共有

I'm Your Destiny
I'm Your Destiny
作者: Fredelina Putri

Sweet Trap

last update 最終更新日: 2021-05-10 19:52:50

"Keluar dari kamarku sekarang juga!" 

"Tidak akan!" 

"Kalau kau berani maju selangkah lagi, kau akan menyesalinya!" 

"Tidak akan, because tonight, I'm yours!" 

***

Pagi menyambut, mengganti gelapnya malam dengan sinar terang yang melewati setiap celah jendela sebuah kamar megah nan luas milik. Dua manusia berlawanan jenis di atas ranjang masih menikmati indahnya alam mimpi sambil berpelukan. 

Seseorang membuka pintu kamar tanpa mengetuk sebelumnya. Wanita paruh baya yang masih tampak ayu dan juga berkelas itu masuk ke dalam kamar anak bungsunya. 

Ceklek 

Pintu terbuka menampakkan pemandangan di luar nalar. 

"Chivas!" teriak Margarita pada dua manusia yang tubuhnya masih terbalut selimut tebal. 

Posisi sepasang manusia itu amat tak wajar. Keduanya bukan suami istri. Menjalin hubungan sebagai pasangan kekasih juga bukan. Apakah mereka semalam berbuat gila? 

Manik mata Margarita terus tertuju pada tubuh polos keduanya. 

"Chivas!" panggil Nyonya Margarita sekali lagi. 

Panggilan kedua akhirnya masuk ke dalam indera pendengaran sang pria muda yang masih berjuang melawan rasa kantuk. 

Perempuan yang ada di samping pria yang dipanggil namanya itu pun mengerjapkan mata perlahan-lahan. 

"Mama!" seru Chivas pada sang ibu. Spontan ia menutupi tubuh bagian bawahnya yang sedikit tersingkap. Ditatapnya perempuan di sampingnya yang juga ikut terkejut. 

"Apa yang kalian berdua lakukan semalam? Kalian berdua, temui Mama di ruang keluarga lima belas menit lagi!" titah Margarita tak bisa dibantah. 

***

Di ruang keluarga milik Pisco Abraham. Seluruh anggota keluarga telah berkumpul. Pisco menatap semua orang yang duduk mengelilinginya. 

"Aku bisa menjelaskannya, Ma, Pa. Aku dijebak!" jelas Chivas melirik perempuan yang tertunduk lesu di seberang tempat duduknya. 

"Dijebak? Hah, kau bohong!" sahut Fizz, kakak pertama Chivas. 

"Ya, kau bohong. Siapa juga yang ingin menjebakmu? Lagipula Quila baru semalam mendarat dari Inggris dan menginap di sini, kau pasti yang telah menggodanya bukan?" tuduh Daisy, kakak kedua Chivas. 

Kedua kakak perempuan Chivas kompak menuduh adik bungsunya berbohong. Chivas menahan kesal, tanpa ia sadari tangannya mengepal di bawah meja. 

"Aku tidak seperti itu, Kak! Percayalah padaku!" pinta Chivas pada kedua kakaknya. 

"Kau seperti aktor yang baru saja memenangkan penghargaan, aktingmu sangat bagus hingga bisa menipu para penonton. Mana ada maling mengaku maling, kalau iya penjara pasti penuh! Ck, ck, ck," sindir Fizz. 

Kakak beradik itu mulai merasa benar dengan keyakinannya masing-masing. Perdebatan itu semakin memanas dan alot. Satu pihak merasa pendapatnya paling benar, tak menerima bantahan. 

"Cukup!" hardik Pisco menghentikan perdebatan anak-anaknya. 

Margarita dan Pisco saling berpandangan satu sama lain, keduanya bingung hendak mempercayai ucapan dari anaknya yang mana. Tatapan keduanya kini tertuju pada Quila yang masih menundukkan wajahnya dan duduk di sofa single. 

"Quila, kemarilah sayang, aku tahu kau pasti ketakutan. Semua ini pasti akan Chivas selesaikan dengan baik. Benar begitu, Chivas?" tanya Margarita usai menenangkan Quila. 

Perempuan yang bernama Quila mendekati Margarita dan duduk tepat di sebelahnya. 

Quila menitikkan air mata. Chivas melihat sudut kelopak mata Quila basah. 

"Kau yang datang ke kamarku semalam!" teriak Chivas sambil menuding Quila, ia lelah membela diri karena terus disalahkan oleh seluruh anggota keluarganya. 

"Quila?" tanya Margarita tak percaya.

Quila beranjak dari sofa, ia berdiri dan memandang satu per satu keluarga Pisco Abraham. 

"Maafkan aku jika kedatanganku di sini justru membuat keluarga kalian bertengkar, lebih baik Quila pergi dari sini dan mencari tempat tinggal sementara sampai rumah selesai direnovasi," ucap Quila bernada sendu. "Untuk masalah semalam, aku sudah memaafkanmu, Chivas, mungkin kau sedang mabuk," lanjut Quila sembari terisak. 

Quila hampir keluar dari ruangan tersebut, namun, genggaman tangan seseorang menghentikan langkahnya. 

"Jangan pergi, Quila! Chivas harus bertanggung jawab padamu. Darah di atas ranjang itu adalah bukti bahwa semalam kalian telah menghabiskan waktu berdua. Aku sudah menikah jadi aku tahu dengan jelas apa yang telah kalian berdua lakukan. Entah Chivas mabuk atau tidak, dia harus bertanggung jawab padamu sepenuhnya," tegas Margarita. 

"Mama! Aku tidak melakukan itu dengan sengaja, semalam aku benar-benar tak sadar. Aku yakin ada yang tidak beres dan janggal di sini. Mama dan Papa harus percaya padaku, aku akan mencari bukti," seru Chivas mencoba meyakinkan kedua orang tuanya. 

"Percuma! Membuktikan apapun tidak ada gunanya. Kau sudah membuat Quila kehilangan mahkota berharganya. Kau harus menikahinya. Mau membantah sekalipun, darah di atas ranjang sudah menjadi bukti kuat apa yang kalian lakukan semalam! Apa yang akan dikatakan oleh Om Jack? Kau sudah menodai anak gadisnya yang dititipkan di sini. Mama dan Papa kecewa padamu," ucap Margarita dan berlalu dari ruangan itu diikuti sang suami. 

"Tunjukkan kalau kau pria sejati, jangan lempar tanggung jawab dan tak mau mengakui kesalahan!" tegas Pisco sebelum menghilang dari balik pintu. 

"Kami kecewa padamu, Chivas!" ujar Daisy penuh penekanan.

"Quila, ayo tidurlah di kamarku supaya kau lebih tenang dan aman dari pria ini! Aku malu menyebutnya sebagai adikku," ajak Fizz pada Quila dan sempat melirik ke arah adik bungsunya dengan tatapan sulit diartikan. 

Sepeninggal semua anggota keluarganya, Chivas memukul dinding dengan amarah yang menggebu. 

"Aaaaaaarrggg! Brengsek!" teriak Chivas mengepalkan tangan bak memukul sosok tak kasatmata. 

***

Chivas mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang menuju sebuah klub bilyard yang ada di pusat kota. 

Plang besar bertuliskan huruf timbul EXCELIO BILYARD menjadi tempat tujuannya saat ini. Klub itu adalah miliknya. 

Chivas keluar dari mobil mewahnya dengan gontai. Hati dan pikirannya sedang tak bersahabat dengan keadaan. 

"Morning, Kakak," greeting karyawan bilyard yang bertugas membukakan pintu untuk semua pengunjung dan baru menyadari bahwa itu adalah bosnya. 

"Hemm," jawab Chivas lebih terdengar seperti sebuah deheman daripada jawaban.

Pria tampan itu menuju ke lantai tiga tempat favoritnya berkumpul dengan kedua sahabatnya. Scott dan Agave. 

"Hai, Bro. What's up yoo, ada apa dengan wajahmu yang ditekuk itu?" sapa Scott saat melihat raut wajah Chivas yang lebih dingin dari biasanya. 

Chivas duduk di sofa samping meja bilyard mereka. 

"Ada apa? Tidak biasanya kau diam saja," timpal Agave yang setuju dengan pertanyaan Scott sebelumnya. 

"Aku dipaksa menikah oleh Papa dan Mama gara-gara perempuan gila itu," pekik Chivas. 

"Perempuan gila? Siapa dia?" 

"Quila," jawab Chivas singkat. 

"Model cantik yang baru kembali dari Inggris itu?" tanya Scott antusias. 

Anggukan dengan tempo cepat menjadi jawaban atas pertanyaan Scott pada Chivas. 

"Dia bukan perempuan gila! Tapi perempuan yang dapat membuat kaum adam tergila-gila, contohnya aku," sahut Agave. 

"Kalau kau mau, ambil saja dia. Aku tak butuh perempuan dalam hidupku. Semua salahnya. Aku sangat membencinya!" umpat Chivas. 

Amarah Chivas tak dapat terbendung lagi. Emosi sudah merayap ke dalam pikirannya hingga ia sudah tak bisa mengontrol akal sehatnya. 

"Brengsek! Aku tidak akan mau menikah dengannya. Aku tidak sudi! Kupastikan dia akan menyesal telah melakukan ini padaku!" teriak Chivas sembari menjambak rambutnya. 

***

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
コメント (2)
goodnovel comment avatar
barlaman si jon
Dih! Kok gitu chivas. Laki-laki harus gentle dong...., walaupun nggak sengaja, tapi nyatanya Quila udah koyak gara-gara dia. Jadi kamu harus tanggung jawab Chivas!!!
goodnovel comment avatar
barlaman si jon
Dih! Kok gitu chivas. Laki-laki harus gentle dong...., walaupun nggak sengaja, tapi nyatanya Quila udah koyak gara-gara dia. Jadi kamu harus tanggung jawab Chivas!!!
すべてのコメントを表示

最新チャプター

  • I'm Your Destiny    Kencan

    Quila menatap tak percaya. Bagaimana bisa pria itu di dalam kamarnya? Apakah ia sedang bermimpi? Tapi kenapa rasanya begitu nyata?Perempuan itu mengerjapkan mata berkali-kali dan memastikan sosok di hadapannya adalah manusia bernama Chivas.Jemarinya merayap ke arah matanya ke atas dan ke bawah. Merasa nyeri di bagian kelopak matanya membuat ia sadar bahwa ini nyata adanya."Chivas!! Kenapa kau masuk kemari? Wah, jangan-jangan kau sudah menyadari perasaanmu terhadapku, ya?" ledek Quila yang segera memindahkan benda empuk dari tangannya kembali ke tempat tidur.Quila beranjak dari posisinya dan mendekati Chivas. Chivas bergeming di tempatnya. Ia hanya diam saat Quila berjalan sambil memutari tubuhnya.Perempuan cantik itu tersenyum penuh misteri dengan pikiran menerka maksud kedatangan Chivas ke kamarnya. Belum sempat terjawab, Chivas berdehem."Ehem!" suara itu berasal dari tenggorokan Chivas yang sengaja

  • I'm Your Destiny    Pria Menyebalkan

    Ke empat manusia di dalam kamar Chivas tampak beradu argumen di hati dan pikiran masing-masing. Fizz dan Chivas terlihat seperti dua orang musuh yang terlibat adu nyali. Ada sorot kekesalan di sorot tajam yang mendominasi dari Chivas ke pada sang kakak.Pemuda tampan itu mengalihkan pandangan ke arah perempuan cantik yang perlahan bangun dari ranjangnya. Dengan gerakan yang begitu santai dan menyembunyikan rasa malunya, Quila mendekati Chivas dan tersenyum kikuk."Sepertinya kak Fizz dan kak Daisy salah paham! Kami tadi tidak sengaja berada dalam keadaan berpelukan seperti itu. I'm swear!" yakin Quila. "Ah, lebih baik aku kembali ke kamarku dulu! Bye, Chivas, Kak Fizz dan Kak Daisy!" pekik Quila selanjutnya, perempuan itu segera ambil langkah seribu supaya tak dicecar banyak pertanyaan dari kedua saudari Chivas tersebut.Fizz dan Daisy hanya geleng-geleng kepala melihat Quila yang kabur dari kamar Chivas. Tatapan mereka beralih pada sang adik d

  • I'm Your Destiny    Potret

    'Ayo katakan pada mereka yang sebenarnya!' batin Chivas yang mulai tak sabar.Quila tahu apa yang ada dalam pikiran Chivas. Ia diam-diam menundukkan pandangannya lalu dalam hitungan detik genangan air mata itu menetes perlahan dari pipi."Daddy! Mommy! Sebenarnya ini adalah perbuatan yang sangat kalian benci. Aku bingung bagaimana harus menjelaskannya dari awal. Setidaknya hanya ini yang bisa kuungkap. Aku dan Chivas telah melakukan hubungan terlarang dan kami berdua harus bertanggung jawab karena hal itu," ungkap Quila yang menyembunyikan fakta sebenarnya.Fizz dan Daisy saling melemparkan pandangan. Detik berikutnya mereka tersenyum penuh arti."Lalu yang dimaksud dengan kau menjebak Chivas itu bagaimana ceritanya?" desak Sangria. "Tadi Mommy dengar Mezcal dan Chivas mengatakan bahwa kau menjebak Chivas," lanjutnya memastikan.Mezcal mau tak mau harus turun tangan."Tante, maksudku tadi adalah mereka ter

  • I'm Your Destiny    Kejujuran

    Chivas tiba-tiba menatap ke arah Quila. Mata mereka saling bersitatap hingga Quila merasa tangannya gemetar. Ia hanya mampu menundukkan pandangannya. Keberaniannya mendadak hilang saat berada di situasi seperti ini.Quila meremas tangannya sampai ujung-ujung jarinya memutih kemudian ia memalingkan muka takut bertatapan kembali dengan Chivas. Bukan takut sebenarnya, tapi jika ia melihat sorot mata pria itu dapat dipastikan dirinya akan canggung.Menyadari langkah pria itu semakin mendekat selangkah demi selangkah, dengan mantap, matanya penuh kepanikan. "Apa yang kau lakukan? Kenapa mendekatiku?" tanya Quila pada Chivas."Sepertinya perjanjian seratus hari itu tidak akan pernah terjadi. Aku yakin kedua orang tua kita setelah tahu kenyataan yang sebenarnya pasti akan membatalkan pertunangan atau pernikahan kita!Aku sangat menantikan hal itu terjadi. Kau tidak akan menang, Quila sayang!" bisik Chivas penuh kemenangan di telinga Quila

  • I'm Your Destiny    Sangria

    Dua pria yang telah berusia sebaya berdiri di samping mobil berwarna putih milik Mezcal.Mereka diliputi perasaan tak menentu satu sama lain. Mezcal mendekap hangat kedua tangan di atas enam cetakan perut sembari memandangi raut wajah Chivas yang tampak serius berpikir."Ada apa?" tanya Mezcal yang bosan menunggu. Ada sesuatu hal yang harus ia urus dan ia tak mau buang waktu hanya untuk adu saling diam seperti ini. Waktu amat berharga untuknya.Chivas melihat wajah Mezcal yang diterpa cahaya matahari siang ini dan tampak kemerahan."Apa kau menyukai Quila?" tanya Chivas penuh selidik. Wajahnya begitu serius dan tak terlihat ada candaan dalam pertanyaan itu.Mezcal merasa ada yang aneh dengan pertanyaan pria di hadapannya. Sebelum menjawab, ia memindah posisi dari yang awalnya berdiri santai kini menyandarkan punggungnya di pintu mobil.Sambil tersenyum penuh misteri, Mezcal tak melepaskan pandangan dari pr

  • I'm Your Destiny    Obrolan Pria

    Quila sudah mulai sedikit tenang, tapi tetap saja air matanya masih menetes membasahi pipi.Perempuan itu menyandarkan tubuh lelahnya di headboard seraya memandangi sebuah potret diri antara dirinya dan Chivas di masa lalu. Senyum khas yang ia miliki terpatri di sana. Tentu saja gaya khas Chivas sudah ada semenjak mereka saling mengenal satu sama lain. Dingin dan sulit didekati.Potret yang diambil sekitar lima belas tahun lalu itu terus menghiasi dompetnya hingga saat ini.Quila baru saja mengeluarkan potret lama itu dari dompet. Tiba-tiba ia menitikkan air mata usai mengunci pintu dan menjatuhkan pantatnya di atas ranjang."Chivas, apakah tidak pernah ada aku di dalam hatimu? Aku sengaja tidak membahasnya lagi saat kita turun dari mobil. Aku takut, aku takut, kau akan menjawab tidak padaku!Apa kurangnya aku di dalam hatimu? Apa tak pernah sekali pun kau memikirkan aku seperti aku yang selalu memikirkanmu?" tanya Qui

  • I'm Your Destiny    Mengejarnya?

    Quila mengambil napas dalam-dalam, berusaha menjernihkan suasana hatinya yang tiba-tiba mendadak kesal. Semua penggalan moment di mana pria di sampingnya tersenyum dan menatap wanita lain kembali teringat di memorinya.Perempuan itu dengan agresif mendekati pria yang tampak fokus dengan stang bundar di hadapannya. Aroma tubuh maskulin Chivas menggelitik di indera penciumannya.Candu!Aroma tubuh yang pernah beradu di atas ranjang dengannya begitu menggiurkan dan menenangkan setiap syaraf dalam dirinya."Lihat aku!" paksa Quila saat keduanya berhenti di perempatan lalu lintas. Ia menarik dagu sang pujaan hati menatap ke arahnya.Pandangan keduanya tak dapat terhindarkan. Sekuat apa pun Chivas menolak, kekuatan perempuan itu sepertinya mendominasi. Entah karena efek cemburu atau apa, yang jelas Chivas belum memahami hal tersebut."Kenapa kau bertanya seperti itu padaku? Bukankah kau tahu dengan jelas bahwa s

  • I'm Your Destiny    Satu Pertanyaan

    Quila mendengkus kesal. Ia memutar bola matanya lalu menatap ke arah pasangan ibu dan anak tersebut sebelum kembali ke toko perhiasan di mana dua keluarga tengah sibuk di sana."Ada apa denganmu, Quila? Kenapa tiba-tiba raut wajahmu begitu menyedihkan seperti ini?" tanya Fizz penuh perhatian pada calon adik iparnya setelah Quila kembali dari luar. Namun, pertanyaan itu terdengar seperti ledekan di gendang telinga Quila.Quila menggelengkan kepalanya. Tak mau menjawab pertanyaan dari Fizz untuk saat ini. Ia masih merasa kesal dan… cemburu! Ia tak menampik perasaan itu.Kini, giliran Daisy yang mendekati Quila."Kau kenapa? Tadi terlihat begitu senang, kenapa saat ini ditekuk seperti ini? Hal apa yang membuatmu kesal? Katakan padaku!" desak Daisy. Ia meraih bahu Quila dan mendaratkan tangannya di sana. Merengkuh perempuan cantik itu guna menyalurkan asa sesama kaum hawa.Quila tampak kecewa. Ia hampir mengumpat da

  • I'm Your Destiny    Abigail

    Chivas pergi meninggalkan toko perhiasan dengan hati kesal. Ia memilih pamit pada orang-orang dan menikmati suasana mall sendirian tanpa diganggu siapa pun.DuggSeorang anak kecil berlari-lari dan menabraknya dari belakang. Spontan, Chivas menoleh ke belakang tanpa membalikkan badan.'Sepertinya wajah bocah ini tak asing bagiku!' gumamnya dalam hati."Maafkan aku, Om!" seru bocah laki-laki dengan pakaian yang tampak berantakan.Chivas mengedarkan pandangan sebelum menjawab permintaan maaf dari bocah yang menabrak dirinya.Tak menemukan seseorang yang sekiranya mencari bocah di hadapannya saat ini, Chivas berjongkok supaya mempermudah dirinya menjangkau si bocah kecil.Sembari mengelus lembut rambut cepak bocah laki-laki itu, Chivas mengangguk ramah seraya tersenyum tipis."Tidak apa-apa. Hei bocah, di mana orang tuamu? Kenapa kau sendirian?" tanya Chivas penasaran. Saking penasarannya,

無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status