"Kau sudah bangun, Sweetheart?" basa-basi Kaysan, senyum tipis pada perempuan manis dan cantik–miliknya.
"Aku tidak mau pulang denganmu, kenapa kamu tetap membawaku pulang?!" pekik Gaia marah, menetap kesal pada Kaysan. Senyuman manis di bibir pria itu tiba-tiba saja lenyap, wajah angle-nya juga mendadak hilang. Tiba-tiba ekspresi Kaysan berubah dingin, tatapannya tajam dan bibirnya hanya membentuk garis horizontal. Dia berjalan cepat ke arah Gaia yang masih duduk di atas ranjang, membuat Gaia sangat panik dan ketakutan. "Kau kira kau masih milik orang tuamu, Gaia Kaysan Smith?!" Kaysan mencondongkan tubuhnya ke arah Gaia, satu tangannya mencengkeram pipi Gaia dan satu lagi berada di saku celana, "kau perempuan yang sudah menikah, kau harus tinggal dengan suamimu karena--" Kaysan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Gaia, di mana tangannya yang mencengkeram pipi Gaia pindah ke belakang kepala perempuan itu. Dia mencium bibir Gaia sekilas, lalu kembali melanjutkan ucapannya, "kau istriku dan kau milikku. Kau bukan lagi milik orang tuamu, jadi jangan pernah berpikir untuk pulang ke rumah mereka. Rumahmu di sini, Gaia Kaysan Smith!" Gaia meneguk saliva secara kasar, menatap ragu bercampur ketakutan pada sosok yang berada dekat dengannya. Pria ini masih mencondongkan tubuh ke arah Gaia, aura-nya yang mengerikan membuat Gaia merasa tak nyaman. "Kau tahu kenapa namaku ada dalam namamu, Ailov?" Suara dingin Kaysan terasa menusuk. Gaia menggelengkan kepala dan lagi-lagi meneguk saliva secara kasar. "Hanya dengan menyebut lengkap mu, orang-orang tahu bahwa kau milikku," tambah Kaysan dengan nada datar. Kaysan menarik tubuhnya, berdiri tegap sambil menatap penuh peringatan pada Gaia. "Jangan coba-coba kabur dari rumah ini atau kakimu kupatahkan!" lanjutnya. Gaia tersentak mendengar ucapan suaminya tersebut, reflek melipat kaki lalu memegangnya. 'Dia sangat menyeramkan. Aku takut! Jangan-jangan dulu, aku minta cerai ke dia gara-gara dia gini lagi. Dia manis di depan orang tuaku tapi jahanam di depanku.' batin Gaia dengan ekspresi wajah murung. Dia tak bohong! Dia takut pada Kaysan. "Hah." Kaysan tiba-tiba menghela napas cukup panjang. Gaia yang menunduk karena tak berani menatap wajah galak Kaysan, reflek mendongak. "Mama bilang kau pulang karena Mas tak mengizinkan memasak. Benar?" tanya Kaysan, nadanya kembali lembut. Dia duduk di pinggir ranjang, menghadap ke arah Gaia. Gaia menganggukkan kepala secara pelan. 'Dia ini sebenarnya berapa orang sih? Tadi galak, marah-marah, sudah kayak mau makan aku saja. Sekarang bersikap manis.' Dewi batin Gaia. "Baiklah. Mulai besok, kau boleh memasak," ucap Kaysan sambil mengulurkan tangan, mengusap pucuk kepala Gaia dengan penuh kasih sayang dan lembut. "Iya," jawab Gaia seadanya. "Ayo, makan malam," ajak Kaysan kemudian. Gaia reflek menoleh ke arah gorden yang masih tertutup. Astaga! Dia kira sudah pagi, tertanya masih malam. "Ada apa?" tanya Kaysan, ikut menoleh ke arah gorden. Gaia menggelengkan kepala pelan. "Tidak ada apa-apa," jawab Gaia pelan. *** Saat ini Gaia dan keluarga kecilnya sedang makan malam bersama. Aneh! Kemarin tak ada makan malam, sekarang ada. Yah, karena Kaysan di rumah, maid menyiapkan makan malam. Gaia melirik kedua anaknya yang sedang makan dengan tenang. 'Apa Nezha dan Naia tak pernah ngomong ke Mas Kaysan yah, soal makan malam yang tidak disiapkan kalau Mas Kaysan tidak di sini?' batin Gaia. "Ini, Mommy." Tiba-tiba saja Naia yang duduk di sebelah Gaia, meletakkan ayam kecap miliknya di atas piring sang mommy. Ayam tersebut bagian paha dan masih sedikit dimakan oleh Naia. Akan tetapi dia meletakannya di piring sang mommy karena melihat mommynya terus memperhatikan piringnya. "Eih." Gaia langsung menatap bingung pada putrinya. "Aku tidak min--" "Mommy," tegur Kaysan dari tempatnya, menatap istrinya penuh peringatan. Gaia menoleh sejenak ke arah Kaysan yang duduk di sebelahnya–lebih tepatnya duduk di kursi pada posisi ujung meja. Setelah itu, dia kembali menatap putrinya, "Mommy tidak minta ini," ucap Gaia, memperbaiki kalimatnya sesegera mungkin karena takut Kaysan marah padanya. Dia mengambil ayam yang Naia berikan padanya kemudian mengembalikannya ke piring putrinya. "Tapi Mommy terus melihat ke arah ayam Yaya," ucap Naia dengan nada pelan, mendongak ke arah mommynya. Gaia menggelengkan kepala. "Bukan. Itu …-" Gaia bingung harus mengatakan apa. Intinya dia tak ingin ayam milik putrinya. Gaia menoleh ke arah suaminya, di mana Kaysan juga sedang menatapnya. "Ada apa?" ucap Kaysan dengan nada datar. "Makan malam itu … harus ada Mas yah?" tanya Gaia pada akhirnya, "maksudku, maid tidak menyiapkan makan malam setiap hari yah? Hanya menyiapkan makan malam kalau ada Mas di rumah." Kaysan seketika mengerutkan kening, menoleh ke arah putra putrinya, di mana Nezha dan Naia buru-buru menjauhkan tatapan darinya. Menghindar! "Soalnya kemarin malam, saat Mas pergi, maid yang bekerja di dapur juga langsung tidur," lanjut Gaia. Kaysan terdiam sejenak, kemudian setelah itu senyum tipis pada istrinya. "Sepertinya ada masalah di sini." Gaia hanya diam, begitu juga dengan anak-anaknya yang mendadak makan secara lambat. "Lanjut makan, Ailove. Mengenai maid, Mas yang akan mengurusnya," ucap Kaysan hangat. Gaia menganggukkan kepala, kembali makan dengan tenang. Sepertinya suaminya memang tidak tahu akan masalah itu. Wajar saja rasanya, Kaysan sangat sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak bisa memperhatikan seisi rumah dengan detail. Sedangkan di sisi lain, anak-anak mereka tak ada yang jujur pada Kaysan. Andai Nezha dan Naia jujur sejak lama, pasti Kaysan sudah menangani masalah ini sejak lama.Selamat membaca dan semoga suka, MyRe. (≧▽≦)(✿^‿^) Jangan lupa dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, dan ulasan manis. Sehat selalu buat kalian semua dan semangat!
"Mommy menyiapkan sarapan," ucap Naia pelan, mengintip di balik tembok bersama dengan kakak kembarnya–Nezha. "Mommy sangat berbeda yah, Za," ucapannya kemudian pada Nezha, menatap kembarannya tersebut dengan ekspresi senang. "Humm." Nezha berdehem singkat, "Yaya suka Mommy yang sekarang?" tanyanya kemudian, menoleh ke dapur lalu kembali menatap saudara kembarnya. Dengan semangat Naia menganggukkan kepala. "Yaya suka sekali pada Mommy yang sekarang. Tapi sejak dulu Yaya sayang Mommy. Cuma … sekarang lebih sayang karena Mommy lucu dan baik. Mommy mau dekat-dekat dengan kita."Nezha menganggukkan kepala. "Ayo, Mommy datang." Dia menggenggam tangan kembarannya kemudian menarik Naia dari sana. "Kalau Za, suka Mommy yang sekarang atau Mommy yang dulu?" tanya Naia, berjalan beriringan dengan Nezha–menuju ruang makan. "Suka Mommy dalam versi apapun," jawab Nezha santai. Setelah di ruang makan, dia menarik kursi lalu mempersilahkan Naia untuk duduk di kursi tersebut. Setelahnya, dia menar
Selesai makan malam, Kaysan benar-benar mengurus para maid bagian dapur. Di sisi lain, Gaia ke ruang belajar putra putrinya, di mana Nezha dan Naia sedang ada di sana. Ruang belajar Nezha dan Naia ada di antara kamar keduanya. Ruang belajar tersebut terhubung ke kamar Nezha dan Naia–ada pintu penghubung ke masing-masing kamar anak-anaknya. "Mommy," sapa Naia dengan nada pelan dan ragu-ragu. Dia senyum akan tetapi sangat tipis. Naia sangat antusias melihat mommynya datang ke ruang belajar ini, akan tetapi dia juga ragu menunjukkan rasa antusias itu karena dia dan mommynya sebelumnya tak dekat. "Kalian lagi belajar yah?" tanya Gaia sambil duduk di kursi kosong, satu meja dengan Nezha dan Naia. Naia menganggukkan kepala secara antusias. Akan tetapi melihat buku gambarnya terbuka, dia buru-buru menutupnya. Dulu, mommynya pernah merobek buku gambarnya. Tapi dia tidak membenci mommynya. Dia menganggap mommynya merobek buku gambarnya karena mommynya menyayanginya. Bagi Naia, sej
"Kau sudah bangun, Sweetheart?" basa-basi Kaysan, senyum tipis pada perempuan manis dan cantik–miliknya. "Aku tidak mau pulang denganmu, kenapa kamu tetap membawaku pulang?!" pekik Gaia marah, menetap kesal pada Kaysan. Senyuman manis di bibir pria itu tiba-tiba saja lenyap, wajah angle-nya juga mendadak hilang. Tiba-tiba ekspresi Kaysan berubah dingin, tatapannya tajam dan bibirnya hanya membentuk garis horizontal. Dia berjalan cepat ke arah Gaia yang masih duduk di atas ranjang, membuat Gaia sangat panik dan ketakutan. "Kau kira kau masih milik orang tuamu, Gaia Kaysan Smith?!" Kaysan mencondongkan tubuhnya ke arah Gaia, satu tangannya mencengkeram pipi Gaia dan satu lagi berada di saku celana, "kau perempuan yang sudah menikah, kau harus tinggal dengan suamimu karena--" Kaysan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Gaia, di mana tangannya yang mencengkeram pipi Gaia pindah ke belakang kepala perempuan itu. Dia mencium bibir Gaia sekilas, lalu kembali melanjutkan ucapannya, "
Bug' Gaia terus berlari karena masih di kejar oleh mamanya, konsentrasinya pecah akibat panik. Hingga pada akhirnya dia menabrak seseorang, membuat tubuh Gaia terhuyung dan hampir terjatuh. Namun, seseorang yang ia tabrak dengan cepat menangkap tubuhnya sehingga dia tak jauh keras ke lantai. Deg' Mata Gaia membelalak kaget ketika melihat sosok yang menangkap dan menahan tubuhnya. Jantungnya langsung berdebar kencang dan wajahnya seketika pucat pasi. Pria ini adalah pria yang memarahinya tadi pagi, dan sekaligus orang yang Gaia ingin hindari. Ke-kenapa pria tampan ini ada di sini? Apa dia tahu Gaia pulang ke rumah orang tuanya oleh sebab itu dia datang untuk menjemput Gaia? Tidak! Gaia tak mau pulang dengan orang galak ini! Sikap manisnya hanya palsu. "Kau tak apa-apa, Sweetheart?" tanya Kaysan, menarik tubuh Gaia sehingga perempuan itu berakhir dalam dekapannya. Gaia buru-buru mendorong dada bidang Kaysan. Tanpa menjawab perkataan pria itu, Gaia pergi dari sana. Nam
"Hei, mulutmu yah! Pantas kamu ngomong begitu ke Nyonya, Heh? Nanti giliran kupecat, nangis!" ketus Gaia pada maid yang menegurnya dengan tidak sopan tersebut. Maid tersebut terlihat terkejut. Bukan hanya dia, melainkan maid lainnya yang ada di sana juga ikut kaget. 'Kenapa Gaia berani padaku? Sebelumya dia takut padaku karena aku ini kepala pelayan di dapur dan merupakan utusan Nyonya Viviana, Tante Tuan Kaysan.' batin maid tersebut, menatap Gaia secara lekat. Ah, dia hampir lupa jika perempuan ini sedang lupa ingatan. Mungkin itu yang membuat Gaia berani padanya. Tapi, dia yakin sekali dia bisa kembali menundukkan Gaia dengan cara cukup menggertaknya saja. Yah, Gaia ini lemah! "Memecatku? Memangnya kamu bisa, Heh? Aku ini kepala maid di dapur dan merupakan utusan Nyonya Basar Viviana. Kamu sama sekali tidak bisa memecatku!" angkuh maid tersebut pada Gaia. "Nyeme nyeme nyeme nyeme!" Gaia menyeru dengan mengejek, menatap julid dan nyinyir pada maid tersebut. "Mau kamu kepala m
'Aku sudah tidak tahan menjadi istrimu, aku ingin cerai, Mas Kaysan. Aku ingin lepas! Biarkan aku bahagia dengan kekasihku!' 'Baik, kita akan bercerai. Tetapi tunggu setelah usia putra-putri kita 7 tahun. Jika sekarang– mereka terlalu kecil untuk merasakan kehilangan mommy mereka.' Kening seorang perempuan yang sedang tidur terlihat mengerut. Dia merasa tak nyaman dan terusik oleh mimpi yang menurutnya menyeramkan. Hingga akhirnya kelopak mata perempuan itu terbuka lebar. Gaia menghela napas panjang, segera mengambil posisi duduk. Dia memijat kening, menunduk lalu menatap tangannya yang terlihat tremor. Mimpi itu-- adalah dia yang sedang membawa selingkuhnya di hadapan Kaysan, di mana dia meminta bercerai pada suaminya karena ingin menikah dengan kekasihnya. "Kenapa aku sangat jahat dalam mimpiku?" gumam Gaia, tangannya masih tremor dan jantungnya masih berdebar kencang. Ceklek' Suara decitan pintu terdengar, Gaia menoleh ke arah sana untuk sekadar memastikan. Namun, dia buru-