Beranda / Romansa / I'm Yours My Husband / 13. Perempuan Asing di Rumah Suamiku

Share

13. Perempuan Asing di Rumah Suamiku

Penulis: CacaCici
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-20 22:02:30

"Mommy menyiapkan sarapan," ucap Naia pelan, mengintip di balik tembok bersama dengan kakak kembarnya–Nezha. "Mommy sangat berbeda yah, Za," ucapannya kemudian pada Nezha, menatap kembarannya tersebut dengan ekspresi senang.

"Humm." Nezha berdehem singkat, "Yaya suka Mommy yang sekarang?" tanyanya kemudian, menoleh ke dapur lalu kembali menatap saudara kembarnya.

Dengan semangat Naia menganggukkan kepala. "Yaya suka sekali pada Mommy yang sekarang. Tapi sejak dulu Yaya sayang Mommy. Cuma … sekarang lebih sayang karena Mommy lucu dan baik. Mommy mau dekat-dekat dengan kita."

Nezha menganggukkan kepala. "Ayo, Mommy datang." Dia menggenggam tangan kembarannya kemudian menarik Naia dari sana.

"Kalau Za, suka Mommy yang sekarang atau Mommy yang dulu?" tanya Naia, berjalan beriringan dengan Nezha–menuju ruang makan.

"Suka Mommy dalam versi apapun," jawab Nezha santai. Setelah di ruang makan, dia menarik kursi lalu mempersilahkan Naia untuk duduk di kursi tersebut. Setelahnya, dia menarik kursi untuk dirinya sendiri.

"Tapi kenapa Za selalu diam kalau ada Mommy?" tanya Naia lagi.

"Sebab dulu Mommy tidak suka kalau Za dekat dengan Mommy. Za harus menjaga jarak," jawab Nezha. Biasanya anak itu tak banyak bicara, akan tetapi jika mengobrol dengan kembarannya dia memang akan lebih aktif.

"Mommy yang sekarang berbeda, Za. Mommy sangat suka dekat dengan kita. Jadi Za jangan menjaga jarak lagi. Ini kesempatan Yaya dan Za supaya bisa dapat lebih banyak kasih sayang Mommy," celetuk Naia, mendapat anggukan kepala dari Nezha.

Tak lama, mommy mereka–Gaia, datang dengan membawa kotak bekal. Di belakang ada maid yang membawa masakan sang nyonya.

"Pagi, Za, Yaya," sapa Gaia saat melihat putra putrinya sudah duduk manis di kursi meja makan.

"Pagi, Mommy," sapa Naia balik, tak lupa senyum lebar ke arah mommynya.

Di sisi lain, Nezha dengan ragu juga ikut menyapa balik sang mommy. "Pagi, Mom."

"Wah, Za sudah mau bicara," antusias Gaia, bertepuk tangan pelan karena senang Nezha balik menyapanya. Biasanya anak ini hanya diam, kadang pura-pura tak mendengar atau duduk manis tanpa menoleh sedikitpun padanya. "Za makin kelihatan tampan deh kalau mau bicara ke aku-- eh Mommy maksudnya." Di akhir kalimat, Gaia menunjukkan cengiran lebar pada putranya.

Nezha terlibat tersipu malu, reflek memalingkan wajah sambil menahan senyuman. Jantung Nezha terasa berdebar sangat kencang, dia merasa sangat bahagia dan senang secara bersamaan. Mommynya terlihat sangat senang, padahal dia hanya balik menyapa sang mommy. Apa benar mommy kembali menyayanginya dan Naia?

"Lihat ini! Aku menyiapkan …-"

"Mommy," tegur Nezha cepat saat mommynya menyebut dirinya dengan kata ganti 'aku.

"Iya, maksudnya Mommy," ucap Gaia cepat, menatap putranya sedikit berang. 'Benar-benar duplikat-nya Mas Kaysan. Suka banget mengoreksi kalimatku. Kembarnya Naia tapi miripnya malah sama bapaknya. Berasa Nezha dan Mas Kaysan yang kembar. Ck.' batin Gaia, senyum kaku pada putranya tersebut.

"Baiklah, Mommy menyiapkan bekal makan untuk kalian berdua. Taraaaa …." Secara antusias, Gaia menunjukkan launch box pada kedua anaknya.

Keduanya secara antusias memeriksa kotak bekal tersebut.

"Wah … cantik sekali, Mommy." Naia memuji bento buatan sang mommy, di mana dalam bento tersebut ada nasi kecil berbentuk kepala kelinci, diameter sekitar 3 cm dan berjumlah empat buah. Untuk lauk ada ayam goreng dan daging berbentuk kotak, disusun rapi. Untuk serat ada buah dan salad sayur. Buahnya berupa strawbery dan jeruk yang dipotong cantik. Strawberry tersebut juga berbentuk kelinci. "Terima kasih, Mommy. Yaya jadi tidak sabar ke sekola dan memamerkan bento cantik Yaya pada teman-teman," ucap Yaya dengan perasaan gembira.

Dulu, dia selalu berharap dapat bento dari sang mommy, dan sekarang dia mendapatkannya. Naia sangat senang!

Di sisi lain, wajah Nezha terlihat muram. Dia menatap kotak bekal Naia lalu memperhatikan bento miliknya. Kenapa berbeda? Bento-nya biasa saja. Nasi di atas selada, buah dipotong biasa, ayam dan daging … biasa saja. Tak ada yang istimewa, tak seperti milik kembarannya.

"Kenapa punya Za berbeda?" ucap Nezha dengan ekspresi ditekuk.

"Ouh. Mommy pikir kamu tidak suka bento yang penuh karakter, Za kan anak laki-laki dan … cuek," jawab Gaia ragu.

Nezha kembali ingin protes akan tetapi daddy-nya datang–sudah rapi dengan balutan tuxedo mahal.

Kaysan menatap ke arah Gaia, wajahnya cukup datar akan tetapi sorot matanya begitu gelap–terus memandang istrinya dengan dalam.

"Kau memasak, Ailov?" tanya Kaysan, di mana dia berhenti di sebelah istrinya duduk. Dia memperhatikan makanan yang dihidangkan di atas meja lalu kembali menatap intens ke arah istrinya.

"Iya, Mas," jawab Gaia dengan nada pelan.

"Humm." Kaysan berdehem, mengulurkan tangan untuk menyentuh pucuk kepala istrinya. Dia mengusap pucuk kepala Gaia kemudian beralih duduk di tempat biasa ia duduk. Tanpa sengaja Kaysan menatap ke arah kotak bekal di depan anak-anaknya.

"Itu apa?" tanya Kaysan. Dia tahu itu kotak bekal. Hanya saja … tumben!

"Kotak bekal untuk Yaya dan Za. Mommy yang membuatkan, Daddy," jawab Naia dengan antusias, menepuk pelan bagian atas launch box miliknya–senyum manis ke arah daddy-nya.

Kaysan balik senyum pada putrinya, sambil mangut-mangut pelan. Kemudian dia menoleh ke arah istrinya. "Sweetheart, untukku?"

"Hah?" Gaia langsung menatap terkejut campur panik pada Kaysan. Maksud Kaysan apa?

"Mana launch box untukku, Wife?" tanya Kaysan lembut, senyum manis pada istrinya. Berharap!

"Anu …-" Gaia tiba-tiba menggaruk pipi, semakin gugup dan merasa sangat tak enak. Dia tak mengira kalau Kaysan akan menagih kotak bekal makan siang padanya, dan sialnya Gaia tak menyiapkan bagian untuk suaminya, "Mas sudah besar, ja-jadi … tidak butuh begituan."

"Ouh." Senyuman di bibir Kaysan langsung lenyap, "baru tahu jika orang dewasa tidak butuh makan siang," ucapnya cukup dingin, memilih menatap lurus ke arah depan.

Gaia meringis dan semakin gugup. Mana dia tahu pria ini juga mau kotak bekal makan siang.

Di sisi lain, Nezha diam-diam senyum tipis. Dia kira dia paling menyedihkan karena merasa dibeda-bedakan dengan Naia, kotak bekalnya sangat datar! Akan tetapi ternyata dia tak semenyedihkan itu. Yah, daddy-nya lah yang menyedihkan. Tak dapat kotak bekal hanya karena sudah besar.

****

"Ck, dia belum membuka pesanku. Padahal sudah centang dua, tapi warnanya abu-abu," gerutu Gaia, di mana saat ini dia berada di sebuah toko perlengkapan melukis dan menggambar.

Tiba-tiba Gaia sangat ingin melukis. Sajak dulu, dia memang suka melukis ataupun menggambar. Bahkan dia punya mimpi menjadi pelukis yang terkenal. Tadi malam, kata putrinya dia seorang pelukis. Itu artinya mimpinya sudah terwujud walaupun dia belum menjadi pelukis terkenal.

Mengingat ucapan putrinya tadi malam tentang dirinya pelukis, Gaia jadi penasaran seperti apa skill melukisnya sekarang. Apakah ada perubahan atau tidak sama sekali?

Ah, tadi dia mengirim pesan berupa rekaman suara pada Kaysan, rekaman suara itu berisi ucapan arogan si kepala maid . Sekaligus izin menggunakan uang pria itu untuk membeli peralatan alat lukis. Namun, Kaysan sama sekali tak menjawab pesan yang dia kirim.

Jangankan dijawab, dibaca saja tidak. Centang dua tetapi warna abu-abu!

"Pasti dia mematikan fitur laporan dibaca, supaya aku tidak tahu kalau dia sudah membaca pesannya," dongkol Gaia, terus menatap layar HP karena menunggu balasan pesan dari sang suami. "Blokir saja deh," gumamnya, setelah itu benar-benar memblokir nomor Kaysan.

Setelah berbelanja, Gaia pulang ke rumah. Ah, dia sangat tak sabar untuk melukis.

Namun, saat dia pulang, ada dua perempuan yang terasa asing di rumahnya. Ada anak kecil juga!

"Gaia!" seru salah satu perempuan yang terlihat mulai menua, di mana perempuan itu menatap dingin ke arah Gaia.

Gaia mengerutkan kening, hanya diam sambil menatap perempuan itu.

Perempuan itu berdiri dari sofa lalu berjalan mendekat ke arah Gaia. Sedangkan perempuan satunya lagi, tetap duduk manis di sofa sambil mengelus pucuk kepala gadis kecil yang duduk di sebelahnya.

"Jadi kamu sudah mulai berani melawan, Heh?" ucap perempuan itu secara sinis, tak lain dia adalah Viviana, tante Kaysan, "perempuan kotor, tukang selingkuh sepertimu, kenapa harus kembali ke rumah ini? Seharusnya saat kecelakaan, kamu mati saja."

"Aku nggak tahu kamu siapa, tapi … Nenek peot, sepertinya kamu salah satu pembenciku deh," jawab Gaia santai. Awalnya dia cukup gugup saat bertemu dengan perempuan ini. Dia khawatir perempuan ini salah satu kerabat suaminya dan dia merasa harus menjaga sikap. Namun, saat perempuan ini terang-terangan melontarkan kebencian, rasa gugupnya berakhir–berubah menjadi sebuah keberanian untuk melawan.

"Beraninya kamu!" marah Viviana, kesal dan tak terima karena dia disebut nenek peot. Dia mengangkat tangan lalu berniat menampar Gaia, akan tetapi dengan cepat Gaia menangkap tangannya lalu memghempasnya kasar.

"Jangan kasar, Nek. Nanti kukasarin balik, bisa-bisa kamu makin tambah peot lagi," ucap Gaia santai setelah menepis kasar tangan Viviana.

"Kurang ajar! Mana sopan santun mu?!" teriak Viviana, semakin marah pada Gaia.

"Aku Nyonya di rumah ini, Nenek. Kamu yang seharusnya jaga sikap ke aku. Lagian kamu siapa sih? Datang-datang nantangin, sok keras, sok jagoan neon. Bawa teman lagi ke sini. Mau merundungku yah? Cielah … nggak bakalan bisa, Nek!" remeh Gaia pada akhir kalimat.

"Kamu tahu aku siapa, Hah? Aku ini tante Kaysan!"

"Cuma Tante. Aku istrinya," bangga Gaia.

"Kamu hanya istri yang dinikahi untuk menghasilkan keturunan. Kaysan tidak mencintaimu! Jalang!" ketus Viviana.

Gaia kembali ingin menjawab, akan tetapi tiba-tiba saja terdengar langkah kaki yang memasuki ruangan tersebut. Dia reflek menolak, dan ternyata yang datang adalah Kaysan serta kepercayaannya.

"Mas …." Gaia memanggil kecil, berniat melangkah mendekati suaminya untuk mengadukan Viviana.

Namun--

"Kak Kaysan." Perempuan yang sejak tadi hanya duduk di sofa, tiba-tiba berlari cepat ke arah Kaysan. Perempuan itu menyeru senang dan langsung memeluk Kaysan yang baru datang.

CacaCici

Selamat membaca dan semoga suka, MyRe. Jangan lupa dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah, dan komentar manis. Papai MyRe! I-G:@deasta18 (Ilustrasi visual Gaia dan Kaysan telah ada di I-G CaCi, MyRe kesayangan. follow untuk melihat.)

| 13
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • I'm Yours My Husband   13. Perempuan Asing di Rumah Suamiku

    "Mommy menyiapkan sarapan," ucap Naia pelan, mengintip di balik tembok bersama dengan kakak kembarnya–Nezha. "Mommy sangat berbeda yah, Za," ucapannya kemudian pada Nezha, menatap kembarannya tersebut dengan ekspresi senang. "Humm." Nezha berdehem singkat, "Yaya suka Mommy yang sekarang?" tanyanya kemudian, menoleh ke dapur lalu kembali menatap saudara kembarnya. Dengan semangat Naia menganggukkan kepala. "Yaya suka sekali pada Mommy yang sekarang. Tapi sejak dulu Yaya sayang Mommy. Cuma … sekarang lebih sayang karena Mommy lucu dan baik. Mommy mau dekat-dekat dengan kita."Nezha menganggukkan kepala. "Ayo, Mommy datang." Dia menggenggam tangan kembarannya kemudian menarik Naia dari sana. "Kalau Za, suka Mommy yang sekarang atau Mommy yang dulu?" tanya Naia, berjalan beriringan dengan Nezha–menuju ruang makan. "Suka Mommy dalam versi apapun," jawab Nezha santai. Setelah di ruang makan, dia menarik kursi lalu mempersilahkan Naia untuk duduk di kursi tersebut. Setelahnya, dia menar

  • I'm Yours My Husband   12. Sang Manusia Harimau

    Selesai makan malam, Kaysan benar-benar mengurus para maid bagian dapur. Di sisi lain, Gaia ke ruang belajar putra putrinya, di mana Nezha dan Naia sedang ada di sana. Ruang belajar Nezha dan Naia ada di antara kamar keduanya. Ruang belajar tersebut terhubung ke kamar Nezha dan Naia–ada pintu penghubung ke masing-masing kamar anak-anaknya. "Mommy," sapa Naia dengan nada pelan dan ragu-ragu. Dia senyum akan tetapi sangat tipis. Naia sangat antusias melihat mommynya datang ke ruang belajar ini, akan tetapi dia juga ragu menunjukkan rasa antusias itu karena dia dan mommynya sebelumnya tak dekat. "Kalian lagi belajar yah?" tanya Gaia sambil duduk di kursi kosong, satu meja dengan Nezha dan Naia. Naia menganggukkan kepala secara antusias. Akan tetapi melihat buku gambarnya terbuka, dia buru-buru menutupnya. Dulu, mommynya pernah merobek buku gambarnya. Tapi dia tidak membenci mommynya. Dia menganggap mommynya merobek buku gambarnya karena mommynya menyayanginya. Bagi Naia, sej

  • I'm Yours My Husband   11. Mine

    "Kau sudah bangun, Sweetheart?" basa-basi Kaysan, senyum tipis pada perempuan manis dan cantik–miliknya. "Aku tidak mau pulang denganmu, kenapa kamu tetap membawaku pulang?!" pekik Gaia marah, menetap kesal pada Kaysan. Senyuman manis di bibir pria itu tiba-tiba saja lenyap, wajah angle-nya juga mendadak hilang. Tiba-tiba ekspresi Kaysan berubah dingin, tatapannya tajam dan bibirnya hanya membentuk garis horizontal. Dia berjalan cepat ke arah Gaia yang masih duduk di atas ranjang, membuat Gaia sangat panik dan ketakutan. "Kau kira kau masih milik orang tuamu, Gaia Kaysan Smith?!" Kaysan mencondongkan tubuhnya ke arah Gaia, satu tangannya mencengkeram pipi Gaia dan satu lagi berada di saku celana, "kau perempuan yang sudah menikah, kau harus tinggal dengan suamimu karena--" Kaysan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Gaia, di mana tangannya yang mencengkeram pipi Gaia pindah ke belakang kepala perempuan itu. Dia mencium bibir Gaia sekilas, lalu kembali melanjutkan ucapannya, "

  • I'm Yours My Husband   10. Dijemput Suami

    Bug' Gaia terus berlari karena masih di kejar oleh mamanya, konsentrasinya pecah akibat panik. Hingga pada akhirnya dia menabrak seseorang, membuat tubuh Gaia terhuyung dan hampir terjatuh. Namun, seseorang yang ia tabrak dengan cepat menangkap tubuhnya sehingga dia tak jauh keras ke lantai. Deg' Mata Gaia membelalak kaget ketika melihat sosok yang menangkap dan menahan tubuhnya. Jantungnya langsung berdebar kencang dan wajahnya seketika pucat pasi. Pria ini adalah pria yang memarahinya tadi pagi, dan sekaligus orang yang Gaia ingin hindari. Ke-kenapa pria tampan ini ada di sini? Apa dia tahu Gaia pulang ke rumah orang tuanya oleh sebab itu dia datang untuk menjemput Gaia? Tidak! Gaia tak mau pulang dengan orang galak ini! Sikap manisnya hanya palsu. "Kau tak apa-apa, Sweetheart?" tanya Kaysan, menarik tubuh Gaia sehingga perempuan itu berakhir dalam dekapannya. Gaia buru-buru mendorong dada bidang Kaysan. Tanpa menjawab perkataan pria itu, Gaia pergi dari sana. Nam

  • I'm Yours My Husband   9. Pulang lagi

    "Hei, mulutmu yah! Pantas kamu ngomong begitu ke Nyonya, Heh? Nanti giliran kupecat, nangis!" ketus Gaia pada maid yang menegurnya dengan tidak sopan tersebut. Maid tersebut terlihat terkejut. Bukan hanya dia, melainkan maid lainnya yang ada di sana juga ikut kaget. 'Kenapa Gaia berani padaku? Sebelumya dia takut padaku karena aku ini kepala pelayan di dapur dan merupakan utusan Nyonya Viviana, Tante Tuan Kaysan.' batin maid tersebut, menatap Gaia secara lekat. Ah, dia hampir lupa jika perempuan ini sedang lupa ingatan. Mungkin itu yang membuat Gaia berani padanya. Tapi, dia yakin sekali dia bisa kembali menundukkan Gaia dengan cara cukup menggertaknya saja. Yah, Gaia ini lemah! "Memecatku? Memangnya kamu bisa, Heh? Aku ini kepala maid di dapur dan merupakan utusan Nyonya Basar Viviana. Kamu sama sekali tidak bisa memecatku!" angkuh maid tersebut pada Gaia. "Nyeme nyeme nyeme nyeme!" Gaia menyeru dengan mengejek, menatap julid dan nyinyir pada maid tersebut. "Mau kamu kepala m

  • I'm Yours My Husband   8. Sang Nyonya Telah Kembali

    'Aku sudah tidak tahan menjadi istrimu, aku ingin cerai, Mas Kaysan. Aku ingin lepas! Biarkan aku bahagia dengan kekasihku!' 'Baik, kita akan bercerai. Tetapi tunggu setelah usia putra-putri kita 7 tahun. Jika sekarang– mereka terlalu kecil untuk merasakan kehilangan mommy mereka.' Kening seorang perempuan yang sedang tidur terlihat mengerut. Dia merasa tak nyaman dan terusik oleh mimpi yang menurutnya menyeramkan. Hingga akhirnya kelopak mata perempuan itu terbuka lebar. Gaia menghela napas panjang, segera mengambil posisi duduk. Dia memijat kening, menunduk lalu menatap tangannya yang terlihat tremor. Mimpi itu-- adalah dia yang sedang membawa selingkuhnya di hadapan Kaysan, di mana dia meminta bercerai pada suaminya karena ingin menikah dengan kekasihnya. "Kenapa aku sangat jahat dalam mimpiku?" gumam Gaia, tangannya masih tremor dan jantungnya masih berdebar kencang. Ceklek' Suara decitan pintu terdengar, Gaia menoleh ke arah sana untuk sekadar memastikan. Namun, dia buru-

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status