Share

Let it be

Author: Meybutjuly
last update Last Updated: 2021-06-21 23:26:51

Setelah kepergian Baro dan Shiya, Frans masih duduk disamping kekasihnya. Ia melanjutkan makannya.

"Sayang ada yang ingin kukatakan padamu." Frans menatap kearah Lucy ragu-ragu. Ia bermaksud ingin mengutarakan rencana pernikahannya dengan Shiya pada Lucy.

"Ada apa sayang? katakanlah!" Lucy menyahuti sambil tersenyum kearah Frans seakan kekasihnya itu akan mengatakan hal yang membuatnya gembira.

"Sebelumnya aku minta maaf padamu, tapi sepertinya aku tak bisa melanjutkan hubungan kita." raut wajah Frans berubah menjadi lemah tak berdaya. Ia nyaris tak mampu menatap mata Lucy.

"Ahh kenapa kau tiba-tiba bercanda sayang?" Lucy menelan minuman yang ia pegang ditangannya, ia tertawa lebar kearah Frans. Ia masih tak ambil serius perkataan kekasihnya itu.

"Aku mengatakan hal yang sebenarnya." raut wajahnya berubah sangat serius.

Lucy yang tadinya tertawa tiba-tiba menghentikan tawanya dan menatap tajam kearah Frans. Ia masih tak mengerti dengan apa yang diucapkan Frans kepadanya.

"Orang tuaku akan menikahkanku pada gadis lain, aku sungguh minta maaf karena harus meninggalkanmu." Frans mencoba memegang tangan Lucy, namun Lucy menepisnya dan tiba-tiba  menjatuhkan gelas yang ada ditangannya diikuti tangisnya yang meledak.

Pyaaaaarrr!

Suara pecahan gelas pun terdengar disemua sudut ruangan hingga membuat semua mata tertuju pada sumber suara tersebut. Pelayan yang melihatnya pun tak berani mendekat untuk membersihkan pecahan gelas karena melihat hawa tegang diantara Frans dan Lucy.

Pikiran Frans buntu dan kacau balau. Ia mencoba menenangkan Lucy namun ia sendiri juga butuh ditenangkan. Ia memeluk erat Lucy untuk menyadarkannya.

"Kau harus bahagia dan mendapatkan lelaki yang lebih baik daripada diriku yang pengecut ini." mendengar perkataan Frans, Lucy hanya terdiam dan semakin menenggelamkan wajahnya didada bidang kekasihnya yang entah tahu atau tidak itu akan menjadi pelukan terakhirnya, ia pun semakin mengeraskan tangisnya.

Pelan-pelan Lucy menjauhkan wajahnya dari dada Frans dan beralih menatap kearah Frans masih dengan wajah yang basah karena tangisan.

"Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku? siapa gadis yang akan kau nikahi?" Lucy bertanya dengan tatapan frustasi dan air mata yang tak berhenti tergenang diwajah cantiknya.

"Kau tak perlu tahu, itu hanya akan membuatmu semakin sakit. Hanya itu yang ingin kukatakan padamu, sekarang sebaiknya kau istirahat! aku akan mengantarmu pulang." Perasaan Frans sungguh kacau, hatinya tak sanggup berlama-lama melihat kekasihnya sedih dan hancur diwaktu yang bersamaan dihadapannya.

Frans menarik tangan Lucy begitu saja tanpa menunggu persetujuan Lucy untuk membawanya keluar dari restaurant dan pulang kerumah. Selama perjalanan pulang pun Lucy hanya terdiam dengan tatapan kosong dan air mata yang terus mengalir. Frans hanya fokus dengan kemudinya tak tau lagi harus mengatakan apa pada Lucy.

Tak lama kemudian Frans menghentikan laju mobilnya tepat didepan rumah Lucy. Setelah mobil berhenti, Lucy memutarkan kepalanya kearah Frans. Ia menatap laki-laki itu dengan tatapan penuh kekecewaan. Frans segera memeluk dan menghujani ciuman dipuncak kepala Lucy. Namun, Lucy mencoba menepisnya dan keluar dari mobil Frans meninggalkannya begitu saja dan masuk kedalam rumahnya tanpa menengok kearah Frans, membuat perasaan bersalah Frans semakin belipat-lipat.

Frans hanya terdiam tak bergeming didalam mobilnya sambil menatap punggung gadis itu yang akhirnya menghilang bersamaan dengan gerakan pintu rumah yang tertutup.

***

Setelah kepergian Frans, Lucy langsung mengurung diri dikamarnya.

"Aku tidak akan pernah membiarkanmu bahagia dengan wanita lain Frans! jika aku tak bahagia dan tak bisa memilikimu, maka kaupun tak boleh bahagia dengan orang lain!" Hati Lucy yang sakit dan merasa telah dikhianati  membuatnya menjadi penuh dendam.

Dibalik pintu kamarnya ada sepasang mata yang memperhatikan, pemilik mata itu tak lain ialah sang ibu.

"Ternyata anak orang kaya sombong itu cukup cerdas, aku tidak perlu memperingatkannya 2 kali dan sekarang ia sudah meninggalkan Lucy." ia bergumam bersamaan dengan senyuman lega yang tersungging diwajah keriputnya.

***

"Ma, Pa. Frans sudah menyelesaikan urusan dengan Lucy, jadi mulai sekarang terserah kalian." Ditengah makan malam Frans bersama orang tuanya, ia menjelaskan urusannya yang telah selesai dengan Lucy.

"Baguslah nak, mama akan segera berbicara dengan keluarga Shiya untuk mempersiapkan pernikahan kalian." Nyonya Dimejo menghentikan kegiatan makannya karena antusias menanggapi perkataan anaknya.

"Kau memang anak yang bisa diandalkan nak, Papa bangga padamu." Tuan Dimejo menepuk-nepuk pundak putranya dengan senyuman bangga.

Frans hanya terdiam tak begitu tertarik dengan perbincangan ditengah makan malamnya, pikirannya masih terus dipenuhi oleh Lucy. Ia masih tak percaya jika harus melepaskan gadis yang sudah menemaninya sejak kuliah itu. Ia belum benar-benar bisa melapangkan hatinya untuk berpisah dengan gadis itu.

***

Setelah semalam membuat janji dengan Nyonya Shalim, akhirnya Nyonya Dimejo bertemu dengan Nyonya Shalim untuk membicarakan persiapan pernikahan anaknya.

Dengan pengalaman dan relasi yang mereka miliki, bukan hal yang sulit untuk menyiapkan pesta pernikahan yang cukup indah untuk anak mereka. Mulai dari dekorasi, makeup, gaun, catering dan persiapan lainnya yang tak mereka lupakan satupun.

Shiya dan Frans yang tidak begitu tertarik dengan pernikahan yang akan mereka laksanakan, membuatnya menyerahkan semua persiapan pada orangtua mereka masing-masing dan memilih untuk terima beres pilihan orangtua mereka.

Setelah semua persiapan sudah selesai, para orangtua tak mau menunggu terlalu lama untuk langsung melaksanakan pernikahan. Mereka berencana untuk melangsungkan pernikahan minggu depan dirumah keluarga Shalim.

***

Siang itu Shiya hanya duduk terdiam diujung Coffee shop dengan tatapan kosong. Kedua tangannya memegang cangkir yang terbuat dari keramik berwarna putih lengkap dengan coffee vanilla latte yang terisi didalamnya. Sudah berjam-jam ia habiskan waktunya ditempat itu, ia juga tak pergi ketoko karena masih tak percaya harus segera menikah dengan lelaki yang sama sekali tak ia cintai.

"Kenapa kau disini? Kau sengaja menungguku?" Suara lelaki yang tak asing ditelinganya itu berhasil membuyarkan lamunannya. Shiya menoleh kearah sumber suara itu sebentar untuk kemudian mengalihkan pandangannya lagi setelah mengetahui si empu suara tersebut yang tak lain adalah Frans. Shiya tak terlihat tertarik untuk berbincang dengannya.

"Heiii! aku sedang berbicara denganmu!" Frans menekankan suaranya karena tak mendapat respon dari Shiya.

"Jangan menggangguku!" Shiya mengeluarkan suara masih dengan posisinya tanpa melihat kearah Frans.

"Heii! setidaknya kita harus bicara sebelum melaksanakan pernikahan!" Frans sedikit serius dengan perkataannya kali ini membuat mata Shiya mengerjap kearahnya.

"Hemmmh bicaralah!" suara Shiya terdengar lemah tanpa semangat.

"Kau yakin tetap akan melaksanakan pernikahan kita walaupun tanpa cinta?" raut wajah Frans terlihat sangat serius.

"Memangnya menurutmu aku bisa menolak pernikahan ini? bahkan sudah ratusan kali aku memohon pada orangtuaku untuk membatalkan pernikahan kita dan hasilnya nihil, sia-sia saja aku memohon." raut wajah Shiya terlihat sangat tidak bersemangat, ia menjawab pertanyaan Frans dengan menundukkan kepala.

Hal yang sama juga dirasakan Frans, ia hanya memandang Shiya dengan putus asa.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I'm Not Lucy   Begining

    Hari berikutnya, Hans dan John pun kembali ke Jepang setelah mereka mendapat informasi yang cukup tentang Lucy. Mereka terus berusaha mencari keberadaan Lucy hingga ke seluruh penjuru dunia. Namun, usahanya tak kunjung juga mendapatkan hasil.Selama berada di Jepang, Hans pun kembali memperdalam ilmu bisnisnya dengan bimbingan sang kakek dan juga John. Karena bagaimanapun juga, Hans adalah satu-satunya penerus keluarga Heng.Lima tahun kemudian.Tibalah saatnya untuk Hans kembali ke Indonesia untuk mengambil alih semua perusahaan Baro yang selama ini tidak terlalu terurus. John sendiri juga kuwalahan menangani semua perusahaan besar itu seorang diri.Kini dengan adanya Hans, pekerjaan John pun bisa lebih ringan. Ia hanya perlu mengurus beberapa anak perusahaan milik Baro yang ada diluar negeri."Uruslah perusahaan Ayahmu dengan baik. Jangan mengecewakannya!" Tuan Heng berdiri di teras rumahnya saat Hans hendak berangkat ke Indonesia meninggalkannya."Baiklah, Kek. Jagalah kesehatan Kak

  • I'm Not Lucy   The Truth

    Pintu itu mulai terbuka, seorang wanita terlihat muncul dari balik pintu itu."John? kau kah itu?" Shiya menyipitkan matanya menatap pria yang tengah berdiri dihadapannya itu."Katakan padaku Nona! dimana kau sembunyikan Nona Lucy?" John berteriak padanya, memaksa air mata Shiya untuk keluar begitu saja."A-aku... hiks hiks hiks." Shiya tak kuasa menahan tangisnya. Bahkan ia kesulitan untuk melanjutkan perkataannya."Ibu?" Hans melangkahkan kakinya pelan menatap Shiya yang sedang menangis diambang pintu itu.Suaranya pun berhasil membuat tangis Shiya terhenti sejenak, ia kemudian menatap pria yang sedang berjalan kearahnya itu dengan seksama."Si-siapa?" Shiya menatap Hans yang berjalan kearahnya dengan tatapan mata sendu."A-aku Hans Bu." Shiya pun berjalan mendekatinya, pelan ia memegang wajah tampan itu dengan kedua tangannya."Hans? benarkah itu kau?" Shiya pun memeluk tubuh tegap pria yang a

  • I'm Not Lucy   Back To Indonesia

    Hari berikutnya, Hans dan John sudah bersiap-siap untuk pergi meninggalkan resort setelah selesai menikmati sarapan. Keduanya pun kini berdiri di lobby untuk menunggu kedatangan mobil yang menjemputnya.Saat sedang berdiri disana, seekor anjing tiba-tiba mendekatinya. Anjing itu terus menggonggong didekatnya seakan ia tahu bahwa Hans akan segera pergi."Kau datang untuk mengucapkan selamat tinggal padaku?" Hans mengusapnya dengan lembut. Sedangkan John hanya memperhatikannya."Dia mirip sekali dengan Coda." John memperhatikannya sejenak."Kau benar Paman." Hans mengedarkan pandangannya seperti sedang mencari seseorang."Mobil kita sudah tiba Tuan." tak lama setelah itu, mobil yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Hans pun mengucapkan selamat tinggal pada anjing itu dan masuk kedalam mobilnya."Codaaa! Codaaa!" saat mobil yang membawa mereka mulai berjalan. Lucy terlihat berlari menghampiri anjing itu sambil berte

  • I'm Not Lucy   Afternoon on the beach

    Sore itu, seperti biasanya. Lucy berjalan-jalan disepanjang pantai bersama dengan anjingnya. Anjing itu terus setia berjalan didekat Lucy. Namun, tidak seperti biasanya tiba-tiba anjing itu berlari menjauh darinya. Sontak Lucy pun terkejut dibuatnya."Coda! Coda! kemarilah!" Lucy berteriak setengah berbisik karena anjing itu berlari mendekati seorang pria tampan yang tengah berdiri menikmati pemandangan indah pantai yang tak jauh darinya. Ia takut suaranya akan didengar oleh pria itu. Bukan apa-apa, hanya saja Lucy tak enak hati jika anjingnya mengganggu orang lain.Namun, sangat berbeda dari dugaannya. Pria itu malah menundukkan tubuhnya dan mengusap-usap bulu anjing itu dengan lembut. Rupanya, Coda mencium bau susu yang sedang Hans pegang ditangannya.Lucy pun segera berlari mendekatinya karena melihat anjing itu sudah bertindak keterlaluan pada orang asing."Maafkan saya Tuan. Anjing ini sedikit nakal. hehe." Shiya membawa anjing itu pa

  • I'm Not Lucy   Thailand

    Beberapa tahun kemudian.Lucy berjalan dipinggir pantai di depan resort nya menikmati pemandangan sore yang indah itu. Kegiatan itu sekarang telah menjadi kebiasaannya. Ia selalu berjalan-jalan dengan ditemani seekor anjing jenis German Sheperd yang ia temukan beberapa lalu dipinggir pantai.Karena anjing liar itu mengingatkannya pada Coda, jadi Lucy memutuskan untuk merawatnya. Ia membiarkan anjing itu berkeliaran di resort nya dan kini anjing itu sangat patuh padanya.Gadis kecil yang sebelumnya masih berumur 10 tahun itu kini sudah berumur 17 tahun. Lucy sudah tumbuh dengan sangat baik dan kuat. Ia pun juga sangat cantik, bahkan umurnya sudah memenuhi syarat untuk memiliki kartu tanda pengenal sendiri.Keahlian bela diri Lucy pun kini tak main-main, ia bahkan memenangkan banyak kompetisi muay thai diberbagai pertandingan yang ia ikuti. Namun, namanya terkenal sebagai Sangrawee Narong bukan dengan nama Lusiana Arabelle.Hal it

  • I'm Not Lucy   Muay Thai

    Untuk pertama kalinya, Lucy menapaki negara yang terasa asing baginya. Negara yang sama sekali belum pernah ia kunjungi meski hanya didalam mimpi saja.Suara-suara orang yang berbicara dengan bahasa asing pun terus menyelimuti telinganya. Suasana yang sangatlah berbeda dari sebelumnya.Sebuah mobil mewah pun sudah terparkir didepan pintu masuk bandara Internasional Phuket untuk menjemput mereka. Beberapa pria terlihat segera menghampiri mereka untuk membawakan koper yang sedang mereka bawa."Ma?" Lucy menggenggam erat lengan Nyonya Aom karena merasa takut melihat pria-pria asing bertubuh kekar yang mengambil alih kopernya itu."Jangan takut, mereka adalah orang-orang yang bekerja untuk Papamu." Nyonya Aom pun memeluknya agar gadis kecil itu tak merasa takut."Kemarilah! Paman ini baik hati. hahaha" Tuan Narong terkekeh di samping mobilnya saat melihat Lucy yang ketakutan. Ia juga menepuk-nepuk bahu salah satu pria bertubuh kekar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status