Share

BAB 6. MONA

Author: Ratna Yulia
last update Last Updated: 2023-09-07 21:08:05

"Udah-udah, biarin aja dia pergi ngerusak moments saja. Lebih baik sekarang kita makan diluar," ajak Alkana, Mona hanya menganggukan kepala sambil tersenyum dengan tangannya bergelayut manja dilengan Alka.

"Ayo kita berangkat sekarang,"

"Mau kemana kalian?" Tanya Oma yang baru saja keluar dari kamar bersama Arum.

Mona berdecih kesal mendengar pertanyaan Oma.

"Mau pergi keluar sebentar Oma" jawab Alkana sambil tersenyum ramah.

"Semenjak kamu kenal sama wanita ini, waktumu habis hanya untuk mengurusi dia." Sindir Oma pada cucu semata wayangnya.

"Apa maksud Oma?" Tanya Mona dengan suara memelas, Arum yang melihatnya menaikan bahu tak suka.

"Oma, Alkana cinta sama Mona," Alkana berusaha membela diri.

"Kamu memang cinta sama dia, tapi wanita itu cuma cinta sama hartamu!" Sentak Oma.

Arum hanya terdiam mendengar perselisihan yang terjadi di antara mereka.

"Oma!" Sentak Alkana. Oma hanya memalingkan wajahnya.

"Ayo Arum, antar aku ke dapur," pinta Oma. Arum hanya mampu menurutinya.

*

Lampu rumah sudah mulai samar, semua pelayan nampak sedang beristirahat. Arum dapat melihat hanya ada dua orang pelayan yang menginap dirumah ini. Hanya dirinya dan satu asisten pribadi nyonya Lidia yang selalu mengikuti kemanapun nyonya Lidia pergi.

Dan ada lima satpam yang berjaga diluar, maklum saja rumah ini besar dan pasti akan menjadi sasaran empuk para penjahat diluaran sana.

Kamera pengawas juga ada disetiap sudut rumah ini, untung saja kamar Arum bebas dari kamera pengawas itu.

"Kamu pergilah istirahat, sudah malam." Ucap Oma.

"Baik Oma, selamat malam." Pamit Arum, Oma hanya menganggukan kepala.

Arum mendudukan badanya diatas ranjang miliknya, ternyata tidak terlalu lelah menjaga Oma. Hanya menemaninya berjalan-jalan, menonton tv, dan membantu Oma mengerjakan hal yang lain.

"Sepi sekali, biasanya kalau dirumah jam segini masih ngobrol sama bapak dan ibu," Arum menatap langit-langit kamarnya, air matanya menetes dia merasakan rindu didalam hatinya. Ingin sekali menelfon kedua orang tuanya, tapi hari sudah larut. Rasanya akan tidak pantas, apalagi mengingat kedua orang tuanya tidak mempunyai ponsel dan harus pinjam ke tetangga.

Arum menarik nafas panjang, lalu mengeluarkannya pelan.

Dia mencoba untuk menutup matanya, walau rasa mengantuk belum bersarang penuh pada dirinya.

"Buka pintunya!"

Arum tersentak mendengar suara Alkana yang berteriak keras, Arum berusaha untuk tidak peduli dan menutupi telinganya dengan bantal.

"Buka! Apa kalian tidak punya telinga!" Alkana kembali berteriak, bahkan kali ini sambil menggedor pintu rumah.

Kamar Arum memang jaraknya tidak terlalu jauh dari pintu utama. Kamarnya terletak dilantai bawah, karena kamar Oma juga ada dilantai bawah. Sengaja mungkin agar memudahkan Oma beraktivitas setiap harinya.

"Brisik banget sih tu cowo!" Gerutu Arum, dia kembali menutup matanya.

"Bukaaa!" Teriak Alkana.

Arum mulai risih dan beranjak duduk dengan paksa.

"Lagian kemana sih para satpam? Pelayan yang lain juga pada kemana sih!" Geram Arum.

"Aduh lupa! Disini kan cuma ada aku sama asisten nyonya Lidia. Dia pasti ga denger karena tidur dilantai dua." Gumam Arum.

Dengan paksa dia harus membuka pintu untuk Alkana.

"Gak punya telinga yah kamu!" Sentak Alkana saat melihat Arum membuka pintu rumah.

Arum mendengus kesal, "Masih mending dibukain!" Ketus Arum.

"Minggir!" Alkana mendorong Arum, tapi baru saja masuk kedalam rumah tubuh pria itu limbung. Arum dengan sigap langsung membantunya berdiri.

Keadaan ini membuat wajah Arum dan Alkana saling berdekatan.

"Ganteng," gumam Arum lirih, tapi Alkana dapat mendengarnya.

Alkana langsung menoyor kepala Arum ke belakang, Arum menyesali ucapanya barusan.

"Ngapain Lo pegang-pengang!" Sentak Alkana, Arum menatap nyalang pria didepannya itu.

"Kalo ada orang lain disini, ga bakalan Sudi aku nolong kamu!" Ucap Arum kasar.

"Brisik Lo!" Alkana kembali berteriak, Arum langsung menutup hidungnya. Dia dapat merasakan aroma minuman keras dari Alkana.

"Kamu mabuk yah?" Tanya Arum menelisik. Ada perasaan lega saat tau Alkana mabuk, karna mungkin dia tidak akan menganggap serius pujian Arum tadi tentang dirinya.

"Bukan urusan Lo!" Sentak Alkana.

"Apa-apaan kalian!" Teriak nyonya Lidia sambil menuruni tangga, mungkin wanita ini mendengar suara gaduh dilantai bawah.

Arum yang terkejut langsung melepaskan tubuh Alkana, membuat pria itu terjatuh lumayan keras ke lantai.

"Aduhh, gila kamu yah!" Sentak Alkana.

"Arum! Cepat bantu Alka!" Perintah Lidia, Arum hanya menurutinya dan membantu Alkana berdiri.

"Kamu mabuk lagi, ha?" Tanya Lidia.

"Bukan urusan mamih," jawab Alkana lirih sambil tersenyum sinis.

"Ini semua karena didikan ayahmu yang kurang ajar itu!" Teriak Lidia.

Alkana hanya tersenyum sinis.

"Arum, bawa Alkana ke lantai atas. Bawa dia ke kamarnya, dan ingat! Jangan sampai Oma tau hal ini," ucap Nyonya Lidia penuh penekanan.

Arum menganggukan kepalanya, Lidia jalan didepan Arum. Arum mengikuti dibelakangnya sambil mamapah tubuh Alkana yang lebih besar dari dirinya.

"Berat banget," keluh Arum lirih, dia terus memapah Alkana sambil menaiki tangga.

Arum sesekali melihat ke atas, menghitung berapa anak tangga lagi yang harus dia pijak.

"Tidurkan dia disana," perintah Lidia.

Setelah menidurkan Alkana, Arum pamit kepada Lidia.

"Keluarga ini benar-benar aneh!" Kesal Arum, dia sesekali memijat tangannya yang mulai terasa sakit karna membantu Alkana tadi.

"Arum kangen banget sama Bapak sama ibu," gumam Arum sambil memejamkan matanya saat sampai didalam kamar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 25.

    Lidia tidak sabar menunggu para bodyguard yang berjaga itu membuka pintu, dengan cekatan wanita itu langsung mendorong para bodyguard dan langsung membuka pintu dengan keras.Lidia dan Alkana dapat melihat pemandangan didalam kamar, dimana semua orang termasuk Mona dan ibunya tengah bersiap."Hentikan semua persiapan ini!" Sentak Lidia. Alkana yang berada tepat disamping ibu kandungnya langsung terperangah kaget."Apa-apaan ini mamih? Bagaimana semua harus dihentikan! Mona dan keluarganya sedang bersiap untuk acara nanti!" Sentak Alkana.Mona dan sang ibu langsung menghampiri Lidia. Mereka berdua dan semua keluarga yang ada dikamar ini dapat melihat dengan jelas kemarahan yang ada di raut wajah cantik Lidia.Lidia tak menghiraukan ucapan anaknya, dia berjalan cepat kemudian langsung menutup pintu dengan keras. Karena tidak ingin permasalahan ini diliput oleh media.Tapi saat akan menutup pintu, Lidia langsung terhenti karena melihat Lita datang bersama Danial."Munafik!" Sungut Lidia

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 24.

    Danial masih terdiam ditempat, sebelum sedetik kemudian keringat dingin keluar dari kening membasahi seluruh wajah tampan dan tegasnya.Danial melihat seorang wanita, wanita yang beberapa tahun silam sudah membuat hatinya luluh. Dan membuat rumah tangganya hancur.Danial dengan tergesa langsung menghampiri wanita itu, wanita yang memakai gaun panjang berwarna toska dengan riasan rambut dan dandanan yang tampak indah memoles wajahnya."Tunggu? Ada perlu apa kamu disini?" Tanya Danial, batunya kembali dipenuhi rasa penyesalan. Rasa ketertarikan ya pada wanita ini, hari ini bahkan dari beberapa tahun yang lalu sejak rumah tangganya hancur sudah berhasil membuat perasaan Danial berubah menjadi benci."Da-danial? Kamu?" Wanita itu juga tampak terkejut melihat Danial hadir diacara ini."Apa yang kamu lakukan disini, Lita?" Tanya Danial pada wanita. "A-aku? Anak dari kakaku bertunangan malam ini Danial!" Jawab Lita gugup.Lita memang masih muda untuk menjadi Pelakor rumah tangga Danial dan

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 23.

    "Sudah siap semua?" Tanya Alkana pada semua orang yang sedang berkumpul diruang tamu. Termasuk para pelayan, sedangkan para bodyguard sudah lebih dulu berada di gedung untuk mengamankan kondisi disana. Dan untuk memastikan jika Danial tidak membuat keributan."Sudah tuan, tinggal menunggu nyonya Lidia." Jawab Bi Tuti. Wanita itu jelas ikut dan ditugaskan untuk memantau perjamuan makanan yang ada disana nanti.Tak selang lama, Lidia turun dari tangga dibantu asistenya dibelakang. Asistenya tampak membawakan tas mewah milik Lidia.Arum berdecak kagum melihat Lidia, kecantikannya sungguh terpancar malam ini, gaun warna merah maroon dengan motif bunga sangat indah melekat dibadan ramping milik Lidia.Bahkan kalau dilihat-lihat, Lidia lebih cocok menjadi kakak Alkana dibandingkan ibu kandungnya.Walaupun usianya sudah menginjak kepala empat, tapi Lidia masih tetap terlihat cantik dan menawan. Tapi ntah kenapa, wanita itu tidak menikah lagi setelah pernikahannya gagal dengan Danial."Ayo Al

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 22.

    "Baik Oma, terima kasih" ujar Lidia sambil tersenyum menatap ibunya."Bagaimana, betah disini?" Tanya Bi Tuti pada Arum yang tengah asik menikmati sarapan paginya.Arum langsung terkejut dan menelan makanan yang ada didalam mulutnya, dia tersenyum setengah dipaksakan."Em, ya betah sih Bi. Kan ada tujuanya juga," jawab Arum.Bi Tuti yang belum tau asal usul Arum kesini langsung terlihat bertanya-tanya."Tujuan apa? Mau jadi mantu nyonya Lidia?" Tebak bi Tuti sedikit becanda. Tapi berhasil membuat Arum tersedak minumanya."Uhuk-uhuk, aduh bi! Bukan itu maksud Arum," sergah Arum tak terima.Mana mungkin juga tuan Alkana mau menjadi pendamping hidupnya, dan kalaupun itu terjadi. Mungkin hanya akan terjadi didalam mimpi Arum saja, tidak akan pernah terwujud didunia nyata."Ya terus apa dong? Hahaha," Bi Tuti memang memiliki selera humor yang lumayan tinggi, selama ini Arum belum pernah diajak bicara serius oleh wanita itu."Arum kesini buat ngelunasin hutang orang tua Arum, orang tua Aru

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 21

    Arum memilih tidur lebih cepat, untuk mengumpulkan stamina yang akan dia gunakan besok hari.••Dan benar saja, saat masih pagi semua orang sudah tampak sibuk menyiapkan perlengkapan. Bahkan beberapa bodyguard nyonya Lidia diperintahkan untuk berjaga di gedung yang akan dipakai nanti malam."Bagaimana dengan Danial?" Tanya Lidia pada Alkana.Alkana langsung mendekat ke ibunya, dan ikut duduk dimeja makan."Aku sudah menemuinya, dan mengizinkannya untuk datang. Dengan syarat dia tidak akan menganggu kehidupan keluarga kita lagi setelah ini," jawab Alkana.Lidia tampak menganggukan kepala setuju, sambil mengoleskan selai kacang ke roti tawar yang sedang dia pegang, untuk sarapan pagi."Tapi Alka belum bicara sama oma, rasanya berat. Dan takut, Alka takut jika Oma sampai drop kembali," ujar Alkana pada ibunya. Ada gurat khawatir yang terselubung dibalik wajah tampan milik Alkana."Biar nanti mamih yang bicara sama Oma, apapun yang terjadi lebih baik bicara sekarang. Jangan sampai Oma mel

  • ISTERIKU JAMINAN HUTANG    BAB 20.

    "Aku harap, Alkana dan Mona akan hidup bahagia. Jangan seperti diriku," ujar Lidia pada Oma.'kita doakan saja, Alkana" sambung Oma.Lidia menatap Arum sejenak, "Arum, kamu punya bagu bagus apa tidak? Ya setidaknya bisa dipakai untuk acara besok." Tanya Lidia pada Arum.Arum menundukan kepalanya, jelas saja gadis itu sama sekali tidak punya baju bagus. Baju bagus menurut Arum hanya sekedar kemeja dan dipadukan dengan jelana jeans, itupun murah."Ti-tidak nyonya, saya tidak punya." Jawab Arum."Baiklah, biar nanti aku cari baju lamaku yang masih bagus dan belum pernah aku pakai," jawab Lidia datar.Arum sudah paham, yang namanya orang kaya apalagi seperti Lidia. Pasti sangat hobi membeli baju-baju baru, dan tak jarang hanya hobi membeli saja padahal tidak pernah dipakai."Terima kasih nyonya," ujar Arum.Lidia langsung menyuruh asistenya untuk memilihkan beberapa baju yang sudah tidak dia pakai tapi masih baru. Arum juga ikut diminta memilih bersama asisten nyonya Lidia itu."Yang ini

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status