Share

Perubahan Luna

Setelah Mas Rival berangkat kerja, aku main kerumah ibu bersama Alea.

Tiba-tiba aku rindu dendeng balado masakan Ibu.

Rumah Ibu tampak sepi, mungkin Bapak ke sawah, Fathir jelas bekerja jam segini .

Ibu dan Luna kemana ya? 

Rumah tak dikunci, aku merebahkan diri di sofa ruang tamu sambil memantau Alea bermain boneka di karpet bawah.

15 menit kemudian, terdengar suara dari arah luar.

"Loh Nduk? Udah lama? Kok nggak bilang mau maen? Ibu habis dari Supermarket. Belanja bulanan ini ditemani Luna."

Aku mengernyit heran, 'Luna tumben mau nemeni Ibuk belanja bulanan. Ah mungkin iparku satu ini sudah berubah' .

Luna hanya diam saja.

"Iya nih Buk. Tiba-tiba pengen dendeng nya Ibuk." Aku merajuk seperti anak kecil.

Ibuk tersenyum, "oke ,Ibu buatkan. Tapi beli daging sapinya dulu ya , Ibu tadi cuma beli daging untuk rawonan, Bapak minta di masakin rawon."

"Biar aku aja yang ke Supermarket Bu, Ibu kan capek habis dari sana. Masak bolak - balik sih." Hendak mengambil jaket menuju garasi , Luna menghentikanku.

"Udah Mba dirumah aja ,kan Mba bertamu disini, jadi biar aku aja yang beli. Lagian juga deket." 

Lagi-lagi aku tercengang, kesambet apa nih ipar ?

Tanpa menunggu persetujuanku, Luna kembali ke garasi mengeluarkan mobil.

Dasar ! , ke Supermarket depan sana aja bawa mobil. Ribet banget, pake motor juga lebih cepet sampe, dengusku.

Luna sudah berlalu , mengendarai mobil sendiri menuju supermarket.

Aku bergegas membantu Ibu menata belanjaan .

---

Sudah 2 jam lebih berlalu, Luna belum juga kembali.

Normalnya jika hanya membeli daging di Supermarket menggunakan mobil, hanya membutuhkan waktu 1 jam.

Pikiranku berkelana, khawatir terjadi sesuatu dengan Luna.

Meskipun Luna menyebalkan, tetep saja aku masih punya rasa  simpatik padanya.

Aku menghubungi nomer Luna.

Tuuuuttttt.... Tuuuuutttttt....  

Tersambung, tapi tidak diangkat.

Ahhh mungkin terjebak macet, atau mungkin antriannya memanjang? Mengingat ini awal bulan biasanya para Ibu berbondong-bondong belanja bulanan.

Aku tunggu sajalah, kalau 1 jam kedepan belum juga ada kabar, aku susulin aja kesana. Pikirku.

Kemana ya Luna ?

Aku menyibukkan diri dengan memainkan ponsel, iseng mengintip status akun bernama Maheswara alias Luna.

Tak ada status baru, kembali ke beranda. Melihat semua status temanku.

Chintya mengupload resep hasil eksperimennya. Adikku satu itu memang ahlinya perdapuran, masakannya selalu pas di lidah. Belum lagi, aneka kue basah dan kering selalu bisa memanjakan lidah.

Beralih ke komentarnya, ada akun Lita disana dengan nama aslinya , Alita Suherman.

Ingin ikut berkomentar, tapi tak mungkin. Bisa ketahuan dong penyamaran akun bodongku ini yang khusus kubuat untuk stalking semua orang terdekatku.

Kukirim permintaan berteman kepada Lita, tak lama langsung dikonfirmasi.

Lanjut kepo.....

Kulihat semua postingan Lita, biasa saja.

Hanya berisi tautan-tautan yang di tag oleh temannya, kumpulan cerpen dan cerbung . Foto keluarganya pun tak ada di postinganya.

Hanya menampilkan satu foto Alita yang sedang berselfie, cantik.

Status hubungannya menikah dengan Frans Siregar, wah ini dia!

Tak menunggu lama, kukirimkan juga permintaan berteman dengan Frans.

Belum ada konfirmasi, namun Frans rupanya berteman dengan akun Maheswara, terlihat dari munculnya 'satu teman yang sama'

Mungkin memang benar, mereka ada sesuatu di masa lalu.

"Maaaa....ngantuk" Alea menarik-narik ujung bajuku.

"Iya Sayang, ayo tidur" segera kutaruh ponselku di samping TV dan menemani Alea tidur.

Hingga saat ini, Luna tak kunjung kembali.

Masa iya nyasar? Gak mungkin banget.

Kutepuk pantat Alea sambil memeluknya hingga ia tertidur.

"Luna belum pulang, Nduk?" Ibu terlihat cemas.

"Belum Bu, mungkin antriannya panjang. Kan tanggal muda" ujarku menenangkan.

"Iya tapi ini sudah lama banget lho. Ibu khawatir, Luna sendirian lagi" 

"Bentar lagi Ningsih susulin Bu, Ibu tenang aja. Rawonnya sudah mateng?"

Aku berusaha mengalihkan topik agar Ibu tak khawatir berlebih.

"Sudah Nduk, kalo makan ambil aja, suapin Alea juga mumpung masih panas. Ibu rebahan sebentar ya" 

Aku tersenyum manis membiarkan Ibu beristirahat.

Apa aku susulin sekarang ya Luna?

Alea tampak tidur dengan nyenyak.

Hmmm

***** ** *****   *******

Pov Luna

Ddrrt.. ddrrt... Drrtttt....

Ponselku terus bergetar, Mba ningsih telfon .

Pasti menungguku. Sudah lebih dari 2 jam aku  pergi.

Aku mengamati ponselku tanpa berniat menjawab panggilan iparku.

"Kenapa nggak diangkat? Siapa tau penting?," Lelaki di depanku menatapku lembut.

Aku hanya menggelengkan kepala.

Hendak pulang dari Supermarket tadi , aku mampir pom mengisi bensin terlebih dahulu.

Siapa di sangka, aku bertemu lagi dengan Mas Frans yang sedang mengisi angin ban mobilnya di tempat yang sama.

Jodohkah?

Tak bisa lagi aku memungkiri, rindu ini sudah terlalu lama tertahan, ingin segera dilabuhkan.

Akhirnya disinilah kami, di sebuah Restaurant dekat Supermarket.

Bertukar kabar, dan membahas cerita yang belum kelar, cerita cinta tepatnya.

Akhirnya aku tau kenapa Mas Frans menghilang, ulah Papanyalah di balik semua ini.

Tentu saja aku paham, Papanya tak akan mau mempunyai menantu seorang jalang.

Kasar sekali bukan? Itu sebutan Papa Mas Frans yang selalu diutarakan padaku.

"Heh, kok melamun? , Apa kamu bahagia Luna?" Lelaki ini masih sama seperti dahulu, tak ada yang berubah.

Perhatian, kelembutan, kehangatannya . Aku bisa merasakan semuanya masih sama seperi dahulu.

Aku hanya mengangguk samar.

"Kenapa kamu jadi pendiam? Tak seriang 

Lunaku dulu? Hmmm" kudengar Mas Frans menghela nafas kasar .

"Aak aaakuu butuh waktu mas untuk menyusun kenangan puzzle ini, mengembalikannya seperti semula. Sungguh aku perlu sedikit waktu."

Aku tergagap, lidahku kelu.

Di lain sisi, aku merasa bersalah. Mas Fathir sangat baik padaku, ia mau menerima semua kekuranganku, sifat burukku sekalipun dan mencintaiku apa adanya.

Tapi, aku sangat mencintai Mas Frans. Aku ingin mengulang kisah , merajut cinta kembali bersama Mas Frans.

Egoiskah aku jika ingin memiliki keduanya?

"Baiklah, simpan nomerku ya. Kita bisa sambung lewat ponsel. Eh apa suamimu sering mengecek ponselmu?" Lagi-lagi aku menggeleng .

"Baiklah, bagus . Jadi kita bisa bertukar pesan kapanpun. Pulanglah, tenangkan dulu pikiranmu. Jika kamu siap, hubungi aku ."

Senyuman itu, Tulus dan menyejukkan. Senyuman yang selalu kurindukan.

Aku bergegas pergi, meninggalkan Mas Frans dengan detakan jantungku yang tak beraturan.

Aku mencintainya, sangat-sangat mencintainya. Tapi sanggupkah aku menghianati ketulusan Mas Fathir ?

Karna Mas Frans aku frustasi, hingga tega menjebak seorang pemuda yang mapan sampai akhirnya mau menikahiku.

Aku malu, takut dan merasa bersalah tiap bayangan Mas Frans memenuhi pikiranku.

Padahal Mas Fathir tak kekurangan satu apapun, harusnya aku lebih bersyukur.

Dengan kehadiran Mas Fathir, aku berhasil keluar dari jeratan dunia hitam yang memabukkan. Walaupun dengan cara yang salah.

Aku juga mulai suka dengan kelembutan Mas Fathir, tapi aku sangat mencintai Mas Frans.

Aku jadi bimbang.

Ya Tuhan, apa salahku? 

Sebesar inikah dosaku? Hingga membuatku kelimpungan dikelilingi dua lelaki idaman seperti ini.

Ah rupanya terlalu pede juga aku ini..

Akankah Mas Fathir kecewa? Jika mengetahui yang sebenarnya?

Akankah Mas Fathir mencampakkanku setelah tau aku tak sesuci yang ia kira?

Dan apakah Mas Fathir akan meninggalkanku setelah tau hancur leburnya masa laluku?

Tak hanya dengan Mas Frans, namun dengan puluhan lelaki yang mungkin saja dikenalnya, mengingat banyak sekali lelaki yang berkencan denganku.

Bukankah dunia hanya selebar daun kelor?

Mataku berkaca-kaca, teringat kelamnya masa itu.

Ah sudahlah, sudah terjadi. Untuk apa aku menyesali? Toh aku menikmati semua hasilnya selama ini.

Hidup dengan mewah, membeli apapun tinggal tunjuk tanpa melihat harga, ponsel keluaran terbaru selalu di genggamanku, perawatan di salon tiap waktu, dan saldo di rekeningku yang semakin bertambah membuatku bahagia menikmati hidup ini.

Hidup cuma sekali bukan?

Jadi yaaaa, 

Nikmati saja.

Okee, aku akan bermain-main dengan keduanya, asal aku senang. Tak ada satu orangpun yang boleh menghalangi kesenanganku. 

Aku harus bermain secantik mungkin, agar Mas Fathir tak curiga, dan akupun bisa leluasa memadu kasih sepuasnya dengan Mas Frans.

Jangan panggil aku Luna, kalau tak bisa menaklukkan semua lelaki.

Bukan Luna namanya jika tak jago membuat semua lelaki bertekuk lutut, apalagi urusan ranjang. Akulah juaranya.

Karna lelaki memang makhluk visual, otaknya pun tak akan jauh seputar selangkangan, itulah kelemahan lelaki pada umumnya, dan aku sudah khatam jurusnya.

Bukannya sombong, memang seperti itulah kenyataannya.

Aku selalu menjadi primadona di berbagai Club yang sering aku kunjungi.

Jadi , hal seperti ini bukan masalah yang besar kan?

Tunggu Luna beraksi .....

*****       **      *****

Akan ada banyak plot twist menanti kalian

Yuk kita kupas satu-satu

Pantengin shay ......

****

 

Terimakasih banyak yang sudah merelakan koin untuk membaca cerita recehku ini, semoga Allah SWT melancarkan rejeki kalian semua & memudahkan segala urusannya. Semoga Allah SWT menggantinya dengan rejeki yang berlipat-lipat. Aamiin yarobbal aalaamiin.

 

 

Buat para pembaca , tinggalin jejak donggg , jangan lupa di subscribes yaaa karena gratis. Biar ada notif kalo update bab baru.

 

 

 

 

Jangan lupa baca cerita2 ku lainnya ya, kasih bintang lima nya. Dan ditunggu krisan nya. Biar aku makin semangat gitu ngarang ceritanya. Hehehe

 

 

Salam senja manise dari mamak othor ini😘😘😘😘😘

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status