Share

BAB 5. BERTEMU LAGI

Arum membawa Oma jalan-jalan ditaman depan rumah nyonya Lidia.

"Rumahnya besar yah Oma?" Arum mencoba memecah keheningan diantara dirinya dan Oma.

"Besar dan indah, tapi tidak dengan kehidupan didalamnya," ujar Oma lirih, tapi Arum masih bisa mendengar ucapan Oma.

Gadis itu terpaku menatap Oma, ada gurat sedih tampak jelas disudut wajah tuanya.

"Oma mau makan buah?" Tanya Arum, Oma menggelengkan kepala.

"Sepertinya kamu orang baik," Oma memuji Arum, padahal baru pertama kali dirinya mengenal gadis ini. Tapi dilihat dari sifat dan tingkah laku sudah bisa ditebak kalau Arum adalah gadis baik-baik.

Arum hanya tersenyum mendengar ucapan Oma.

"Aku ingi masuk ke dalam," titah Oma, Arum menurutinya.

Saat sudah berada didepan pintu, Arum melihat ada wanita seusianya sedang duduk memainkan ponsel mahal di sofa ruang tamu.

"Mau apa lagi dia kesini," ketus Oma, Arum ingin sekali bertanya pada Oma tapi urung karena mungkin akan tidak sopan jika dirinya yang bukan siapa-siapa ingin tau dengan kehidupan didalam rumah mewah ini.

"Ayo cepat, antarkan aku ke dalam kamar," Desak Oma, Arum mempercepat mendorong kursi roda Oma.

Baru beberapa langkah memasuki rumah, Wanita yang tadi duduk disofa itu berdiri dan menatap Arum.

"Eh kamu, ayo cepat ambilkan aku segelas jus jeruk!" Teriaknya tidak sopan.

"Maaf tapi saya sedang mengurus Oma," tolak Arum.

"Saya ini tamu! Jadi cepat ambilkan saya jus!" Sentak wanita itu lagi.

"Kamu tidak berhak menyuruh asisten saya Mona!" Jawab Oma tegas.

"Ternyata wanita angkuh itu namanya Mona, nama doang yang cantik kelakuan buruk," gerutu Arum dalam hati.

"Mona itu tamu Disini Oma!" Teriak Mona kembali.

"Kamu bisa menyuruh pelayan yang lain! Ayo Arum biarkan saja dia, cepat antar aku ke kamar" perintah Oma, Arum langsung menganggukan kepala dan mengantar Oma ke kamar.

"Dasar tidak sopan kamu pelayan!" Murka Mona pada Arum, karena perintah darinya sudah diabaikan.

"Tutup pintunya, kalau perlu kunci sekalian!"

Arum bergegas melakukan perintah Oma, setelah itu dia membantu Oma turun dari kursi roda dan mendudukanya di ranjang.

"Ma-maaf Oma, kalau boleh tau wanita itu siapa?" Tanya Arum ragu, dia sudah tidak bisa membendung rasa ingin tahu dalam dirinya.

Oma menatap Arum sinis, "Perlu aku jawab?"

Arum hanya tersenyum kecut mendengar jawaban Oma.

"Dia pacar cucuku, tapi aku tidak setuju karena perilaku buruknya selama ini padaku. Tapi percuma saja, omonganku tidak pernah didengar oleh Lidia. Dia selalu saja mendukung cucuku berhubungan dengan wanita kurang ajar itu," Jawab Oma terus terang.

Sebenarnya Oma bukanlah tipe wanita yang banyak bicara, tapi ntah kenapa saat pertama kali bertemu Arum. Dia sudah merasa nyaman, dan mungkin Arum bisa dijadikan sebagai tempat untuk menampung ceritanya.

Arum hanya mengangguk takdzim mendengar jawaban Oma.

"Keluarlah, aku ingin tidur. Lebih baik kau makan saja dulu, Rum"

"Baik Oma, nanti kalau Oma butuh sesuatu. Oma bisa panggil Arum," Oma menganggukan kepalanya dan membiarkan Arum pergi.

"Sayang, Oma kamu kenapa sih ko kaya benci banget sama aku?" Baru saja keluar dari kamar Oma, suara Mona terdengar ditelinga Arum. Suara yang dibuat begitu mendayu, bahkan Arum bergidik ngeri mendengarnya.

"Ga papa, ga usah dimasukin hati. Kamu kan tau Oma gimana," jawab Pria didepan Mona.

Arum menyerit mendengar suara itu, suaranya tidak asing ditelinga Arum.

"Aku kangen sama kamu," ujar Mona manja tangannya bergelayut dilengan pria itu.

"Dih, dasar muka dua," gerutu Arum dalam hati. Wanita itu langsung menuju dapur untuk mengambil makan.

Untung saja ada jalan lain menuju dapur, sehingga dia tidak perlu berpapasan dengan Mona dan cucu Oma yang sedang di mabuk kasmaran itu.

"Eh pelayan baru yah?" Tanya wanita paruh baya seusia ibunya.

Arum yang sedang mengambil makan terkejut, seperti sedang mencuri lalu ketahuan saja.

"I-iya Bu, saya ditugaskan nyonya Lidia untuk mengurus Oma," jawab Arum canggung.

"Perkenalkan nama saya Tuti, panggil saja Bi Tuti. Tugas saya masak disini," jawab Bi Tuti ramah.

Arum menghela nafas sambil bersyukur dalam hati, ternyata didalam rumah ini masih ada orang yang ramah pada dirinya.

"Em, bi Tuti udah lama kerja disini?" Tanya Arum sambil mendudukan tubuhnya dikursi yang sudah disediakan oleh nyonya Lidia untuk para pelayan.

"Sudah enak tahunan," jawab Tuti. Arum tersentak kaget bahkan tersedak.

"Enam tahun? Dirumah ini, ko bisa kuat yah? Padahal nyonya Lidia galak banget," gumam Arum dalam hati.

"Hayo mikirin apa? Pasti bertanya-tanya kenapa saya betah disini. Iyakan?" Bi Tuti mencoba menebak pikiran Arum.

Arum hanya tersenyum canggung mendengar jawaban bi Tuti.

"Orang disini sebenarnya baik, tapi tegas. Cuma wanita itu tuh yang jahat," Bi Tuti berbisik pada Arum sambil menunjuk kearah Mona.

"Maksud bibi Mona?" Tanya Arum, bi Tuti menganggukan kepala.

"Jahat gimana bi?"

"Nanti lambat lain juga kamu tau, yaudah bibi tinggal yah. Tugas bibi sudah selesai. Sekarang waktunya bibi pulang," pamit Tuti pada Arum.

Arum pikir bi Tuti menginap juga dirumah besar ini, ternyata tidak. Mungkin karena tugasnya hanya memasak.

"Mba tolong ambilkan nus jeruk buat pacar saya," Arum tersentak saat mencuci piring bekas makanya.

"Ba-baik tuan,"jawab Arum, sedetik kemudian dia langsung terkejut saat menoleh kebelakang, karena mendapati pria ini adalah Alkana.

"Ya tuhan! Kenapa dunia ini sempit sekali sih!" Alkana mendesis kesal.

Arum hanya terdiam mengepalkan tangannya kuat.

"Kamu kerja disini?" Tanya Alka, Arum hanya terdiam masih kaget dengan kejadian ini.

"Hei punya telinga tidak!" Sentak Alka,

"I-iya, aku kerja disini. Menjadi asisten Oma," jujur Arum.

Pria itu mengangguk-anggukan kepalanya.

"Oke baiklah, cepat buatkan aku jus untuk Mona pacarku! Tidak pakai lama. Kalau lama aku pecat kamu!" Perintah Alkana penuh penegasan.

Arum dengan sigap langsung membuatkan jus jeruk itu.

"Permisi, ini jus nya tuan" ujar Arum sambil menyerahkan nampan berisi jus jeruk itu kepada Mona.

Mona langsung mengambilnya dan meminumnya.

"Alkana! Apa-apaan ini! Kenapa asam seperti ini," teriak Mona sambil berlari menuju wastafel memuntahkan jus yang ada dimulutnya.

Mendengar itu Alkana menatap Arum tajam,

"Kamu itu sebenarnya bisa kerja gak sih! Ngerjain apa-apa gak bisa!" Sentak Alkana,

"Pecat saja dia sayang," Sindir Mona.

"Jus jeruk memang asam kan? Lagi pula tadi tuan Alkana tidak berpesan kalau harus ditambah gula," jawab Arum dengan penuh percaya diri, Mona melongo mendengar jawaban Arum.

Karena baru kali ini, ada seorang pelayan yang berani membela diri di depan Alkana. Karena selama ini setiap pelayan hanya patuh, dan kalau berbuat salah pun mereka hanya bisa meminta maaf tanpa membela diri walau benar sekalipun.

"Berani banget kamu dasar pelayan!" Sentak Mona.

"Maaf sepertinya Oma memanggil saya, permisi!" Pamit Arum ketus, lalu meninggalkan Alkana dan pacarnya yang masih salam keadaan kesal.

"Awas saja kamu, akan aku adukan sama mamih!"

"Udah-udah biarin aja dia pergi, ngerusak moments saja. Lebih baik kita makan diluar," ajak Alkana. Mona hanya menganggukan kepala lalu bergelayut manja dilengan Alka.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status