Share

It's So Hurt!

"Kak, bagian bawahku sakit dan perih!" isak Quila di dalam kamar Fizz ditemani Daisy pula di sana. 

Sebuah kamar dengan warna dominasi pink menjadi tempat peristirahatan Quila saat ini dari kejaran Chivas. 

"Tidak apa-apa, dengan ini kau dapat membuktikan pada kami bahwa kau memang masih suci dan layak mendapatkan Chivas," ucap Fizz santai. 

Daisy berulang kali melihat nail art pada sepuluh kuku jarinya, melihat tak ada cacat di kuku indahnya. 

Quila sesekali meringis kesakitan. 

"Tapi ini benar-benar sakit, Kak. Kalau kakak memiliki ide brilliant lainnya, tidak mungkin aku melakukan ini pada Chivas," keluh Quila pada dua kakak perempuan Chivas. 

Semua ini berawal dari ide gila kakak beradik di depannya, Quila harus melakukan tingkah konyol dan menanggalkan harga dirinya demi pemuda bernama Chivas. Pemuda yang membuatnya jatuh hati selama kurang lebih separuh hidupnya. 

Mengingat momen memalukan semalam.. 

Secangkir teh yang disajikan di meja makan milik Chivas telah tandas. Pemuda itu telah menghabiskan cairan berwarna coklat dengan aroma melati itu secepat mungkin. 

Quila yang baru saja datang dari Inggris diminta ikut bergabung untuk makan malam oleh Margarita, ibu tiga anak dari Pisco Abraham. 

Sesekali Quila menyempatkan mencuri pandang ke arah Chivas yang duduk berhadapan dengannya. Chivas segera meninggalkan meja makan usai menghabiskan sepiring nasi goreng cumi kesukaannya dan secangkir teh hangat. Pandangannya fokus tertuju pada pemuda tampan yang telah menguasai hati dan pikirannya selama ini. 

Lagi dan lagi, Quila diacuhkan. Namun, ia bukan perempuan yang mudah menyerah. Apapun akan ia lakukan demi bisa mendapatkan Chivas hingga ia menyetujui ide gila Fizz dan Daisy. 

Tak lama kemudian. Di saat semua orang sudah kembali ke dalam kamar, Quila mengendap-endap masuk ke kamar Chivas. Benar saja, saat ini Chivas mulai merasakan ada yang aneh dalam tubuhnya. Ia merasa alirah darahnya meningkat menuju ke senjata perangnya. Sumpah demi apapun ia belum pernah merasakan hal ini. 

"Ada apa denganku?" gumam Chivas yang merasa seluruh tubuhnya panas. 

Ingin rasanya pria muda itu berteriak, dan beberapa detik kemudian pintu kamarnya terbuka. Seorang perempuan muda nan cantik masuk hanya memakai gaun tidur tipis yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang indah. 

"Quila! Kenapa kau masuk kamarku? Cepat keluarlah! Jangan mendekat!" 

Perempuan yang dipanggil namanya hanya tersenyum manis dan terus mendekat. Gerakannya sensual. 

"Aku ke sini untuk membantumu. Jangan takut, Chivas. Aku baru pertama kali akan melakukannya. Jadi bimbing aku, ya!" rayu Quila. 

Chivas berusaha tetap sadar dan menghindari sentuhan perempuan itu yang kini mulai berani membuat gambar abstrak di dada bidangnya. 

Pertanyaannya sejak kapan bajunya telah terlepas? 

Chivas berusaha sekuat tenaga menepis sentuhan dari jemari halus Quila. Semakin ia tolak, sensasi dalam tubuhnya justru semakin kuat. 

"Keluar dari kamarku sekarang juga!" 

"Tidak akan!" 

"Kalau kau berani maju selangkah lagi, kau akan menyesalinya!" 

"Tidak akan, because tonight, I'm yours!" 

"Aaaaaaarrggg! Kau yang memintanya, jangan menyesal!" teriak Chivas yang kini sudah berada di atas tubuh Quila. 

Quila sudah berada di bawah kungkungan Chivas. 

"Lakukan saja, aku tidak akan menyesalinya," titah Quila pada Chivas yang mulai tak bisa mengontrol akal sehatnya. 

Ketahuilah, pengalaman ini juga yang pertama kali pria itu rasakan. 

Chivas mulai meraup benda kenyal berwarna merah ranum milik sang perempuan di atas tempat tidurnya. Tangannya mulai aktif bergerilya menanggalkan setiap lapis kain dari tubuh indah Quila. 

Pria itu dengan rakus menjelajahi setiap bagian dari pahatan indah sang pencipta dan memberi jejak kepemilikan di sana. 

Quila merasakan nyeri di beberapa bagian yang membuatnya terasa seperti disengat listrik. Tubuhnya ikut memanas mengikuti alur permainan sang pemuda. 

"Quila, ini yang kau mau, kan? Aku akan menuruti keinginanmu," ucap Chivas dengan gairah yang menggebu. 

Sesuatu di bawah sana telah basah dan bersiap menerima kejutan dari sang pemuda. Tak perlu menunggu lama, dengan susah payah akhirnya pemuda itu berhasil memasuki milik sang perempuan yang begitu berharga. Darah mengalir dari sana membuktikan bahwa kesucian itu telah terenggut. 

"Sakit!" pekik Quila. 

Chivas semakin bersemangat kala mendengar erangan dan jerit yang tertahan dari bibir Quila. Indera pengecap Chivas semakin kuat menggeledah isi rongga mulut Quila. 

Semuanya telah terjadi. Semua salah, tak ada yang membenarkan kejadian malam itu. Entah berapa lama mereka bermain-main di atas tempat tidur berukuran king size tersebut. Hingga pada akhirnya keduanya kompak tumbang usai melakukan pergelutan panas. 

Kembali ke realita… 

"Lalu bagaimana rasanya semalam? Apakah enak?" tanya Fizz penuh antusias. 

"Sakit, Kak!" 

"Selain sakit, apa tidak ada lagi rasanya? Aku penasaran sekali," desak Fizz. 

Quila tersenyum kikuk. 

"Lebih baik kau rasakan sendiri saja dengan calon suamimu itu, Kak! Kau yang menyuruhku, kenapa kau justru belum pernah melakukannya? Jangan-jangan kau jadikan aku ekperimen untuk tahu bagaimana rasanya, ya? Kejam sekali kalian!" pekik Quila, tatapan matanya tajam tertuju pada Fizz dan Daisy. 

"Kau itu tinggal bilang rasanya saja tidak susah bukan? Lagipula aku akan menunggu waktunya tiba saja. Tidak apa-apa yang penting kau sudah selangkah lebih jauh dekat dengan Chivas. Kau pasti bisa mendapatkan hatinya sedikit demi sedikit," ucap Daisy menenangkan hati Quila. 

"Setidaknya kami jadi tahu bahwa Chivas normal dan bisa bereaksi terhadap wanita," timpal Fizz. 

"Kak Fizz! Bagaimana kalau Chivas malah semakin membenciku? Ah, bodoh sekali aku mengikuti saran dari kalian. Saat ini akulah yang rugi dan malu. Bagaimana ini kalau sampai Tante Margarita mengabari Daddy dan Mommy?" pekik Quila merutuki kebodohannya. 

Kekhawatirannya sangat wajar, apalagi Quila adalah anak tunggal dari Jack dan Sangria. Fizz dan Daisy kompak tersenyum. 

"Lebih baik mereka tahu, dengan alasan itu kalian pasti akan segera dinikahkan!" celetuk Fizz dan diangguki Daisy. 

"Menikah dengan Chivas?" tanya Quila yang tak percaya dengan apa yang didengarnya. Wajahnya berbinar-binar. 

"Ya, perjuanganmu untuk mendapatkan Chivas pasti akan berhasil. Sakitmu itu akan berbuah manis. Percayalah padaku!" tegas Fizz, sulung dari tiga bersaudara itu sangat yakin. 

***

Chivas membuka pintu utama dengan raut wajah tak terbaca. Kesal dan kecewa karena tak dipercaya oleh seluruh anggota keluarga membuatnya berkali-kali mengumpat. 

Langkahnya menaiki anak tangga begitu menggebu-gebu. Ia ingin segera merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Belum sampai ia sampai di lantai atas, Quila menuruni anak tangga. Mereka berpapasan di tengah-tengah anak tangga. 

Tatapan tajam nan mematikan bak musuh di medan peperangan dikibarkan Chivas ke arah Quila. Tampaknya Quila tak takut dengan hal itu, wajah perempuan yang semalam bersamanya kini tersenyum penuh kemenangan. 

"Aku akan membuatmu menyesal karena sudah berani menjebakku!" ancam Chivas tak main-main. 

"Aku tunggu!" jawab Quila cepat tanpa rasa takut sedikitpun. 

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status