Share

TIME

"Kita sama - sama tidak ingin mengecewakan orang tua kita, jadi bekerja samalah!" Frans berusaha keras agar perkataannya didengar oleh Shiya.

"Hmmm baiklah terserah kau saja." Shiya berlalu pergi meninggalkan Frans yang masih duduk begitu saja.

***

"Hey cantik!" suara itu membuyarkan lamunan Shiya. Shiya tengah berdiri melamun di tokonya hingga membuatnya tak menyadari kedatangan Baro. Sebelumnya Baro sudah memberitahunya bahwa dirinya akan menemui Shiya di tokonya. Namun, tetap saja hal itu tidak membuat Shiya tidak terkejut dibuatnya.

"Baro? kau mengagetkanku." Shiya memejamkan matanya, kedua tangannya reflek memegang dada.

"Kenapa kau melamun? sedang memikirkan apa? ku harap kau memikirkanku hahaha." perkataan Baro berhasil membuat Shiya tersenyum.

"Apa yang membawamu kemari?"

"Aku merindukanmu Shiya."

"Rindu?" Shiya mengernyitkan kening heran.

"Iya, ayo temani aku sebentar!" Baro menarik tangan Shiya begitu saja dan membawanya masuk kedalam mobilnya membuat Shiya tak dapat menolaknya.

"Kau mau membawaku kemana?"

"Lihat saja nanti, kau tidak akan menyesal." Baro melajukan mobilnya. Perjalanan mereka cukup jauh karena membutuhkan waktu lebih dari satu jam.

"Ini dimana?" Shiya mengedarkan pandangannya dan melihat pemandangan yang sangat indah. Matanya disuguhi dengan sungai yang begitu tenang.

"Ayo!" Baro kembali menarik tangan Shiya. Ia membawa Shiya naik kedalam kapal pesiar yang ia sewa khusus untuknya dan Shiya. Didalamnya hanya ada beberapa pelayan saja dan tidak ada pengunjung lain.

"Kenapa kau membawaku kemari?"

"Aku hanya ingin makan bersamamu." Baro membawa Shiya duduk di meja yang telah di siapkan khusus untuk mereka berdua. Makanan mewah telah tersaji dimeja tersebut.

"Kenapa kau repot - repot seperti ini hanya untuk makan?"

"Karena aku suka." Baro menyunggingkan senyumnya pada Shiya, membuatnya semakin terlihat sangat tampan. Mereka berdua menghabiskan waktu hingga hari mulai gelap di kapal tersebut. Baro membawa Shiya berdiri di pinggir kapal untuk menikmati indahnya malam dari sungai. Tak lama kemudian terdengar bunyi berisik kembang api.

Duaaaarrrr... Duaaaaaar... Duaaaaaar

"Woah." Shiya begitu terpana melihat parade kembang api yang tanpa ia tahu adalah ulah Baro. Matanya berbinar, ia terlihat sangat takjub.

"Kau suka?" Baro bahagia memandang wajah Shiya yang terlihat sangat senang.

"Suka sekali. ini sangat indah, terima kasih telah membawaku kemari." Shiya terus tersenyum dan antusias melihat ledakan kembang api.

"Shiya." Baro memanggil nama Shiya hingga membuatnya mengalihkan pandangannya dari arah ledakan kembang api, lalu kemudian menatapnya. Namun, betapa terkejutnya Shiya saat melihat Baro tengah membawa seikat bunga di tangan kanannya dan cincin dalam kotak di tangan kirinya. Ia mulai merendahkan tubuhnya bersujud di hadapan Shiya.

"A-apa yang kau lakukan?"

"Shiya aku mencintaimu sejak pertemuan kita yang pertama. Aku ingin kau menjadi milikku. Jadilah kekasihku Shiya."

"Ma - maafkan aku, tapi aku..."

"Apa ini terlalu cepat? Ah maafkan aku, harusnya aku tidak melakukannya secepat ini. Aku hanya tidak mau kau jauh dariku. Kau tak perlu menjawabnya sekarang."

"Bu- bukan seperti itu maksudku. Sebenarnya aku juga sangat bahagia saat bersamamu tapi aku harus menikah bersama orang lain dalam waktu dekat." raut wajah Baro terlihat sangat kecewa, namun ia berusaha tetap tersenyum tegar.

"Maafkan aku, aku sama sekali tidak tahu. Harusnya aku tidak melakukan hal seperti ini padamu."

"Kau sama sekali tidak salah. Sebenarnya aku tidak menginginkan pernikahan itu, tapi orang tuaku memaksanya."

" Apa aku boleh tahu siapa yang akan menjadi suamimu?"

"Frans Dimejo. Pemilik Dimejo Group."

"Ah kenapa aku harus mengenalnya. Tunggu! bukankah dia sudah memiliki kekasih? dia membawanya saat makan bersama bukan?"

"Ya begitulah." Shiya menundukkan wajahnya dan memperlihatkan kesedihannya didepan Baro.

"Apa kau tak bisa membatalkannya dan menikahlah denganku saja? aku mohon, aku janji akan membahagiakanmu. Aku takut Frans akan menyakitimu kelak." Baro masih berusaha menyakinkan Shiya. Tapi apa boleh buat, dia tak bisa mengecewakan orang tuanya.

"Maafkan aku Baro, bisakah kau tetap menjadi temanku?" Shiya meraih kedua tangan Baro dan membuatnya berdiri. Shiya memeluk tubuh Baro dan menenggelamkan wajahnya di dada bidang pria yang disukainya.

"Tentu saja, aku akan selalu menjadi temanmu. Jika suatu saat Frans menyakitimu, datanglah padaku!" Frans membalas pelukan yang Shiya berikan dengan erat.

***

Pagi ini Shiya sangat malas untuk bangun karena menyadari hari pernikahannya akan semakin dekat. Alih alih membantu menyiapkan pernikahannya, ia malah sibuk menghabiskan waktunya di toko dan menghabiskan waktu bersama Baro.

Sebelum pernikahannya dilaksanakan, Baro dan Shiya malah semakin dekat. Saat ini hubungan mereka seperti teman sesungguhnya. Tidak ada rasa canggung antar keduanya. Baro selalu datang menemui Shiya hanya untuk sekedar makan dan berbincang layaknya seorang sahabat yang selalu ada saat Shiya membutuhkannya.

"Kau harus terlihat tampan saat datang ke pesta pernikahanku!"

"Baiklah."

"Ayo kita cari baju untukmu!" Shiya bergegas mengajak Baro untuk pergi mencari baju untuk Baro. Mereka berhenti di sebuah toko yang cukup mewah dan lengkap menyediakan pakaian pria.

"Kau saja yang memilihnya!"

"Cobalah tuxedo ini!"

"Baiklah." Baro meraih tuxedo berwarna hitam itu dan pergi ke ruang ganti. Beberapa saat kemudian, Baro keluar dari ruang ganti dan memanggil Shiya.

"Shiya! apa bagus untukku?" ia memutar - mutar kan tubuhnya didepan cermin. Melihat pantulan dirinya sendiri.

"Hmmm coba ganti yang ini! Kau terlihat tampan apapun yang kau kenakan hihi." Perkataan Shiya membuat Baro tersenyum senang dan membuatnya makin semangat mencoba baju - baju yang Shiya pilihkan.

"Sayang sekali pria setampan ini kau campakan." Baro terkekeh melemparkan candaan pada Shiya.

"Beruntung sekali wanita yang kelak menjadi istrimu." Shiya sibuk merapikan kancing jas yang sedang Baro pakai. Bukannya ikut tertawa oleh candaan Baro, raut wajah Shiya malah terlihat kecewa.

Mereka terlalu lama bercanda juga baju yang Baro coba sangatlah banyak hingga tak menyadari waktu sudah larut dan toko pun akan segera tutup.

"Maaf nona tokonya sudah mau tutup, bisa saya bantu pembayarannya di kasir?" seorang pegawai toko tengah menghampiri mereka berdua.

"Ahh maafkan kami."

"Aku harus ambil yang mana?" Baro terlihat bingung melihat banyaknya baju yang ia coba.

"Aku juga tidak tahu haha, semuanya terlihat bagus di tubuhmu." Shiya malah terkekeh.

"Baiklah kalau begitu aku akan ambil semuanya."

"Apa kau gila? untuk apa sebanyak itu?" Shiya terkejut dan membulatkan kedua matanya mendengar perkataan Baro.

"Untuk ku pakai karena kau menyukainya." Lagi-lagi Baro melemparkan senyuman tampannya membuat siapa saja yang melihatnya akan terpesona dibuatnya.

"Hentikan senyuman mematikan mu itu!" Shiya terlihat kesal karena tak bisa dipungkiri, senyuman Baro memanglah sangat mempesona. Ia berlalu pergi ke kasir diikuti Baro dibelakangnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status