Sedangkan Amera hanya diam membisu dan mengakui kehebatan akting mereka. Ia sudah tahu sejak lama kakaknya berpacaran dengan Gilang, karena dari dulu ayah melarang anak-anak untuk berpacaran maka dari itu Shena tidak berani untuk mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada ayah. Dan aturan itu berlaku juga untuk Amera.
"Baiklah kalian menikahlah." Ucap ayah yang akhirnya memberi restu pada mereka berdua.
Ayah kembali diam dan memandang sekeliling ruangan menatap putri kecilnya yang sedari tadi duduk dan memijat kaki nya, Amera juga merasa bersalah dalam hal ini.
Danu tersenyum pada putri kecilnya setelah istrinya meninggal Danu terlalu sibuk dengan perusahaan sehingga jarang ada waktu untuk bermain atau bahkan bersenda gurau dengan kedua putrinya tak disangka mereka kini sudah tumbuh menjadi wanita dewasa dan sebentar lagi dia akan memiliki cucu dari Shena dan juga Gilang.
Masih ada satu hal yang mengganjal di pikiran Danu bahwa besok adalah pertemuan dengan keluarga Hutama sahabat nya, sedangkan ia sudah kalah janji untuk menjodohkan putrinya dengan anak dari keluarga Hutama.
Sebelum nya Danu berharap Shena yang menikah dengan putra sahabatnya itu, namun kini takdir berkata lain.Tinggal Amera satu-satunya putri kecilnya yang kini masih tersisa, mau tidak mau Danu harus menepati janji nya dengan Hutama Wijaya teman bisnis nya.
"Kini ayah putuskan Amera yang ayah jodohkan dengan anak teman ayah itu."ucap Danu berat tapi hanya inilah jalan satu nya cara untuk menutupi rasa malu keluarga.
"Tidak Ayah! Mera masih ingin kuliah , kumohon ayah hentikan semua perjodohan ini," ucap Amera yang tidak menyangka kalau ide yang ia jalankan kini berbalik kepada dirinya sendiri.
"Shena dan Gilang saling pandang mereka pun tidak menyangka nya bahwa rencana yang ia susun rapi kini berbalik menghancurkan adik kesayangannya.
***Amera tidak pernah menyangka dirinya yang membuat ide itu sendiri untuk membantu kakak nya kini termakan dengan gagasan nya sendiri.
Ayah berharap banyak padanya ,Sedangkan Shena tak mampu berkata-kata lagi ia tidak memiliki keberanian untuk membela adiknya karena akar masalah terletak pada dirinya sendiri.
"Ayah Mera masih ingin kuliah dan merebut perusahaan dari tangan paman Dirga." Kata Amera terus memohon kepada sang ayah.
"Maafkan ayah Mera, hanya kamu putri ayah satu-satunya yang dapat menolong kesulitan keluarga kita dan mengembalikan kehormatan ayah dimata keluarga Hutama.
Sedangkan kakakmu kini hamil dan tidak bisa membantu ayah ,hanya kamu putri kecil ayah satu-satunya nak, tolong bantu ayah."kata Danu memberi pengertian pada ameAm.
"Kakak hamil? Konyol aku sudah menggali lubang kuburku sendiri," batin Amera berurai air mata ia pun tak tega melihat ayahnya yang semakin lemah dan pucat.
Disudut lain ada Shena dan Gilang hanya bisa diam seribu bahasa tak bisa membela ataupun meminta permohonan. Shena merutuki dirinya sendiri karena kini ia telah membuat dua kehidupan hancur secara bersamaan karena keegoisannya.
Suasana hening tak ada satupun yang berbicara diantara mereka, hanya terdengar suara Isak tangis Amera yang kini duduk bersimpuh di lantai yang dingin. Hatinya terasa teriris sembilu perih dan sakit, karena segala cita-cita dan impian nya hancur seketika.
"Aku harus kuat, aku harap masih bisa kuliah lagi walaupun sudah menikah ," batin Mera menguatkan diri dalam hati.
"Baiklah ayah Mera setuju memenuhi permintaannya ayah,"ucap Amera.
akhirnya Amera memberikan keputusan nya setelah berpikir panjang yang melelahkan dan memikirkan penyakit ayahnya akhirnya ia memutuskan untuk mempertaruhkan hidupnya sendiri.
"Mera maafkan kakak sudah membuatmu menderita seperti ini ,"ucap Shena ia meraih tubuh adik kecilnya memeluk erat dan menangisi akhir dari keputusan bijak yang diambil adiknya.
"Maaf, maafkan kakak mereka kembali menangis, kedua pria di ruangan itu tak urung ikut bersedih dengan keputusan dewasa yang Mera buat.
"Tuan Anda menggertak, Saya? ucap Yansen dengan sinis, Aku hanya seorang wanita tua tak layak Anda yang seorang terhormat mencoba mendekati wanita miskin seperti Saya apalagi saya masih saudara ipar Anda walaupun kakak sudah meninggal tak sepantasnya seperti ini, namun seperti nya pria tua itu sudah kebal malu ia terus saja maju menyudutkan wanita didepannya. Yansen mengatur nafas yang sesak karena perlakuan pria tua itu yang kini semakin menyudutkan langkahnya. "Kamu tetap cantik seperti dulu, bisik pria tua itu ditelinga Yansen yang membuat bulu kuduk meremang seketika detak jantung Yansen serasa berhenti, kenangan masalalu seperti terulang kembali, tubuh Yansen menggigil sesak di dada akan kenangan buruk kembali muncul, namun pria itu semakin mendekat lekat ditubuh Yansen yang hanya dibatasi oleh pakaian yang mereka kenakan, irama detak jantung yang menyatu membuat Yansen semakin gelisah gelenyar aneh akan keadaan dan siksaan itu sulit dihindari. "Apa maksud Anda Tuan berkata sepe
Maura percaya bahwa kehidupan keluarga akan berubah lebih baik setelah keputusannya siap tidak siap ia harus mulai berkembang mengikuti kata hati dan keluar dari zona nyamannya saat ini, dari parasnya yang cantik dan kecerdasan yang mumpuni menurun gen dari keluarga Admaja gadis itu tidak berbeda jauh dari kedua putri Admaja yang lain. Selama ini Maura tidak mengenal siapa ayah sesungguhnya namun ketika pertama kali bertemu dengan Danu Atmaja ia merasa mendapatkan figur seorang ayah dari pria paruh baya itu, niat Maura untuk lanjut pendidikan semakin kuat, hidup ditempat terpencil dan bekerja di kebun stroberi tak cukup untuk biaya pendidikan dan memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan juga sang ibu, walaupun Tuan Atmaja berjanji akan menopang semua kebutuhan pendidikan dan kebutuhan hidup ibunya Maura tetap tidak bisa menerima begitu saja pemberian dari orang yang baru ia kenal itu. Banyak hal yang masih membuat gadis itu penasaran apalagi seperti ada r
Seulas senyuman mengembang disudut bibir pria paruh baya dengan menghisap cerutu yang asapnya telah membubung tinggi dan terburai ditiup angin sejuk pegunungan, kini netra Pria paruh baya itu tertuju pada hamparan luas perkebunan stroberi yang sekarang menjadi hak miliknya. Sedang kan di depan pintu kamar Pria itu seorang wanita diam-diam memperhatikan gerak-gerik pria tua itu, dengan menghela nafas panjang dan memantapkan diri untuk mengetuk pintu dan akhirnya wanita itu memberanikan diri untuk masuk keruangan yang memang tak terkunci rapat dengan membawa secangkir kopi dan meletakkannya di atas meja saat mendengar langkah kaki dan aroma kas kopi tercium di indra penciuman Pria tua itu seketika menoleh mengembangkan bibirnya bermaksud menyambut hangat siapa yang datang dihadapannya saat ini, dilihatnya wanita masa lalu nya itu menundukkan kepala enggan untuk menyapa bahkan melihat wajah pria tersebut. "Terima kasih," ucap Pria itu datar, dan seketika meraih tangan wan
Wanita dihadapannya semakin membuat gairah Kenan semakin membuncah dan semakin memperdalam permainan menghisap memainkan ujung lidah dengan lembut dan menuntut dan lebih kasar dan setelah itu melumat lembut bibir mungil yang membuatnya selama ini candu rasa manis bibir mungil dengan lipstik warna pink sedangkan tangan berotot itu dengan lembut membelai bongkahan bulat yang nampak indah dan ketika istrinya itu hamil kini terlihat lebih berisi dan kenyal dan membuatnya semakin nyaman, menyukai benda kenyal itu dan terus memainkannya. "Sst....Sayang hentikan lenguh wanita itu berusaha menghentikan aksi suaminya namun tetap tak berdaya pria kekar dihadapannya lebih kuat mendominasi."Ini di kantor Aku malu kalau tiba-tiba karyawan melihatnya," kata wanita itu susah payah setelah bibirnya terlepas dari jerat bibir pria buas dihadapannya yang kini menyeringai bodoh bermaksud menggoda sang istri. "Hem... aku pastikan mereka tidak akan berani menggang
Sedangkan disudut lain nampak pria berkaca mata nampak mengulum saliva nya dan bergegas pergi, setelah aksi perempuan itu selesai ia takut wanita yang diam-diam menarik perhatiannya itu menyadari keberadaannya maka ia pun memutuskan untuk segera pergi dan melepaskan hasratnya ditoilet terdekat."Wanita yang luar biasa, Aku suka sifat liarnya," gumam pria itu dengan mendesah perlahan memikirkan gundukan kenyal yang menantang dengan meremas dan memenuntaskan benda keras yang berada di bagian pangkal paha nya yang kini dalam mode on membayangkan dirinya dalam buaian wanita seksi dalam fantasi liarnya.***Pintu ruang kerja Kenadra nampak terbuka, seorang wanita hamil dengan parasnya yang cantik dan menawan kini terlihat seksi dengan balutan dress bermotif bunga lili warna merah muda dengan tas tangan berwarna hitam yang menambah kesan elegan berjalan anggun menuju meja kerja sang pria yang sangat dicintainya, kegelisahan pada wajahnya nampak terlihat jelas."Sayan
Rudy mengerti dengan apa yang dipikirkan bos mudanya itu."Apakah harus juga aku yang turun tangan untuk membereskan semua ini, huh... menyebalkan," gerutu Rudy kesal, melangkah meninggalkan Kenan yang masih kebingungan membuat alasan apa untuk sang istri, sedangkan ia sangat kenal sifat istrinya seperti apa.Huh... memusingkan mereka ini menyebalkan," gerutu Rudy kesal, belum selesai masalah pekerjaan yang harus ia bereskan sekarang ia juga harus membereskan masalah rumah tangga bosnya."Sepertinya Aku harus segera mengakhiri masa lajang ku agar penderitaan ini cepat berakhir agar bisa mengerti masalah bosnya. Saat itu juga Rita masuk keruangan Rudy dengan wajah cemberutnya."Kenapa dengan wajahmu?Apa pria itu berulah lagi?" tanya Rudy pura-pura tak tahu dengan kemungkinan apa yang terjadi."Huh menyebalkan, kamu tahu bos muda kesayanganmu itu mulai menggila, sejak ia menikah dengan gadis kecil putri Atmaja itu tingkahnya banyak berubah, dan