Share

Telepon dari Adek

"Pak, kunci rumah yang di kebun mana?"

Bapak tercengang melihatku. Bukannya langsung memberi kunci yang kuminta.

"Mana Pak?" tanyaku lagi.

Mungkin, kalau ada yang melihat sikapku sama Bapak dan Ibu saat ini. Pasti akan menganggap aku orang yang tak tau bersopan santun pada orangtua. Biarlah, aku juga tak pandai pura-pura kalau aku baik-baik saja sekarang.

Hatiku sakit, dan aku belum menemukan cara untuk mengobatinya.

Bapak bangkit, tanpa bicara apa pun. Dia langsung masuk ke dalam rumah. Kuambil gawaiku, segera aku memesan taksi online. Ibu terus saja memperhatikanku, aku bisa melihatnya dari ekor mataku. Aku mengalihkan pandangan ke halaman rumah. Malas melihat Ibu yang sepertinya ingin mengajakku bicara. Tak ada yang perlu dibicarakan sama Ibu.

Paling mau minta maaf, dengan alasan khilaf. Khilaf kok menikmati?!

Mas Bima keluar dengan membawa tas besar yang aku yakin berisi baju-bajunya. Diambil alihnya koper yang aku letakkan di pinggir teras.

"Ini kuncinya." Bapak keluar rumah,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status