Home / Rumah Tangga / IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU / 7. Pil Kontrasepsi Di Kamar Ibuku

Share

7. Pil Kontrasepsi Di Kamar Ibuku

Author: Ria Wijaya
last update Last Updated: 2023-07-31 12:45:08

"Nella, Ibumu terlalu cerewet, kalau begini terus lama-lama aku nggak betah tinggal di sini," gerutu Mas Rohman ketika aku baru saja masuk kamar.

"Yang sabar ya, Mas. Kalau kita pindah dari sini, kan kasihan Ibu sendirian," sahutku yang masih merasa berat jika harus meninggalkan ibuku sendirian, sebab kalau ada apa-apa kan susah jika tidak ada sosok laki-laki di rumah, terutama pas ada atap bocor, atau masalah lain yang hanya bisa dikerjakan oleh laki-laki.

Oleh karena itu aku mengajak Mas Rohman tetap tinggal di sini, walaupun setiap harinya Ibuku selalu menyindir Mas Rohman.

"Hah, ya sudah lah! Kalau begitu aku mau mancing aja, di rumah hanya nambah pikiran jadi semakin sumpek!"

Kini giliran aku yang hanya bisa menghela napas panjang, ketika melihat Mas Rohman pergi begitu saja.

Padahal kalau kamu mau mencari pekerjaan tetap, Mas. Tidak akan ada keributan seperti ini di setiap harinya.

Setelah membereskan barang belanjaanku tadi, aku pun langsung menuju dapur untuk makan siang, di sana kulihat ibu sedang menaruh sesuatu di laci dapur paling atas.

"Lho, Bu. Kenapa lauknya ditaruh di sana?" tanyaku saat membuka tudung saji yang hanya terdapat semangkuk sayuran di dalamnya.

"Ya biarin, biar suamimu tidak ikut makan. Lagi pula enak saja dia tidak mau bekerja, tapi masih ingin makan enak. Biar dia makan yang ada di situ saja," sahut Ibuku yang kemudian hendak meninggalkan dapur.

"Tapi, Bu ...."

"Eh, Nella. Kamu itu jangan manjain suamimu terus, nanti makin lama dia makin seenaknya sendiri. Toh lagi pula sekarang dia juga pergi mancing, ya dia biar makan hasil tangkapannya sendiri."

Lagi-lagi aku hanya bisa menghela napas, ini memang bukan pertama kalinya ibuku berperilaku seperti ini, dan Beliau memang kerap menyembunyikan lauk atau makanan yang dianggapnya enak dari Mas Rohman.

Ya alasannya agar Mas Rohman tidak ikut makan, sebenci itulah ibuku pada menantunya sendiri.

Haduh ... kapan ya aku bisa melihat ibu dan suamiku akur seperti orang lain?

Setelah selesai makan siang, aku pun memilih tidur siang terlebih dahulu sebelum akhirnya para pertani nanti datang membawa barang dagangan mereka.

Ketika hendak tidur siang, tiba-tiba saja aku kepikiran ingin beli HP, sebab aku harus bisa komunikasi secara diam-diam dengan Mbak Yuyun untuk bisa memantau Mas Rohman saat aku sedang ada di pasar.

Ya, sudah saatnya aku mencari tahu siapa wanita itu? Sedangkan untuk Mas Rohman, kini aku belum bisa mengambil keputusan, sebab selain bukti perselingkuhan yang aku dapatkan belum cukup kuat, aku juga tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan, sebab keinginanku yaitu menikah hanya cukup satu kali.

Namun, jika Mas Rohman benar-benar terbukti berselingkuh, aku juga tidak segan meminta pisah darinya. Aku memang masih bisa diam ketika dia tidak memberiku nafkah, sebab aku masih bisa mencari uang sendiri.

Akan tetapi, jika masalahnya perselingkuhan, itu sudah lain hal, karena aku tidak bisa memaafkan kesalahan yang satu itu.

***

"Nella, dicariin Pak Jarno ...." teriak ibuku seraya mengetuk pintu kamarku.

Sepertinya ini sudah jam dua siang, karena di jam-jam segini lah para petani menyetorkan dagangan mereka.

Aku pun lantas bangun dan menuju kamar mandi untuk mencuci muka, lalu kemudian aku langsung menemui Pak Jarno dan menimbang barang dagangan yang ia bawa.

Lalu tidak lama kemudian para petani yang lain mulai berdatangan satu persatu, hari ini bawaan mereka juga lumayan lengkap, ada yang bawa kol, tomat, cabai, kacang panjang, dan masih banyak sayuran lainnya.

Setelah transaksi selesai, dan melihat sisa uangku masih cukup untuk beli ponsel, aku pun bergegas pergi mandi sebelum pergi membeli ponsel.

Namun, setelah aku selesai mandi, dan berganti pakaian, ternyata mas Rohman pulang.

"Kamu mau ke mana? Tumben jam segini sudah mandi."

"Mau beli HP, Mas."

"Wah, kalau begitu aku ikut, aku juga ingin beli Hp."

"Lho, tapi kan uangku hanya cukup beli satu HP, Mas."

"Ye ... memangnya siapa yang minta kamu beliin HP buat aku, aku kan mau beli pakai uangku sendiri."

"Lha, kamu kok bisa punya uang untuk beli HP, dapat uang dari mana, Mas?"

"Ya tabungan lah, kan tabunganku waktu masih lajang dulu masih ada, kalau hanya buat beli HP dua jutaan ya masih cukup lah."

"Hah?"

"Sudah jangan malah bengong. Ayo, kita berangkat sekarang."

Aku yang ingin bertanya sesuatu, tapi terpaksa kutelan kembali karena Mas Rohman sudah menarik tanganku ke luar.

Dan, selama perjalanan pun aku masih memikirkan masalah tabungan Mas Rohman, sebab bukannya tabungannya Mas Rohman sudah habis untuk biaya pernikahan kami waktu itu?

Lalu iyakah dia masih memiliki sisanya?

Hah, sudahlah! Terserah dia mau berbohong atau tidak, yang penting bukan uangku saja yang ia ambil dan diklaim sebagai uang tabungannya, pikirku.

Namun aku semakin curiga ketika kami sudah sampai di toko dan akan membayar ponsel mana yang akan kami beli, sebab melihat isi dompet Mas Rohman yang biasanya kering kerontang, tiba-tiba saja hari ini terisi penuh.

Setelah melakukan pembayaran dan kami keluar dari toko, aku pun sudah tidak tahan lagi untuk bertanya pada Mas Rohman tentang uang itu.

"Mas, kamu kok punya uang banyak banget? Masa iya semuanya itu tabungan kamu, Mas? Jangan sampai kamu berhutang uang sebanyak itu ya, Mas?!"

"Ish, kamu ini apaan sih, aku nggak ngutang, ini beneran uang aku sendiri. Nih, sekalian aku kasih buat kamu belanja," sahut Mas Rohman seraya menyodorkan uang lima ratus ribu kepadaku."

Hah, mimpi apa aku semalam? Tiba-tiba dikasih uang belanja sebanyak ini dari Mas Rohman, dan meskipun aku senang-senang saja menerimanya, akan tetapi aku masih curiga jika uang ini bukanlah uang simpanan Mas Rohman.

Namun, untuk sementara ini aku akan diam dulu, dan hari ini aku tak akan memaksa Mas Rohman untuk menjawab jujur atas kecurigaan ku ini.

Sesampainya di rumah, aku dan Mas Rohman langsung mengotak-atik ponsel kami masing-masing, setelah selesai aku pun langsung membereskan rumah, karena ibuku sedang pergi dan rumah masih berantakan.

Setelah selesai mencuci piring, aku pun langsung menyapu rumah, awalnya membersihkan rumah sore ini terasa biasa saja dan sama seperti biasanya.

Namun, aku tidak menyangka akan menemukan sesuatu yang aneh ketika aku sedang menyapu kamar Ibu.

"Lho, kenapa Ibu masih mengkonsumsi ini?" gumamku saat mengambil pil kontrasepsi yang terjatuh di lantai, dan bungkus pil itu terbilang masih baru meskipun cuma tersisa tujuh butir saja.

Dan, itu berarti Ibuku benar-benar meminumnya bukan?

Sebenarnya benda ini cukup lazim di kamar wanita, namun untuk apa ibuku memakai pil kontrasepsi ini?

Bukankah ibuku seorang Janda?

Lalu Beliau takut hamil dengan siapa?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    35. Yoella Anggraini

    Satu Minggu kemudian...."Sayang, memang kamu tidak apa-apa kalau aku tinggal pergi?" tanya Yoga yang sudah ke sekian kalinya, Yoga hendak pergi keluar kota untuk perjalanan bisnis, namun ia tidak tenang jika meninggalkan istrinya yang sudah dekat dengan HPL."Nggak apa-apa, Mas. Kan masih ada tiga hari lagi, sedangkan kamu besok sudah pulang.""Iya, tapi kata orang-orang melahirkan itu bisa kurang atau lebih dari HPL, terus jika tiba-tiba besok kamu melahirkan, dan tidak ada aku di rumah, lantas bagaimana?""Sayang, di rumah kan ada pelayan, dan sebentar lagi Ayah dan Ibu juga pulang, jadi kamu nggak usah khawatir lagi, cukup doakan aku dan anak kita selamat dan lancar lahirannya."Yoga memeluk Nella, ia benar-benar merasa berat meninggalkan Nella, namun ia juga tidak bisa mengabaikan pekerjaannya yang ada di luar kota."Baiklah, kalau begitu aku mau telepon Ibu dulu, aku mau memastikan kalau Ibu dan Ayah nanti sudah ada di rumah ketika aku sudah berangkat."Setelah menelepon ibunya,

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    34. Menjadi Kesayangan Keluarga

    Satu tahun kemudian....Tidak ada yang bisa dilakukan Nella kecuali hanya makan dan tidur, sebab Yoga dan mertuanya melarangnya melakukan pekerjaan rumah, walaupun hanya sekedar merapikan tempat tidurnya saja."Mas, aku bosan. Aku bolehkan hanya menyiram bunga saja?""Nggak! Kasian dedek bayinya kalau kamu panas-panasan di luar.""Lha terus apa bedanya dengan kita jalan-jalan pagi di setiap hari Minggu, kan aku juga terkena sinar matahari.""Ya beda dong, Sayang ... kalau matahari pagi kan sehat, nah ini jam sepuluh kamu ingin panas-panasan di luar."Nella mencebikkan bibirnya kesal, ia diam-diam tidak bisa melakukan pekerjaan rumah jika ada suami dan mertuanya di rumah. Apalagi semenjak Nella hamil, ia sudah seperti tawanan yang harus diawasi setiap hari."Kalau begitu aku harus ngapain dong? Aku bosan kalau hanya luntang-lantung tak jelas di rumah.""Kamu kan bisa pergi jalan-jalan, belanja, atau apapun, asalkan harus diikuti pengawal.""Huh! Ternyata rasanya jadi istri CEO itu kehi

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    33. Bertemu Dengan Calon Mertua

    Setelah disuguhi banyaknya hal yang mengejutkan, namun kejutan untuk Nella tidak hanya sampai di sini saja, Nella benar-benar akan dibuat syok setengah mati hari ini."Kita sudah sampai," ujar Yoga dengan wajah yang tampak bahagia. Yoga sangat senang karena akhirnya ia bisa membawa calon istrinya ke rumah."Lho, kita di mana? Ini kan bukan hotel?" tanya Nella bingung."Rumah mertuamu," sahut Yoga santai."Hah?" Nella semakin panik ketika pintu mobil di sampingnya dibuka Yoga, lalu kemudian Yoga mengulurkan tangannya."Lho, tapi ... Mas, kenapa ke rumahmu sih? Aku kan--"Yoga mengguncangkan tangannya lagi karena Nella tidak segera menyambut uluran tangannya.Sedangkan Nella yang tidak bisa kabur dari sini, ia pun dengan terpaksa menerima uluran tangan Yoga."Lho Mas, bukankah kesepakatan kita itu kamu harus bertanya dulu ke orang tuamu, tapi ini kenapa aku sudah diajak ke rumahmu?" Nella semakin panik ketika langkah mereka sudah hampir sampai di teras rumah Yoga, ia bahkan mengeluarka

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    32. Manusia atau Tokoh Novel?

    Nella hampir tidak bisa tidur karena masih memikirkan siapa Yoga sebenarnya, sebab Yoga tidak mau menjawabnya dan berjanji akan memberitahukan semua tentangnya besok.Hingga akhirnya pagi-pagi sekali Nella sudah siap, begitu juga dengan Yoga yang memang sudah tidak sabar lagi mengungkapkan jati dirinya pada calon istrinya tersebut.Ya, meskipun Nella belum menjawab mau menikah dengannya, akan tetapi Yoga merasa sangat yakin bahwa Nella mau menjadi istrinya.Namun, jika Nella tetap menolak menikah dengannya, maka ia akan menggunakan cara yang sedikit menyebalkan agar Nella mau menikah dengannya."Sudah siap?"Nella yang baru saja membuka pintu sontak terperanjat ketika melihat Yoga yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya."Sudah," sahut Nella sedikit canggung, dan Yoga pun juga merasakan bahwa sikap Nella kini menjadi terlihat berhati-hati padanya."Huh, sialan! Jika saja housekeeper itu tidak membocorkan identitas ku, maka Nella tidak akan berubah seperti ini hingga aku memberi kej

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    31. Bukan Lelaki Biasa

    Sedangkan di tempat lain, saat ini Nella dan Yoga sedang dalam perjalanan menuju Jakarta, Yoga mengatakan bahwa mereka akan menemui teman dokternya untuk membicarakan masalah bisnis baru mereka."Nanti aku tinggalnya di mana ya? Kan kalau tinggal di hotel pasti mahal," batin Nella seraya memandang ke luar jendela, ia tengah memikirkan akan menginap di mana, sebab Yoga nanti pastinya akan tinggal di rumahnya, dan Nella tidak mungkin akan menginap di rumah Yoga.Di saat Nella tengah melamun, tiba-tiba saja pundaknya terasa berat, saat ia menoleh ke kanan, Nella langsung dapat mencium rambut Yoga yang harum.Nella hanya bisa diam ketika melihat Yoga yang tertidur pulas menyandarkan kepalanya ke bahunya, ia tidak mungkin membangunkan Yoga karena merasa kasihan, sebab perjalanan mereka memang terlalu jauh untuk ditempuh menggunakan jalur darat.Untungnya saja bus yang mereka tumpangi terbilang bagus, dan bus yang mereka tumpangi ini memang khusus untuk perjalanan langsung ke Jakarta, jadi

  • IBU DAN ADIKKU PENGHANCUR RUMAH TANGGAKU    Karma

    Winda yang terlalu mencintai Sugeng dan tidak percaya bahwa ia sudah diceraikan, akhirnya dengan penuh kenekatan ia berangkat sendiri ke kota Malang, dengan hanya berbekal alamat yang diberikan oleh salah satu teman Sugeng yang berada di kampung mereka, kini akhirnya Winda sampai juga di depan rumah alamat tersebut.Dengan perasaan sedikit ragu Winda mulai mengetuk pintu rumah tersebut, akan tetapi ia terkejut ketika melihat yang membukakan pintu adalah seorang wanita cantik yang Winda perkirakan seumuran dengannya."Maaf, Mbak nya mau cari siapa ya?" tanya wanita itu ketika melihat sosok asing di hadapannya."Oh, maaf ini apa benar dengan rumahnya Mas Sugeng?"Belum sempat wanita itu menjawab, dari arah belakang wanita tersebut terdengar suara lelaki yang Winda kenal."Sayang, siapa tamunya?"Jantung Winda berdebar keras ketika mendengar suara laki-laki yang dirindukannya selama beberapa bulan ini, akan tetapi ia hampir limbung ketika melihat sosok lelaki itu dengan nyata.Sugeng ben

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status