IKRAR UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU49. KUNJUNGAN MAMA DAN TANTE MIRA (BAGIAN A)Aku sedang berbaring di kamar saat ini, menikmati kesendirian yang terasa nyaman. Entah kenapa, sedikit banyak aku mulai mensyukuri perceraianku dengan Mas Farhan.Aku sudah memasukkan gugatan, dan pengacaraku akan mengurus semuanya. InsyaAllah, semuanya akan berjalan lancar karena Mas Farhan pun akan mempermudah semuanya. Dia harus menikahi Maura secepatnya, jadi wajar saja kalau dia juga menginginkan perceraian ini terjadi secepatnya.Sakit? Sudah pasti ada. Tapi sekali lagi aku katakan, entah kenapa aku mensyukuri perceraian ini.Setidaknya aku bisa tenang, dan terlepas dari keluarga toxic seperti keluarga Mas Farhan. Wak Ifah, serta Bi Masyitah juga semakin rajin menelpon untuk sekedar menanyakan keadaanku. Padahal Wak Lukman sempat keceplosan, mereka menelpon karena takut aku akan bunuh diri.Ya Allah, padahal aku sedikitpun tidak memiliki pemikiran seperti itu. Sakit, kecewa,
50. KUNJUNGAN MAMA DAN TANTE MIRA (BAGIAN B)“Lama sekali! Ngapain aja, sih?” tanya Mama dengan ketus.“Lelet banget!” timpal Tante Mira ikut-ikutan.Dia berjalan masuk bersama Maura, tidak lupa sambil menyenggol bahuku dengan sengaja. Aku menghela nafas panjang, dan ikut masuk setelah menutup pintu. Pasti setelahnya hanya akan ada pertengkaran dan adu mulut yang tidak akan ada habisnya.Aku ingin hidup tenang dan juga nyaman, aku tak mau lagi berurusan dengan keluarga mereka. Aku hanya berharap, ini lah yang terakhir kalinya mereka akan ke sini.“Ada apa?” tanyaku langsung setelah bokongku mendarat di sofa empuk milikku.Aku menatap mereka berdua dengan sangat santai dan juga tenang, Mama dan juga Tante Mira terlihat saling berpandangan, seolah tengah melakukan telepati.“Ayolah, atau kita mau tatap-tatapan sampai malam?” tanyaku lagi.“Apa maksud kamu? Kenapa kamu mengancam Farhan?” tanya Mama ketus.“Mengancam apa?” tanyaku tak mengerti.Tante Mira langsung terkekeh ketus, dan dia
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU51. WARISAN AYA? (BAGIAN A)Mama dan Tante Mira kompak membelalakkan matanya, lalu kemudian mereka berpandangan dengan dramatis. Seolah-olah aku baru saja mengatakan kalau besok akan terjadi kiamat dan dunia akan hancur.“Apa maksudmu?” tanya Tante Mira dengan ketus.“Masih belum jelas?” tanyaku balik.“Kamu tahu kan? Bagaimana kerasnya Farhan meniti karir di sana hingga bisa menjadi seorang direktur?” tanya Tante Mira padaku.“Tentu saja aku tahu!” balasku santai. “Aku yang menemaninya merintis karirnya, Tan. Jelas aku tahu, aku yang menemani Mas Farhan dari NOL!” kataku menekankan kata ‘nol’, dan membulatkan jari jemariku hingga menyerupai angka nol.“Kalau kamu tahu, seharusnya kamu tidak memberatkan Farhan. Tutup mulutmu sampai putusan cerai kalian disahkan oleh pengadilan agama!” ujar Tante Mira lagi, yang langsung diangguki oleh Mama dengan sangat semangat.“Untungnya untukku apa, Tan?” tanyaku santai.“Apa maksudmu?”
52. WARISAN AYA? (BAGIAN B)Aku langsung berhenti di tengah tangga dan berbalik menghadap ke arahnya yang ada di bawah sana, dia terlihat sudah bangkit dari duduknya dan menunjukku dengan sangat sadis.Terlihat jelas kemarahan dan juga emosi di wajahnya, namun aku tetap berdiri dan menatapnya dengan sangat tenang dan juga elegan. Walau hati sudah sangat ingin meluapkan emosi, dan mulut ingin meluapkan kata-kata amarah.Aku masih berusaha menahannya, karena jika aku marah maka aku akan kalah. Mereka akan sangat senang, karena berhasil membuat aku emosi.“Keponakan kalian yang tidak layak bersamaku, penghianat memang sangat cocok dengan penggoda, Tan!” kataku mengejek. “Dan sampah, memang tempatnya di tempat sampah!” kataku lagi.Sebelum beranjak ke atas, aku kembali berhenti dan menatap mereka dengan seringai menyebalkan.“Dan untuk masalah yatim piatu, aku memang yatim piatu. Tapi aku bukan orang yang tidak mempunyai apa-apa! Kalian bisa tanyakan pada Maura, warisan apa yang aku terim
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU53. POV MIRA (Kebodohan Maura!) (BAGIAN A)POV MIRAAku menghembuskan nafas kesal karena melihat Tasya yang keluar sendirian, dan ternyata benar dugaanku, Maura tidak mau keluar dan menyuruh aku yang ke sana.Berani sekali dia!Dia sudah gila!Bahkan Farhan dan yang lain saja tidak ada yang berani menyuruh-nyuruh aku, dan dia orang baru sudah mau sok berkuasa? Tidak bisa! Dia yang harus patuh padaku, bukan aku yang akan patuh padanya.Setelah aku berteriak dengan lantang, dia langsung keluar dari kamar dengan tergopoh-gopoh. Matanya mendelik menatapku, dan aku juga belik memelototinya dengan tajam.Aku memindai penampilannya dari atas ke bawah, entah apa yang dilihat keponakanku dari wanita ini. Dia memang cantik, tapi harus ku akui Aya jauh lebih cantik.Jika Maura cantik dengan make-up paripurna yang selalu ada di wajahnya, Sayaka bisa cantik hanya dengan wajah polos tanpa make-up. Maura juga tidak menghargai kami sebagai
54. POV MIRA (Kebodohan Maura!) (BAGIAN B)Dia langsung terlihat salah tingkah dan gelisah di duduknya, aku tetap menunggu dan menatapnya dengan tajam. Sedangkan Kak Arni dan juga Tasya yang ada di sini, juga ikut mengamati.“Wa—warisan apa?” tanyanya seolah tidak tahu menahu, dengan yang baru saja aku tanyakan.“Sudahlah, ayo buat ini menjadi cepat. Aku lelah, dan ingin istirahat!” kataku malas. “Warisan apa yang Aya terima dari neneknya?” tanyaku lagi.“Warisan apa, Tan? Aku tidak tahu apa maksudnya!” kata Maura berusaha mengelak.“Sayaka mengatakan kami harus bertanya padamu, Maura,” ujar Kak Arni menjelaskan.“Aku tidak tahu, Ma. Aya pasti berbohong, dan memfitnah aku agar aku tersudut!” katanya histeris.Aku memutar bola mataku dengan bosan, Maura mulai berakting lagi. Dia terlihat tengah menggenggam tangan Kak Arni dan berusaha meyakinkan Kakak kandungku itu agar mempercayai ucapannya.“Maura! Satu-satunya kekurangan Sayaka adalah dia yang tidak bisa memiliki anak, setelahnya ak
IKRAR TALAK UNTUKKU, ADALAH MAHAR YANG KAU PINTA DARI SUAMIKU55. DIPECAT (BAGIAN A)POV AUTHORMira langsung menegakkan tubuhnya saat mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Farhan, dipecat? Dia bahkan tidak bisa mempercayai pendengarannya sendiri.Bagaimana bisa? Farhan adalah seorang direktur, dan memecat seorang direktur jelas bukanlah hal yang mudah jika tidak mempunyai kesalahan yang fatal, apa Aya mengadu? Pikiran Mira langsung bercadang dan berkelana.Walau bukan anak kandung, Mira sangat menyayangi Farhan. Dialah yang menyediakan semuanya untuk Farhan, dia ingin Farhan dan juga keluarga kakaknya hidup enak dan juga nyaman.Menyekolahkan, menguliahkan, hingga mencarikan kerja, sudah Mira lakukan dengan sepenuh tenaga. Dan sekarang yang sudah diupayakannya dengan sekuat tenaga, malah dihancurkan begitu saja?Memang benar, Sayaka yang menemani Farhan dari nol hingga sekarang, karena Mira memang hanya mencarikan pekerjaan dulu. Sayaka dan juga Farhan menikah ketika Farh
56. DIPECAT (BAGIAN B)“Lalu sekarang bagaimana, Mas?” ujar Maura panik. “Aku tidak mau hidup susah, bagaimana hidup anak kita nantinya?” tanya Maura lagi.“Makanya tidak usah bertingkah!” Kini mata Farhan menatap Maura dengan tajam.“Apa maksud kamu, Mas?” tanya Maura tidak mengerti.Kenapa Farhan malah marah-marah padanya? Bukannya tadi hanya Mira dan juga Arni yang dimarahi? Kenapa dia juga ikut kena? Maura bertanya-tanya di dalam hati.“Kamu masih nanya?” tanya Farhan dengan ketus. “Apa yang kamu tulis di story whatsapp kamu? Hah?!” sambung Farhan lagi.Maura langsung terdiam dan menatap sembarang dengan salah tingkah, dia menghindari tatapan yang dilayangkan Farhan.“Kamu juga sama! Mau hidup enak tapi selalu mengganggu Aya!” kata Farhan. “Bukankah kalian sudah tahu? Atasanku yang bernama Arga Widjaja itu adalah tman dekat Aya? Tidak sulit baginya untuk memecatku, apalagi Bobby dan juga putra sekarang juga sudah bekerja di Widjaja Corp!” kata Farhan semakin meradang.“APA?!” Mir