualang ibukota. Vero kemudian mencabut tanaman herbal itu bersama akarnya dan mengumpulkan hingga seratus tanaman, dia kemudian memasukkannya ke dalam penyimpanan (inventory).

Setelah beberapa waktu, dia memperhatikan sungai yang jernih itu.

"Rupanya aku harus turun jika ingin menangkapnya."

Ada beberapa ikan yang terlihat di sungai, Vero berniat menangkap beberapa untuk dibawa pulang. Sebelum dia turun ke sungai, Vero membuat bambu runcing dengan belatinya. Bambu runcing yang sudah jadi itu kemudian digunakan menangkap ikan. Vero yang sudah melepas jubah dan menaikkan celananya mulai memburu.

Sekitar sepuluh menit, lima ekor ikan sudah didapatkannya. Dia kembali ke permukaan dan bersiap untuk kembali.

Vero mengambil delapan puluh tanaman herbal yang dia simpan sebelum mencapai gerbang ibukota. Dia mengikat tanaman itu menjadi sepuluh herbal per ikat lalu melanjutkan perjalanan ke guild.

"Selamat datang kembali. Rupanya Anda berhasil mengumpulkan tanaman herbalnya."

"Iya, aku hanya mengumpulkan delapan puluh. Silakan dicek."

"Baik, tunggu sebentar."

Resepsionis itu kemudian mengecek apakah itu tanaman yang benar. Setelah semuanya selesai diverifikasi, Vero diberikan dua puluh koin perunggu yang berarti empat tanaman diberi nilai satu koin perunggu.

"Terima kasih atas kerjasamanya."

Meninggalkan guild, Vero kembali ke penginapan dengan melepas maskernya dan langsung menuju kamar.

"Akhirnya aku mendaftar sebagai petualang."

Saat selesai sarapan pagi tadi, dia mulai memikirkan apakah akan mendaftar sebagai petualang atau tidak. Vero yang awalnya tak ingin berurusan dengan hal merepotkan lagi memutuskan akan menjadi petualang karena tak ada pilihan untuk mendapatkan uang. Dia beristirahat sekaligus melihat statusnya. Status yang muncul di kartu identitas dengan kehendak pemiliknya.

Nama : Vero

Umur : 17 tahun

Gender : Laki-laki

Job : Alchemist ( + ??? )

Skill : Creation, dimension, appraisal, kamuflase

Mana : 3020

Strength : R

Agility : SS

Intelligent : S

Resistance : A

"Bukannya ini tidak normal untuk sebagian orang.. Ha.. Aku akan menyamarkannya saja kalau begitu."

Vero memutuskan itu karena dia berpikir pihak akademi pasti akan mengecek keseluruhan status para siswa yang mendaftar. Dia kemudian menggunakan skill ka,uflasenya untuk mengubah status.

Nama : Vero

Umur : 17 tahun

Gender : Laki-laki

Job : Alchemist

Skill : Creation, appraisal

Mana : 702

Strength : B

Agility : B

Intelligent : B

Resistance : C

"Kurasa ini cukup normal untuk seorang Alchemist dan anak remaja."

"Oh aku lupa memberikan ikannya," gumam Vero kembali.

Dia ingat menangkap lima ekor ikan untuk dibawa pulang. Saat itu juga dia turun dan mencari Hilma.

"Bu, ini ada beberapa ikan segar." Vero langsung memberikan kelima ikan itu setelah menemukan Hilma di tempatnya.

"Kamu dapat darimana? Bukannya tadi pulang tidak membawa apapun?"

Hilma bingung melihat ikan yang diberikan Vero, dia mengingat dengan jelas jika Vero tak membawa apapun saat kembali. Vero kemudian menjelaskan jika dia memiliki kemampuan penyimpanan dan dia harap Hilma dapat merahasiakan itu.

"Tentu ada juga orang yang memiliki kemampuan itu namun sangat jarang, jadi aku tak ingin menarik perhatian."

"Aku mengerti, Nak. Bisa dibilang itu merupakan sihir yang langka."

Dimension merupakan sihir kuno yang sudah lama tidak muncul. Konon katanya seseorang yang memiliki sihir ini akan dicari oleh semua kerajaan untuk dijadikan bagian dari mereka. Karena dimension dapat digunakan untuk berbagai hal seperti penyimpanan yang digunakan Vero, membuat mereka yang memiliki kemampuan itu dianggap sama tingginya dengan penyihir kerajaan.

"Tapi, kamu tidak perlu memberikan ikan ini. Jika kamu ingin memakannya, dapur bebas kamu gunakan."

"Aku menangkap ikan ini memang untuk kalian. Jadi, tolong diterima."

"Begini saja, aku menyediakan dapur beserta isinya dan Nak Vero menyediakan ikannya untuk kita semua. Kita akan memasak bersama, sekalian aku ingin belajar bagaimana caramu memasak."

"Baiklah."

"Ah, sepertinya kita harus menunggu Bima kembali. Meja resepsionis tidak boleh kosong."

Bima saat ini sedang keluar main bersama teman-temannya. Biasanya dia sudah pulang saat ini.

"Kalau begitu, apa aku boleh membuat minuman sekalian menunggu Bima?"

"Tentu."

Vero yang mendapat izin langsung menuju dapur, dia membuat minuman yang dibuat dari beberapa buah. Buah yang baru saja dia petik saat tidak sengaja menemukan mereka di hutan. Buah-buah itu dia haluskan hingga menjadi bubur, tak lupa dia menambahkan susu cair secukupnya.

"Ada yang kurang..."

Setelah merasakan olahan buah itu, dia merasa ada rasa yang kurang. Dia kemudian mengambil dan menghaluskan tanaman herbal yang dipanennya tadi lalu hanya mengambil beberapa tetes sarinya. Menambahkan empat sendok madu ke dalam sari herbal itu dan mencampurnya ke olahan buah.

Olahan yang sudah diaduk kemudian dimasukkan ke tempat pendingin. Vero membersihkan bekas pekerjaannya dan saat itulah tepat Bima sudah pulang.

"Sekarang kita bisa mulai," ucap Hilma.

"Aku akan membuat dua menu ikan."

Kelima ikan itu sudah dibersihkan. Vero memotong tiga ekor ikan menjadi beberapa bagian kecil. Hilma menyiapkan bahan yang sudah diminta dan mengolahnya seperti arahan Vero. Setelah bumbu siap, Vero mengambil alih dan memasaknya dengan bumbu kuning itu.

Menu kedua, Vero mengambil sisa dua ekor ikan untuk dibuat steak. Dia hanya mengambil bagian dagingnya dan mengoleskan bumbu di permukaannya. Tidak lupa memberi perasan lemon untuk menghilangkan bau amis. Kemudian dia meminta Hilma untuk menyiapkan beberapa bahan saus steak sembari Vero memanggang ikan tersebut.

Kerjasama mereka menghabiskan waktu kurang dari satu jam. Setelah dua menu itu jadi, mereka menyiapkannya di meja ruang tunggu.

"Silakan dinikmati. Menu pertama merupakan sup ikan bumbu kuning dan menu kedua merupakan steak ikan saus spesial."

"Seperti biasa aroma masakannya sangat lezat."

"Aku sekarang mengetahui resepnya, apa tak masalah?"

"Tidak apa, biarkan ini jadi menu dari Penginapan Palapa."

Bima yang melihat makanan itu mengeluarkan air liur.

"Cepatlah makan, Bima. Kalau dilihat terus nanti dingin dan rasanya akan berkurang."

Setelah mendengar itu, Bima langsung mencoba sup ikan dengan nasi hangat.

"Aku akan menangis karena ini sangat nikmat."

Dia kemudian mencoba steak ikan dengan tambahan saus itu.

"Aku benar-benar akan menangis!!!"

"Ini sangat segar. Memang ikan hasil tangkapan sendiri itu nikmat," ucap Hilma.

Melihat mereka lahap makan, Vero terlebih dahulu menyelesaikan makan siangnya. Dia kemudian menuju dapur dan mengambil olahan buah yang dibuatnya tadi. Menuangkan beberapa sendok ke dalam tiga gelas lalu memasukkan sisanya kembali ke tempat pendingin.

"Terakhir, es buah dengan tetesan mint. Kuharap sesuai selera kalian."

"Ternyata ini yang kamu buat tadi."

"Wahhhh..."

Mereka kemudian mencicipinya dan membuat reaksi yang melebihi sebelumnya. Bima tak henti-hentinya memuji es buah itu.

"Merasakan masakanmu, aku pikir kenapa tidak kamu berjualan saja?"

"Aku juga sempat berpikir namun tidak memiliki tempat untuk memulai bisnis ini."

"Bagaimana jika di penginapan ini saja? Lagian penginapan ini sepi pengunjung," sahut Bima yang masih asik dengan es buahnya.

Tak ada yang berbicara. Vero melihat ke arah Hilma sedangkan Hilma memikirkan perkataan Bima dengan hati-hati.

"Itu ide yang bagus, tapi bukannya kamu akan mulai sekolah?"

"Benar juga... Bagaimana kalau begini, aku akan memberi beberapa resep dan tentu akan mengajarinya sebelum masa sekolah."

"Iya Bu, bukannya penginapan ini sepi? Mungkin dengan adanya makanan yang lezat bisa menarik perhatian pengunjung."

Akhirnya, Hilma memutuskan akan membuka kedai di lantai satu penginapannya. Rencananya ini juga sudah diketahui oleh Ken dan kawan-kawan tepat saat mereka datang. Mereka berencana akan membantu dalam merenovasi lantai satu. Pembagian tugas juga diberikan, Ken dan Niki akan membuat meja panjang dan beberapa meja persegi, sementara Yui dan Zizi membantu membersihkan ruangan dan membeli hiasan meja.

Vero sendiri mengajarkan Hilma dengan beberapa resep masakannya hari itu juga hingga jam sepuluh malam. Malam itu menjadi malam kedua Vero di penginapan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status