Share

Bab 120 Bercak Darah

Penulis: Yuni Masrifah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 18:06:12

Nadin terbangun di dalam kamar yang asing. Penampilannya begitu kacau serta tubuh yang terasa sakit.

“Sakit banget, ada apa ini? Kenapa aku ada di sini?” gumam Nadin, ia mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan.

Nadin merasa aneh, kenapa ia bisa berada di tempat yang asing baginya. Padahal semalam ia sedang berada di club malam bersama Lina dan Kia.

Seketika Nadin teringat akan pria yang pernah bersamanya di club malam.

“Apa Edo yang membawaku ke sini?” gumam Nadin, kepalanya masih sedikit merasa pusing.

Nadin menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu beranjak dari tempat tidur, hendak menuju kamar mandi. Namun, saat ia hendak melangkah, tubuh bagian intimnya terasa nyeri. Entah apa yang terjadi, Nadin tidak ingat apa pun.

Nadin hendak melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Akan tetapi, ponsel miliknya tiba-tiba berdering. Nadin melirik tas miliknya yang berada di atas tempat tidur. Namun, alangkah terkejutnya Nadin, saat melihat bercak merah menodai sprei putih yang terp
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 121 Menagih

    “Ish! Mama apaan, sih? Memangnya ada yang salah dengan cara aku jalan? Perasaan aku jalan biasa saja,” sahut Nadin.Mona mendekati Nadin, lantas berdiri di hadapan anaknya itu. Tatapannya seakan mengintimidasi.“Tapi … yang Mama lihat, jalan kamu memang beda. Kayak yang habis-”“Ck, Ma … apa Mama nuduh aku yang macam-macam? Mama nggak percaya sama aku?” potong Nadin, mulai emosi dengan ucapan Mona yang mengarah pada tuduhan negatif.Mona menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia mengangkat sebelah tangannya ke udara, membantah pertanyaan Nadin.“Tidak, mungkin Mama yang salah lihat. Ya sudah kamu masuk saja ke dalam. Mama mau lanjut nyiram tanaman bunga kesayangan Mama dulu,” jawab Mona.Nadin pun kembali membalikkan badan. Melenggang pergi masuk ke dalam rumah. Namun, mata Mona tidak bisa lepas dari gerak-gerik langkah kaki Nadin yang begitu berbeda itu.“Kok perasaan aku jadi nggak enak. Kenapa, ya?” Mona mengusap dadanya pelan.Mona pun kembali menyiram tanaman bunga, seperti yang tadi

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 120 Bercak Darah

    Nadin terbangun di dalam kamar yang asing. Penampilannya begitu kacau serta tubuh yang terasa sakit.“Sakit banget, ada apa ini? Kenapa aku ada di sini?” gumam Nadin, ia mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan.Nadin merasa aneh, kenapa ia bisa berada di tempat yang asing baginya. Padahal semalam ia sedang berada di club malam bersama Lina dan Kia.Seketika Nadin teringat akan pria yang pernah bersamanya di club malam.“Apa Edo yang membawaku ke sini?” gumam Nadin, kepalanya masih sedikit merasa pusing.Nadin menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu beranjak dari tempat tidur, hendak menuju kamar mandi. Namun, saat ia hendak melangkah, tubuh bagian intimnya terasa nyeri. Entah apa yang terjadi, Nadin tidak ingat apa pun.Nadin hendak melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Akan tetapi, ponsel miliknya tiba-tiba berdering. Nadin melirik tas miliknya yang berada di atas tempat tidur. Namun, alangkah terkejutnya Nadin, saat melihat bercak merah menodai sprei putih yang terp

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 119 Club Malam

    “Aaargh! Kenapa, sih, harus secepat itu ketahuan? Bahkan aku belum sempat membeli barang-barang yang aku mau. Tante Erina sialan!”Nadin melempar benda apa saja yang ia lihat di ruang keluarga.“Nadin, apa yang kamu lakukan? Sudah-sudah, jangan rusak semua barang-barang ini!” cegah Mona, ia baru keluar dari kamar dan mendengar suara gaduh pecahan gelas di luar.Nadin melipat kedua tangannya di depan dada. Merasa kesal dengan keadaan yang tidak sesuai dengan harapan.“Bagaimana aku nggak marah, Ma. Aku belum mendapatkan apa yang aku mau dari tante Erina. Tapi, secepat itu harus ketahuan sama mas Gala. Lalu, setelah ini pemasukan kita dari mana, Ma? Kalau hanya mengandalkan uang gaji dari Papa, ya nggak akan cukup, lah!” sahut Nadin.Mona menghela napas kasar, ia pun kecewa atas keadaan ini. Namun, harus bagaimana lagi? Ia pun bingung dengan cara apa lagi untuk bisa mendapatkan uang dari Erina.“Tapi setidaknya Gala tahu rahasia Erina. Mama yakin, sekarang Gala dan Ello pasti marah besa

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 118 Ibu Pengganti

    Semua orang terkejut saat pintu kamar terbanting cukup kuat. Mereka menoleh ke arah pintu tersebut.Di sana, tampak Ello berdiri menatap Erina dan juga Faisal dengan tatapan tajam.“Ello, ternyata kamu! Kenapa kamu membanting pintu? Kasihan Mami kamu, kamu sudah mengagetkannya,” ujar Oma Nira.Ello pun masuk ke dalam ruangan itu. Lantas mendekati Faisal yang berdiri tak jauh dari Erina.“Katakan, apakah yang aku dengar itu benar? Mami bukan ibu kandung aku sama Gala? Aku sudah dengar suara rekaman itu barusan. Apakah benar begitu?” tanya Ello.Faisal tertunduk, hal itu sudah ia duga sebelumnya, jika suatu saat, Ello atau pun Gala akan marah karena merasa dibohongi selama ini.“Iya, Ello. Erina memang bukan ibu kandung kamu dan Gala. Dia sebenarnya Tante kalian. Dia kembaran ibu kalian yang bernama Elia,” jawab Faisal, ia tertunduk.Tampak gurat kekecewaan yang terpancar pada wajah Ello dan juga Gala.“Kenapa Papi tidak jujur dari dulu? Kenapa kalian, Papi dan Oma tidak mengatakan yang

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 117 Mengaku Salah

    “Apa?!” Gala begitu terkejut mendengar pengakuan Erina.“Kenapa Mami memberikan uang sebanyak itu kepada Nadin? Keenakan sekali Nadin sama keluarganya, jika Mami memberikan uang sebanyak itu,” lanjut Gala.Gala tidak habis pikir dengan pikiran Erina. Bisa-bisanya Erina memberikan uang sebanyak itu cuma-cuma untuk Nadin.“Mami minta maaf, Gala. Mami sangat menyesal, kini mereka malah berbalik memeras Mami. Mereka terus-menerus meminta uang kepada Mami,” ucap Erina.Gala mengacak rambutnya kasar. Lantas ia duduk di atas sofa rumah sakit itu.“Kenapa kamu memberikan uang itu kepada Nadin? Untuk modal usaha Nadin, itu biar menjadi tanggung jawab Akbar dan Mona, mereka orang tuanya. Sama sekali itu bukan urusan kamu. Lagi pula, hubungan kita sama keluarga Nadin hanya sebatas Sandi, tidak lebih,” timpal Faisal.Erina memejamkan matanya sejenak. Sudah ia duga, Gala pasti akan sangat marah jika mengetahui hal itu.“Mami mengaku salah, Mami sangat egois. Awalnya niat Mami memberikan uang-uang

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 116 Banjir Air Mata

    “Jangan, Nabila. Jangan membuat tanganmu kotor untuk membersihkan kotoran saya,” tolak Erina, ia merasa tidak enak.Nabila menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum.“Tidak akan kotor, Bu. Kan ada air, nanti bisa dicuci. Sekarang kalau Bu Erina mau buang air tidak apa-apa di sini saja. Em … sebentar, biar saya pasang dulu popok,” ujar Nabila, lalu memasang popok kepada Erina.“Hati kamu sebenarnya terbuat dari apa, Nabila? Saya orang yang paling jahat sama kamu. Tapi balasan kamu, sungguh membuat saya malu,” imbuh Erina.“Saya hanya manusia biasa, Bu. Sama seperti yang lain,” sahut Nabila, saat ia mulai membersihkan tubuh Erina setelah Erina buang air besar.Erina menghela napas kasar. Ia terus memperhatikan wajah Nabila, yang sama sekali tidak memperlihatkan raut wajah jijik saat membersihkan kotorannya.Dari arah pintu, terlihat pintu itu terbuka dari luar. Menampakkan wajah-wajah khawatir dari Faisal, Gala dan juga oma Nira.“Erina!” Faisal berlari menghampiri Erina.Faisal me

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 115 Ketulusan

    Kecelakaan tunggal pun tidak terelakkan. Mobil Erina rusak parah, beruntung anak kecil itu tidak sampai tertabrak. Namun, Erina tak sadarkan diri dengan luka di bagian wajah dan anggota tubuh lainnya.Seketika jalanan menjadi ramai oleh orang-orang yang menyaksikan kecelakaan tersebut. Tak jarang dari mereka merasa prihatin atas musibah yang dialami Erina. Bahkan tak jarang dari mereka mengabadikan peristiwa nahas tersebut.Kini, Erina dibawa ke rumah sakit terdekat. Dokter segera menangani Erina yang kini telah berada di ruang ICU.Cukup lama Erina tak sadarkan diri. Hingga beberapa jam kemudian, Erina pun kini tersadar. Saat ia membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Nabila. Wajah yang sangat ia benci itu terpampang jelas berada di depan matanya.“Bu Erina sudah sadar? Syukurlah, biar aku panggilkan dokter dulu,” ujar Nabila, kemudian ia memanggil dokter.Dokter pun datang lalu memeriksa keadaan Erina.“Keadaannya cukup membaik, hanya saja kemungkinan tubuhnya masih

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 114 Dikucilkan

    Erina membuka kotak berisi perhiasan miliknya itu. Matanya menatap barang-barang berkilau itu dengan tatapan lekat. Satu persatu ia genggam perhiasan itu.Erina menggelengkan kepalanya cepat. Ia tidak ingin kalah dari wanita-wanita licik itu. Sekali saja mereka diberikan apa yang mereka mau, maka mereka akan seenaknya meminta terus menerus demi hasrat yang tak pernah terpuaskan.“Tidak, aku tidak boleh menjual perhiasanku ini. Memangnya mereka itu siapa? Enak sekali minta-minta,” gumam Erina, ia menutup kembali kotak perhiasan itu lalu menyimpannya kembali ke dalam lemari.Erina kemudian menghubungi Ello. Cukup lama ia menunggu teleponnya diangkat, akhirnya Ello pun mengangkatnya.“Halo, Mam!” sapa Ello dari balik telepon.“Halo, Ello. Apa kamu lagi sibuk? Mami cuma mau memberitahu kamu, tolong blokir nomor Nadin dan siapa pun yang berhubungan dengannya,” ujar Erina.“Memangnya kenapa, Mam? Ada masalah?” tanya Ello.“Tidak usah banyak tanya, Ello. Tolong blokir nomor Nadin. Pliss!” mo

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 113 Diperas

    Keesokan paginya, seperti biasa keluarga Faisal tengah melakukan sarapan pagi sebelum melakukan aktivitas masing-masing. Dari arah kamar tamu, tampak Faisal baru saja keluar dan bergabung bersama yang lain di ruang makan.“Loh, kok Papi keluar dari kamar tamu. Memangnya Papi tidak tidur di kamar Papi?” tanya Gala.Faisal menggelengkan kepala, lantas meneguk susu yang telah tersedia di atas meja.“Papi hanya ingin menenangkan diri dulu, sekalian ingin memberi Mami kamu pelajaran. Sikap Mami kamu sangat keterlaluan. Biarkan dia merenungi semua perbuatannya. Semoga saja Mami kamu berubah menjadi lebih baik,” jawab Faisal.Gala mengangguk, lantas memulai sarapannya.“Aku mau panggil Mami dulu buat sarapan,” ujar Nabila, ia kemudian beranjak dari posisi duduknya.“Tidak usah, Nabila, dia bisa sendiri. Kamu tidak perlu capek-capek memanggilnya,” cegah Faisal.Nabila mengurungkan niatnya, lantas ia kembali duduk.“Tidak apa-apa, biar nanti mbok Min antar makanan untuk Mami. Sebaiknya kamu m

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status