Home / Fantasi / I'm Cyborg / Episode 6

Share

Episode 6

Author: Fabela Muslim
last update Last Updated: 2021-09-07 21:23:05

Aku tak tahu dengan keadaan apa yang tengah terjadi saat ini. Tubuhku seakan ditimpa beban sangat berat, apalagi bagian kepala. Seperti ada sesuatu yang akan meledak di dalam kepalaku. Entah sudah berapa hari, aku masih memejamkan mata. Tak tahu dengan keadaan sekitar. Apakah aku masih berada di dunia? Apakah aku masih hidup?

Tidak-tidak, aku memang masih hidup. Aku masih sedikit bisa mendengar suara-suara di sekitar. Bisa mengenal waktu pagi, siang, dan malam. Itu juga berkat percakapan orang di sekitarku, juga suara denting jam khas kota kami. 

Kondisiku saat ini sangat lemah. Jika diukur, mungkin detak jantungku hampir saja menghilang. Sebenarnya apa yang orang-orang pintar ini lakukan pada tubuhku? Apakah mereka sengaja ingin membuatku mati?

Ayah? Bukankah terakhir kali aku melihatnya, ia tengah tersenyum padaku? Apakah dia sudah bangga denganku? Apakah dia sudah tak lagi membenciku? Tidak, aku salah. Ayah tak pernah membenciku, hanya saja aku yang sangat membencinya. Dengan alasan apa aku membencinya? Kenapa ingatanku seakan menghilang begini? Kenapa setiap kali membahas sesuatu aku harus memikirkannya dengan baik dulu? Apa ayah memberiku obat agar aku menjadi anak bodoh? Lah, bukannya ia selalu mengatakanku sebagai anak bodoh, jika aku selalu menolak permintaannya?

Eh, bukankah ayah pernah mengatakan kalau saat ini ibu sudah senang karena aku mau menuruti permintaannya? Seperti apa ya wajah ibu? Apakah dia cantik seperti ibu-ibu lain di dunia? Aku sangat merindukanmu, bu ....

Satu lagi manusia yang harusnya kuingat. Bukankah aku meniliki orang spesial selain mereka? 

Siapa ya dia? 

Aku masih saja memikirkan orang itu. Sayangnya semakin kugunakan berpikir, tubuhku semakin melemah. Alhasil, aku telah melupakan segalanya. Bahkan otakku seakan berhenti bekerja. 

Tiba-tiba aku merasakan ada sesuatu yang memasuki tubuh. Seketika, aliran darahku mengencang. Darahku memanas. Suhu tubuhku meningkat drastis. 

"Bagaimana ini, Dok? Tubuhnya sangat panas." Salah satu perawat mengabarkan dengan sangat panik.

"Biarkan sejenak, lalu kita teruskan ke langkah selanjutnya." Sang dokter berkata mantap.

"Tidak, jika kita memaksanya untuk terus melanjutkan langkah, tubuhnya bisa tidak kuat. Aku sangat tidak menyetujui itu." Salah satu rekan dokter berkata dengan cemas.

"Dia akan tetap kuat." 

"Tidak. Setiap manusia memiliki batasnya masing-masing. Aku mohon Hans, jangan kau korbankan lagi manusia tak bersalah hanya untuk bahan uji cobamu saja."

"Apa yang kau katakan? Kau menyalahkanku? Apakah kalian di sini mulai tidak mempercayaiku, hah?" 

"Bukan begitu, maksudku ..."

"Apa maksudmu? Kalian yang tidak setuju dengan perintahku, silakan jika mau keluar. Aku sama sekali tak memaksa kalian berada di sini. Aku bisa bekerja sendiri, aku tak membutuhkan dokter yang penakut seperti kalian!" 

"Dia anakmu, Hans. Tolonglah, kau harus mengerti. Apakah aku harus berteriak, mengatakan pada semua orang, bahwa bahan uji cobamu kali ini adalah anakmu sendiri, hah? Kau keterlaluan!" Rekan dokter lainnya menimpali.

Suasana seketika menjadi lenggang. 

Dokter dan perawat yang ada di ruangan itu saling pandang. Mereka sama sekali tak tahu sebelumnya akan berita ini. Anak? Mengapa orang yang selama ini mereka hormati, mereka sanjung, ternyata malah memiliki pemikiran sangat rusak seperti ini? 

Dokter Hans menatap sang pembuka rahasia sangat kejam. 

Dia adalah adik dari Hans, tentu dia mengetahui semua tentang keluarga, maupun semua asal usul Hans. Dia hanya tak rela sang keponakannya akan dijadikan korban layaknya kakak iparnya dulu.

"Justru karena dia anakku, maka biarkan aku yang memutuskan. Apakah aku merugikan kalian? Tidak, sama sekali tidak." 

"Buang semua egomu itu, Hans. Dia anakmu. Lihatlah kondisinya saat ini, sudah 3 hari kau mematikan semua sistem dan mengganti-ganti semaumu. Kau memang bodoh!"

"Diam kau!"

"Kali ini aku tak akan tinggal diam, Hans." 

Dia langsung mendekat ke ranjang praktek. Namun, dengan segera sang kakak memutus jalannya. 

"Kita lihat kelanjutannya, aku tak akan pernah menyakiti bidadari kecilku, Frans."

Frans menatap kakanya, mencari kebohongan. Namun, nihil. Tak ada kebohongan yang ia temukan. 

"Dia anakku, dia juga yang memiliki garis tepat untuk bisa kurubah menjadi sesuatu yang sangat mengagumkan. Aku tak mungkin melampaui batas. Lima tahun sudah kulakukan berbagai penelitian. Banyak mahasiswa berprestasi kuminta untuk membantu meneliti, juga kalian?

"Kalian pikir aku main-main untuk hal ini? Sama sekali tidak. Lima tahun, aku mencari jawaban. Lima tahun waktu tidurku terkuras, hanya untuk memikirkan keselamatannya. Dia memiliki sesuatu yang khusus. Dia memiliki sesuatu yang harus kurubah. Kalian belum mengetahuinya, tak ada yang mengetahuinya. Selain aku dan istriku. Bahkan dia sendiri yang memohon padaku untuk melakukan ini, kau tahu itu, Frans?" 

Frans hanya diam. Menunduk.

"Bersabarlah sebentar. Proses ini akan segera selesai. Kumohon, jangan ada apa pun yang menghalangi jalan proses terakhir ini. Justru dengan kalian mengotot ingin menyelamatkannya, kalian malah bisa membunuhnya. Aku mohon, janganlah kalian bertindak sok menjadi pahlawan yang akhirnya malah menjadi tokoh paling anarkis, kejam. Kalian hanya dibutakan oleh keinginan yang dikendalaikan oleh nafsu. Bukan dengan akal, gunakan ini." Dokter Hans menunjuk kepalanya.

Aku mendengar sedikit, sangat sedikit kata yang mereka ucap. Apa yang sedang mereka bicarakan di sana? Mengapa mereka seakan mempeributkan sesuatu? Bukankah dari tadi mereka sangat akur, bahkan nyaris tak bersuara?

Satu kata yang kudengar dengan jelas adalah bidadari kecil. Entahlah, mengapa mendengar kata itu membuatku menjadi kuat. Padahal belum tentu juga aku mendengar dengan benar. 

Arrg, tubuhku semakin memanas. Nafasku mulai tersengal. Bertambah sesak dadaku, seketika otakku juga tambah mengencang. Apa yang terjadi pada tubuhku?

"Beri penanganan, segera!" Sang dokter memerintah langsung disambut gerakan oleh para bawahannya.

Dokter di sini berbeda jauh dengan apa yang ada di dunia perdokteran nyata. Khusus gedung ini, juga para anggota pekerjanya. 

Di dunia biasa, mereka lebih sering disebut ilmuwan dari pada dokter. Hanya saja, mereka memang membuka instansi untuk membantu seseorang yang memerlukan sesuatu khusus. Misalnya, ada warga yang harus kehilangan tangannya, maka ayah dan anggotanyalah yang bersedia membantu dengan memodifikasi tangan pasien tersebut. Mereka bahkan bisa saja menambah sesuatu yang tak dimiliki manusia biasa. Itulah mengapa ayah sering disebut dengan pahlawan Cyborg. Artinya, dialah yang telah membuat manusia memiliki sistem perobotan dalam tubuhnya. 

Aku tak pernah bangga dengan prestasi ayah. Juga dengan usaha dan hasil yang telah ayah miliki. Semua pemikiran ayah berbanding terbalik dengan hal yang selama ini kusukai. Aku sebagai pecinta budaya dan kehidupan tempo dulu, merasa bahwa semua malah merusak kehidupan asli manusia. Maka dari itu, aku bahkan membenci semua pemikir kehidupan modern. Eh, apa aku yang salah dan terlalu over dalam berpendapat? Bahkan Ren saja tidak pernah menyetujui pemikiranku. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I'm Cyborg   Episode 29

    Pintu terbuka otomatis setelah beberapa detik aku berdiri di depannya. Sensor pengenal wajah telah meloloskanku. Ternyata benar, aku adalah Putra Mohkota asli di sini.Tak ada ornamen sedikit pun yang melayakkan bangunan ini disebut istana. Kuperhatikan kanan kiri, terpajang beberapa lukisan 4 dimensi, juga masing-masing memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi.Aku melanjutkan langkah. Barang-barang yang dipajang sangat aneh untukku. Sesuatu yang kukenal di dunia bawah ternyata di sini terdesain lebih rumit. Memang aneh, bahkan bentuk botol saja mereka buat serumit ini. Padahal di bumi asli, botol adalah alat minum yang biasa saja, dan sangat mudah membuatnya.Tak kutemukan seorang pun di sini. Hanya beberapa pajangan benda 4 dimensi, juga hiasan yang sangat aneh. Aku baru mulai menyadari, setelah lama berkeliling dan tak kutemukan seorang pun, termasuk raja di sini.Bangunan ini memiliki konsep 4 dimensi, tent

  • I'm Cyborg   Episode 28

    Aku lebih tertarik menatap penduduk sini yang tak merasakan panas walau menggunakan pakaian tertutup dan berwarna gelap. Juga aku, tak merasa panas sama sekali, walau sedang berada di bawah sinar matahari langsung. Ternyata teknologi di sini memang sangat canggih. Bahkan pakaian saja yang disepelekan di dunia bawah, ternyata di sini justru mendapat perhatian khusus. Mereka menerapkan teknologi yang sangat maju bahkan pada sehelai pakaian.Namun, ternyata aku baru menyadari satu hal. Wanita bahkan walau di dunia mana pun, akan sama. Memiliki sifat foya-foyanya dan sangat menyukai shopping, untuk menenangkan pikirannya. Aku tertawa kecil."Kau baik-baik saja, Tuan?" Cray ternyata sudah ada di sampingku."Aku hanya menertawakan mereka, Cray. Bahkan sifat para wanita akan sama walau berada di dunia mana pun. Lihatlah toko pakaian di sana. Buat apa mereka berdesakan membeli pakaian yang sama persis seperti yang mereka gunakan? Berwarna hitam,

  • I'm Cyborg   Episode 27

    Sehari berada di dunia dimensi baru seperti apa yang dikatakan Cray, aku mulai bisa memahami tentang keadaan dan alasanku tak bisa kembali. Kuputuskan untuk kembali ke kota, melanjutkan perjalanan menuju istana. Cray mengatakan, jika hanya raja yang memperbolehkanku kembali ke dunia bawah, dunia asliku. Maka aku harus segera menemuinya sekarang juga."Langsung bawa saja aku ke sana, Cray. Aku tahu, kau pasti bisa menghilang dan membuka portal di mana-mana, bukan? Tak perlu mengelak lagi, aku sekarang sudah bisa memahami semua permainan ini." Aku menatap ke samping kanan.Sekarang juga, aku bisa memahami di mana letak dan keberadaan Cray. Dengan merasakan dan mempertajam pendengaran, aku bisa mendengar desingan halus Cray, dan tahu di mana posisinya."Apakah sekarang kau juga tahu aku di mana, Tuan?"Aku tertawa, "Jelas, Cray. Kau ada di samping kananku."Desingan Cray bertambah keras, menandakan kalau ia se

  • I'm Cyborg   Episode 26

    Merasa baru pertama kali melihat dapur yang sangat tradisional, membuatku bertambah penasaran dengan seluruh isi rumah. Tak ada kompor di sini, hanya ada tungku dan beberapa kayu bakar yang berserakan.Entah kenapa, tiba-tiba tubuhku merasa merinding. Aku berjalan ke arah rak piring dari kayu yang sudah sedikit rusak. Beberapa piring dari tanah liat, juga keramik tersusun rapi. Sedangkan di sini, gelas menggunakan bahan dari kaca bening yang tergambar motif bebunga di luarnya.Sangat indah, aku menyentuhnya. Dinding di sini hanya separuh, itu juga bukan dari batu bata. Ada anyaman daun kelapa yang digunakan sebagai pembatas, lalu dirancang sedemikian rupa hingga tak mengganggu aktivitas memasak.Tiba-tiba ada sesuatu di kakiku, yang membuatku harus menjerit keras."Aaakkh ... "Aku meloncat ke belakang. Sebuah tikus agak besar berwarna gelap berlari begitu saja, sambil ikut mencicit keras.Aku memandan

  • I'm Cyborg   Episode 25

    Sesuai perintah dari Pak Edwin, malam ini aku segera memaksakan diri untuk beristirahat. Memang tubuhku masih merasakan segar dan belum lelah sama sekali, walaupun sehari ini banyak sekali kegiatan yang harus kulakukan. Demi Pasukan Bayangan, besok aku harus menemani Ren dan Erd menuju Pulau Ujung Selatan.Aku menutupkan mata, mulai mencari dunia lain dalam mimpi. Padahal, semenjak adanya sistem perobotan dalam tubuhku, aku sama sekali tak bisa merasakan mimpi lagi, entah dengan malam ini.Satu ...Dua ...Tiga ...Sayup-sayup kudengar denting jam kuno menggema dan membangunkan tidurku.Perlahan kubuka mata, ada cahaya silau di atas sana. Aku menutupnya lagi. Sejak kapan juga ayah mempunyai jam kuno yang hanya kuketahui berasal dari teknologi dulu? Dia pasti ingin memberiku kejutan. Bukankah aku pernah bercerita padanya, kalau aku menginginkan benda-benda kuno? Aku sangat menyukai kebudayaan du

  • I'm Cyborg   Episode 24

    Terik matahari membuatku membuka mata perlahan. Cukup lama aku tertidur dengan malas di atas hamparan rumput lembut. Kupandang kondisi sekitar, sepertinya Cray sudah tak ada di sini. Aku bingung akan melakukan apa jika dia terus mengawasi dan cerewet seakan dia ibuku saja. Bahkan belum pernah aku dicereweti oleh ibuku.Aku berdiri, mencari jalan keluar yang memungkinkan. Terus berjalan di hamparan rumput, yang diselingi beberapa pohon besar, aku mulai mendengar keributan suara-suara aneh. Sepertinya benar perkataan Cray, kalau wilayah ini bukanlah sekedar hutan biasa tanpa penghuni. Ternyata aku akan memasuki kota yang ia maksud.Tak apa, jika aku mulai memasukinya, itu tandanya aku bisa mencari tahu informasi tentang kehidupan di area sini. Juga dengan apa yang dimaksud dimensi baru yang Cray katakan.Aku memandangi suasana di depan yang yang sangat berbeda. Mereka seakan hidup jauh dari wilayah pepohonan yang baru saja kulewati. Ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status