Share

Keterlaluan

Back Pov Ningsih

Aku sudah bersiap memasukkan barang-barangku ke mobil, hendak pulang.

Alea asyik dengan dot susunya, selepas maghrib aku akan pulang. Sekitar tiga puluh menit lagi.

Chintya beserta suami dan anaknya sudah pulang se-jam yang lalu.

Aku asyik menonton televisi, Mas Rival berkutat dengan ponselnya. Mungkin saja urusan pekerjaan.

Bapak dan Ibu sedang menghadiri undangan hajatan di tetangga.

Terdengar suara deru mobil masuk ke garasi. Fathir dan Luna sudah pulang.

Tanpa salam Luna nyelonong masuk ke kamarnya, menganggapku tidak ada.

Fathir masuk dengan membawa berbagai kantong belanjaan dengan brand ternama, terlihat sedikit susah melewati pintu kamar.

"Wiidih, penganten baru habis buka angpo langsung borong nih ye" Fathir hanya melemparkan senyuman sekilah ke arahku, lalu masuk menuju kamar mengekori Luna.

Suara pintu kamar ditutup dari dalam dengan sangat keras, Luna memang gak punya etika.

Tak berselang lama, terdengar suara pintu dibuka.

Luna keluar kamar hanya menggunakan handuk. Tubuhnya yang seksi, putih dan mulus itu hanya tertutupi handuk mini.

Ter ekspos dengan jelas, punggung, pundak paha kebawah. Seakan sudah hilang urat malunya, Luna lewat di depanku dan Mas Rival dengan langkah yang pelan. Terkesan dibuat-buat.

Mas Rival menatap Luna tanpa berkedip.

Aku sungguh muak dengan ipar yang satu ini.

Tak mungkin aku menegurnya, aku takut membuat kekacauan dan menambah pikiran Bapak&Ibu.

Akhirnya aku memilih mendiamkannya, seolah-olah tidak peduli.

Mas Rival menatap Luna hingga ia hilang ke lorong menuju kamar mandi.

Kutatap dalam,  Mas Rival menelan ludah.

Awas kau Mas ! Bener-bener!

Aku menghentak kakiku kesal, sedikit nyeri kurasakan di dalam dada.

******       ******      ******

Sebulan pasca kejadian di rumah Ibu, kami semua hidup berkutat dengan aktifitas masing-masing.

Luna dan Fathir tetap tinggal dirumah Ibu, rumah barunya masih setengah jadi.

"Mas, nanti siang aku mau ke salon ya. Rambutku sudah waktunya perawatan dan potong, jangan lupa di transfer ya."

"Iyaa nanti aku transfer" Mas Rival melahap nasi goreng buatanku.

Alea juga sibuk dengan nugget dinonya.

Setelas Mas Rival berangkat, aku segera merapikan meja makan, mencuci piring dan menyapu.

Kupastikan rumah bersih dan rapi, baru aku menuju salon langgananku.

Hendak mengeluarkan matic kesayanganku, Luna muncul dari taxi online sambil menenteng paper bag.

"Loh mau kemana Mba? Baru juga disamperin udah mau kabur aja" sewotnya.

"Aku ada urusan sebentar, tumben kesini. Ada apa?" Jujur saja aku malas berbasa basi dengannya.

"Aku lagi coba bikin kue, banyak banget nih. Mau berbagi aja sih,sama sekalian main. Ga boleh?" gayanya yang angkuh selalu terlihat menyebalkan.

Aku celingukan, seakan tau kebingunganku. Luna bergegas menjelaskan.

"Aku sendirian, Mas Fathir dines pagi. Aku sudah pamit sama Bapak Ibu kok. Lagian bosen dirumah terus."

"Ayo Mama, katanya mau potong rambutnya " Alea menengahi obrolan kami.

"Iya Sayang, yuk naik!." 

"Udah dulu ya Lun, aku mau ke salon, kamu kalo mau main masuk aja." 

"Yah, aku ikut ya Mba. Aku kan juga mau ke salon Mba, sekalian ganti warna." Cengirnya.

Ahhh aku sudah males berdebat, akhirnya kuputuskan membonceng Luna menuju salon.

"Loh, kok pake motor sih Mba? Mobilan aja ya? Atau kita pesen taxi online aja aku yang bayar deh. Aku udah lama ga naik motor Mba, takut mabuk."

Aku mengiyakan ajakan Luna. Mana ada naik motor mabuk? Dasar sok jadi cewe.

Aku juga males kalo harus nyetirin dia mobil, akhirnya kita naik taxi online.

Setelah sampai salon, aku memilih creambath dan spa yang memakan waktu hampir empat jam, dan Luna memilih mengganti cat rambutnya serta nail art .

Luna selesai terlebih dahulu dan menunggu di lantai bawah , aku yang sedang sauna di lantai atas bersantai menikmati terapi sambil memainkan hp .

Ada chat wa masuk dari Luna.

"Mba aku balik duluan ya, mau nyiapin makan buat Mas Fathir. Mas Fathir otw pulang katanya".

"Oke,tiati." 

Aku menghela napas lega, akhirnya dia pergi juga. Ahh Luna ternyata punya sisi baik juga sebagai seorang istri, baguslah.

Setelah selesai, tubuhku rasanya fresh dan ringan sekali. Benar-benar menenangkan .

Segera aku menuju kasir untuk membayar.

"Atas nama Ibu Ningsih ya? Saya rinci untuk satu paket spa plus ratus, potong plus creambath, colouring serta nail art. Total semuanya sembilan ratus lima puluh ribu rupiah Bu, ini rincianny. Silahkan di cek terlebih dahulu."

Mba kasir menyodorkan nota rincian yang harus aku bayar.

Benar-benar gila. Baru saja tadi aku memujinya. Kutarik kembali pujianku. Rupanya ada maunya, sial.

Untuk tagihanku sendiri hanya empat ratus tujuh puluh lima ribu, sisanya milik Luna.

Awas saja.

Mas Rival hanya memberiku enam ratus ribu rupiah untuk nyalon, itu artinya aku harus nombok tiga ratus lima puluh ribu dari tabunganku sendiri untuk ipar ajaib itu.

Dengan sangat terpaksa aku membayarnya, tapi nanti akan kubikin perhitungan.

Enak saja mau membodohiku.

"Gimana Bu? Sudah bisa dilakukan pembayarannya?."

"Oh iya Mba ini pake debit ya Mba."

Setelah memesan taxi online, aku dan Alea bergegas pulang. Tanpa makan terlebih dahulu, biasanya kami mampir untuk makan di Restaurant sebelah salon. Tapi tidak untuk saat ini. Uangku sudah menipis karna ulah Luna.

"Heh, apa maksutmu nyalon ga bayar main pergi aja alesan mau masak?"

Kuketik pesan di hp untuk Luna.

Tak lama ia membalas.

"Ya ampun Mba, perhitungan banget, sekali-sekali nraktir ipar lah."

"Kamu gaada bilang minta traktir dari awal. Kamu mau nodong aku? Balikin ! Tagihanmu 425rb, udah sini tranfer 400rb aja. Cepetan!."

"Ihh yaudah. Nih aku bilang. Mba Ningsih yang baik hati dan cantik, traktir aku nyalon ya Mba? Iya dong? Udah kan? Jangan pelit-pelit Mba! Lagian aku tadi juga udah bayarin taxi online Mba."

Tak kubalas lagi pesan dari Luna, membuatku pusing saja.

Baru saja pikiranku fresh, sekarang harus kusut lagi hanya gara-gara Luna.

Baiklah, kali ini kamu lolos, Lun .

Aku ikhlas, tapi  untuk pertama dan terakhir saja.

Sebenernya aku juga mau-mau saja jika dia meminta dan mau sedikit sopan saja padaku.

Sudahlah, membahas kelakuan Luna tak kunjung habis.

Mending aku tidur aja sampai rumah.

*****         *****        *****

Terimakasih banyak yang sudah merelakan koin untuk membaca cerita recehku ini, semoga Allah SWT melancarkan rejeki kalian semua & memudahkan segala urusannya. Semoga Allah SWT menggantinya dengan rejeki yang berlipat-lipat. Aamiin yarobbal aalaamiin.

 

 

Buat para pembaca , tinggalin jejak donggg , jangan lupa di subscribes yaaa karena gratis. Biar ada notif kalo update bab baru.

 

 

 

 

Jangan lupa baca cerita2 ku lainnya ya, kasih bintang lima nya. Dan ditunggu krisan nya. Biar aku makin semangat gitu ngarang ceritanya. Hehehe

 

 

Salam senja manise dari mamak othor ini😘😘😘😘😘

 

 

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status