Home / Fantasi / I'm Cyborg / Episode 7

Share

Episode 7

Author: Fabela Muslim
last update Last Updated: 2021-09-08 21:57:28

Seminggu, waktu yang kami perlukan untuk mencari data sebanyak-banyaknya seperti apa yang Pak Ed perintahkan. Semua data juga sudah kukirim berkala pada kantor pusat.

Besok, pagi-pagi sekali aku memutuskan untuk kembali ke kantor pusat. Erd tadinya tak menyetujui ajakanku, tapi bagaimana lagi, aku selalu ngeyel untuk bisa pulang dengan alasan paling masuk akal yang sudah kurancang jauh-jauh hari. 

Selama seminggu di wilayah selatan, sepertinya kulitku lebih coklat dari biasanya. Aku yang biasa bekerja dari dalam gedung, kini harus mengikuti intruksi Erd untuk memantau langsung dari lapangan. Lagian, beberapa kali kami mencari kesempatan untuk terjun, semua hanya sia-sia. Tak kutemui apa pun di sana. Cyborg itu memang sangat cerdik. Sepertinya dia tahu kalau saat ini hidupnya tengah diancam oleh para mata-mata. 

Bahkan tiga hari lalu, aku memutuskan untuk melaju ke wilayah selatan-utara, utara-selatan, hanya demi mencari keberadaan Cyborg itu. Sangat terlihat garis kelelahan di wajahku. Mata pandaku terlihat sangat jelas, wajahku juga sangat kusam. Biasanya peringatan dari Annie yang selalu membuatku menyelakan waktu untuk melakukan sedikit perawatan, juga mengistirahatkan tubuh. 

Namun, kali ini berbeda. Sejak pertemuan terakhir seminggu yang lalu, semua berubah. Dia tak pernah menghubungiku sama sekali. Bahkan beratus kali kuhubungi, semua tetap sama. Apakah dia sengaja mengganti semua akses komunikasi dan memutuskannya dariku?

Aku bahkan belum sempat mencari tahu semua tentangnya. Annie seminggu ini juga hanya menjadi bayangan semuku, aku tak bisa berbuat banyak. Aku tak tahu apa yang akan terjadi pada hubungan kami nantinya. Apakah dia akan marah, karena tak ada usaha sedikit pun dariku untuk bisa menemukannya? Sebenarnya aku telah menemukannya. Namun, semua berubah, hingga kini aku kembali kehilangan dia. Aku sangat menyesal telah membiarkannya pergi sendiri saat pertemuan lalu. 

Arrrgghh ... 

Aku menjerit tertahan, memegangi kepala, frustasi.

"Ada apa denganmu, Ren?" Erd yang baru saja membuka pintu kamar, kaget mendengar teriakanku. 

Aku hanya menatapnya sekilas, lalu menggeleng pelan. 

"Seperti inikah kau sekarang? Biasanya kau selalu bercerita semua masalahmu. Bahkan kulihat akhir-akhir ini kau sedang memiliki masalah sangat besar. Lihatlah, tubuhmu sudah sangat loyo begini. Kau bahkan tak pernah menghabiskan jatah makan, yang biasanya saja kau mengajakku untuk curang mengambil jatah double. Apa sejak aku menyukai Cyborg seksi itu, kau jadi tak menganggapku sebagai sahabat lagi? Kau salah, semua bukan seperti apa yang kau dan teman-teman pikirkan. Aku tak benar-benar mencintainya. Semua itu hanya gurauan belaka, Ren." 

Ucapan Erd sontak membuatku melihat lebih lamat ke arahnya. Dia hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Aku kembali ke posisi awal. Merenung.

Erd menggelengkan kepalanya, juga mengangkat bahunya, tak mau tahu. Dia langsung menuju ke kamar mandi. Membiarkanku masih duduk di bawah ranjang sambil menekuk lutut. Sangat mirip dengan adegan orang depresi. Padahal aku sama sekali tak seperti yang orang lihat. Aku hanya ingin menenangkan hati. Entah mengapa, seminggu ini perasaanku sangat tak menentu. Aku terlalu merasa cemas berlebihan. Terkadang aku gugup dengan tiba-tiba, padahal biasanya aku tak pernah merasa takut sedikit pun atas apa yang tengah kuhadapi. Apakah benar aku tengah berada di kondisi depresi?

Hiih, tapi kalau itu memang benar, aku ternyata sangat menjijikan. Mengapa hanya gara-gara seorang gadis yang baru beberapa tahun kukenal saja bisa membuatku seperti ini? Lagian, kami sudah biasa tak berjumpa. Aku selalu sibuk dengan pekerjaanku, juga dia memiliki kesibukan lain sebagai duta lingkungan. 

"Hey Ren, aku benar-benar kasian harus melihatmu seperti ini." Suara Erd kembali menggangguku, dia baru saja keluar dari kamar mandi.

"Cepat sekali kau mandi. Jangan-jangan kau hanya mencuci muka dan membasahi rambutmu ya?" Aku bertanya menyelidik.

"Heh, aku ini cowo. Wajarlah kalau aku mandi hanya dalam hitungan beberapa menit. Cukup bagiku untuk membuka pakaian, menggosok gigi, mencucui muka, guyur, selesai." Dengan santainya Erd mengatakan itu sambil menyisir rambutnya yang basah.

Memang masuk akal, aku juga begitu. Namun, tak bisakah ia sedikit berlama-lama di kamar mandi untuk membiarkanku membaik? Aku berdiri kesal, bersiap tidur.

"Kau mengatakanku apa, hah? Dasar tukang ngomong sendiri."

Aku menutup mulut seketika.

"Hahaha, kau mirip anak kecil, Ren."

Aku beralih ke muka kesal. Menutup muka dengan selimut. 

"Apa yang ingin kau ceritakan, Ren."

Dia duduk di dekatku. Jika seperti ini aku merasakan jiwa keibuan pada Erd. Eh, kok ibu sih? Namun, ini kenyataannya. Sifat lembut seperti inilah yang sudah kurindukan sejak dulu. Bukan kurindukan sebenarnya, karena aku bahkan belum pernah merasakan kehangatan bersama seorang ibu. 

Erd membuka selimutku. 

HUAH!!

Erd mengejutkanku, dengan berpura-pura kaget melihat wajahku. 

Justru dengan teriakannya yang keras membuatku membelalakkan mata, reflek langsung melempar selimut pada Erd. 

Dia hanya tertawa, menghindar.

Aku masih melemparinya dengan bantal. 

"Aku hanya ingin kau jujur, Rey." Erd menyerah, mengangkat tangannya. Dia sudah berada di dekat jendela. 

Saat ini mendadak kondisi kamar seperti kapal pecah. Aku mulai terhibur dengan tingkah konyol Erd. Perlahan aku mengeluarkan tawa kecil melihat kondisi kamar yang sangat berantakan karena ulahku. 

"Kau yang harus bertanggung jawab, Ren."

"Heh, siapa yang paling awal memulai, hah?"

"Sudahlah, ini malam terakhir kita di sini. Bukankah kau mengajakku pulang? Bahkan pada jam paling pagi? Kenapa tak sekarang saja kau pulang?"

Aku melolot mendengar pertanyaan Erd.

"Tenanglah, Ren. Huaamm, aku mau tidur." Erd beranjak, membaringkan tubuh di ranjangnya.

Aku membereskan kamar semauku, lalu melemparkan bantal lagi pada Erd yang mungkin sudah berada di alam mimpi.

"Erd, aku ingin bercerita padamu." Aku tak sabar ingin menghilangkan beban yang selama ini menggantung di hati.

Namun sayangnya, Erd sama sekali tak merespon. Sepertinya ia benar-benar sudah tertidur. Aku menyesal telah melewatkan penawarannya tadi. 

Semakin malam, justru aku semakin tak bisa tidur. Lebih baik aku memanfaatkannya dengan memeriksa beberapa berkas yang kukirim ke kantor pusat hari ini. Moodku sudah lumayan membaik, aku ingin bekerja kembali. Kubaca juga beberapa sumber yang kucari dengan susah payah. 

Aku mulai memeriksa seluruh mesin pencarian, mengetik beberapa kata kunci, juga membaca banyak buku-buku dari penulis. Aku mempelajari banyak tentang kehidupan masa lalu. 

Dengan ini, keputusanku untuk membuat kesimpulan yang akurat sudah siap kuterjunkan. Mungkin esok aku bisa menjelaskan pada rekan-rekan, juga pada Pak Edwin dengan sangat jelas dan masuk akal. 

Tak terasa tubuhku yang selama ini sebenarnya kelelahan mulai menunjukkan gejalanya. Aku tertidur dengan lelap pada meja yang di depannya masih menyala hologram aktif dalam mesin pencarian. 

Erd menggoyangkan bahuku pelan. Padahal baru saja aku merasakan tenang karena tertidur dengan lelap. Tak apa, nanti akan kutebus semua kekurangan jam tidurku selama ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I'm Cyborg   Episode 29

    Pintu terbuka otomatis setelah beberapa detik aku berdiri di depannya. Sensor pengenal wajah telah meloloskanku. Ternyata benar, aku adalah Putra Mohkota asli di sini.Tak ada ornamen sedikit pun yang melayakkan bangunan ini disebut istana. Kuperhatikan kanan kiri, terpajang beberapa lukisan 4 dimensi, juga masing-masing memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi.Aku melanjutkan langkah. Barang-barang yang dipajang sangat aneh untukku. Sesuatu yang kukenal di dunia bawah ternyata di sini terdesain lebih rumit. Memang aneh, bahkan bentuk botol saja mereka buat serumit ini. Padahal di bumi asli, botol adalah alat minum yang biasa saja, dan sangat mudah membuatnya.Tak kutemukan seorang pun di sini. Hanya beberapa pajangan benda 4 dimensi, juga hiasan yang sangat aneh. Aku baru mulai menyadari, setelah lama berkeliling dan tak kutemukan seorang pun, termasuk raja di sini.Bangunan ini memiliki konsep 4 dimensi, tent

  • I'm Cyborg   Episode 28

    Aku lebih tertarik menatap penduduk sini yang tak merasakan panas walau menggunakan pakaian tertutup dan berwarna gelap. Juga aku, tak merasa panas sama sekali, walau sedang berada di bawah sinar matahari langsung. Ternyata teknologi di sini memang sangat canggih. Bahkan pakaian saja yang disepelekan di dunia bawah, ternyata di sini justru mendapat perhatian khusus. Mereka menerapkan teknologi yang sangat maju bahkan pada sehelai pakaian.Namun, ternyata aku baru menyadari satu hal. Wanita bahkan walau di dunia mana pun, akan sama. Memiliki sifat foya-foyanya dan sangat menyukai shopping, untuk menenangkan pikirannya. Aku tertawa kecil."Kau baik-baik saja, Tuan?" Cray ternyata sudah ada di sampingku."Aku hanya menertawakan mereka, Cray. Bahkan sifat para wanita akan sama walau berada di dunia mana pun. Lihatlah toko pakaian di sana. Buat apa mereka berdesakan membeli pakaian yang sama persis seperti yang mereka gunakan? Berwarna hitam,

  • I'm Cyborg   Episode 27

    Sehari berada di dunia dimensi baru seperti apa yang dikatakan Cray, aku mulai bisa memahami tentang keadaan dan alasanku tak bisa kembali. Kuputuskan untuk kembali ke kota, melanjutkan perjalanan menuju istana. Cray mengatakan, jika hanya raja yang memperbolehkanku kembali ke dunia bawah, dunia asliku. Maka aku harus segera menemuinya sekarang juga."Langsung bawa saja aku ke sana, Cray. Aku tahu, kau pasti bisa menghilang dan membuka portal di mana-mana, bukan? Tak perlu mengelak lagi, aku sekarang sudah bisa memahami semua permainan ini." Aku menatap ke samping kanan.Sekarang juga, aku bisa memahami di mana letak dan keberadaan Cray. Dengan merasakan dan mempertajam pendengaran, aku bisa mendengar desingan halus Cray, dan tahu di mana posisinya."Apakah sekarang kau juga tahu aku di mana, Tuan?"Aku tertawa, "Jelas, Cray. Kau ada di samping kananku."Desingan Cray bertambah keras, menandakan kalau ia se

  • I'm Cyborg   Episode 26

    Merasa baru pertama kali melihat dapur yang sangat tradisional, membuatku bertambah penasaran dengan seluruh isi rumah. Tak ada kompor di sini, hanya ada tungku dan beberapa kayu bakar yang berserakan.Entah kenapa, tiba-tiba tubuhku merasa merinding. Aku berjalan ke arah rak piring dari kayu yang sudah sedikit rusak. Beberapa piring dari tanah liat, juga keramik tersusun rapi. Sedangkan di sini, gelas menggunakan bahan dari kaca bening yang tergambar motif bebunga di luarnya.Sangat indah, aku menyentuhnya. Dinding di sini hanya separuh, itu juga bukan dari batu bata. Ada anyaman daun kelapa yang digunakan sebagai pembatas, lalu dirancang sedemikian rupa hingga tak mengganggu aktivitas memasak.Tiba-tiba ada sesuatu di kakiku, yang membuatku harus menjerit keras."Aaakkh ... "Aku meloncat ke belakang. Sebuah tikus agak besar berwarna gelap berlari begitu saja, sambil ikut mencicit keras.Aku memandan

  • I'm Cyborg   Episode 25

    Sesuai perintah dari Pak Edwin, malam ini aku segera memaksakan diri untuk beristirahat. Memang tubuhku masih merasakan segar dan belum lelah sama sekali, walaupun sehari ini banyak sekali kegiatan yang harus kulakukan. Demi Pasukan Bayangan, besok aku harus menemani Ren dan Erd menuju Pulau Ujung Selatan.Aku menutupkan mata, mulai mencari dunia lain dalam mimpi. Padahal, semenjak adanya sistem perobotan dalam tubuhku, aku sama sekali tak bisa merasakan mimpi lagi, entah dengan malam ini.Satu ...Dua ...Tiga ...Sayup-sayup kudengar denting jam kuno menggema dan membangunkan tidurku.Perlahan kubuka mata, ada cahaya silau di atas sana. Aku menutupnya lagi. Sejak kapan juga ayah mempunyai jam kuno yang hanya kuketahui berasal dari teknologi dulu? Dia pasti ingin memberiku kejutan. Bukankah aku pernah bercerita padanya, kalau aku menginginkan benda-benda kuno? Aku sangat menyukai kebudayaan du

  • I'm Cyborg   Episode 24

    Terik matahari membuatku membuka mata perlahan. Cukup lama aku tertidur dengan malas di atas hamparan rumput lembut. Kupandang kondisi sekitar, sepertinya Cray sudah tak ada di sini. Aku bingung akan melakukan apa jika dia terus mengawasi dan cerewet seakan dia ibuku saja. Bahkan belum pernah aku dicereweti oleh ibuku.Aku berdiri, mencari jalan keluar yang memungkinkan. Terus berjalan di hamparan rumput, yang diselingi beberapa pohon besar, aku mulai mendengar keributan suara-suara aneh. Sepertinya benar perkataan Cray, kalau wilayah ini bukanlah sekedar hutan biasa tanpa penghuni. Ternyata aku akan memasuki kota yang ia maksud.Tak apa, jika aku mulai memasukinya, itu tandanya aku bisa mencari tahu informasi tentang kehidupan di area sini. Juga dengan apa yang dimaksud dimensi baru yang Cray katakan.Aku memandangi suasana di depan yang yang sangat berbeda. Mereka seakan hidup jauh dari wilayah pepohonan yang baru saja kulewati. Ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status