Beranda / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 112. TIDAK ADA YANG GRATIS

Share

112. TIDAK ADA YANG GRATIS

Penulis: Purple Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-02 21:26:50

Dua hari kemudian. Pagi, 09:45.

​Bella berdiri di depan lift yang lantainya dilapisi marmer mengkilap di lobi Gedung Dirgantara Utama. Sejak ia masuk kerja sebagai office girl di lantai 8, ia hanya sekali menginjakkan kaki di lobi utama ini, dan itu pun karena ada acara internal. Lantai 30, ‘wilayah kekuasaan’ Ethan Dirgantara, terasa seperti planet lain baginya.

​Ia mengenakan setelan biru tua—pakaian khusus tim kebersihan perusahaan. Bella merasa konyol karena telah menghabiskan hampir satu jam merapikan rambutnya dan memastikan make-up-nya agar tidak terlalu mencolok.

​Pintu lift terbuka. Di dalamnya, seorang pria paruh baya mengenakan setelan mahal sedang berbicara serius di ponselnya. Bella masuk dan menekan tombol '30'.

​"Permisi," bisik pria itu, mengakhiri panggilannya dengan cepat. "Lantai tiga puluh, ya? Anda dari departemen mana?"

​"Saya... dari tim kebersihan, Pak.” Jawab Bella, sedikit gugup. “S-Saya ada urusan pekerjaan dengan Tuan Ethan," lanjutnya.

​Pria itu ters
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    124. THE GREAT GATSBY BOOK

    ​Bella berdiri mematung di ambang pintu. Jantungnya berdebar, bukan lagi karena rasa takut yang dingin, melainkan karena kebingungan yang hangat. 140204. Tanggal lahirnya. Apakah Ethan baru saja melakukan hal yang—sedikit cheesy? ​Menggelikan. Bella mendecak dalam hati. Dia pasti hanya kebetulan memilih kombinasi angka itu. Mungkin itu adalah tanggal penting lainnya di hidupnya, dan Ethan hanya salah mengingat tanggal ulang tahunnya.​Ia menarik napas, melangkah masuk, dan menutup pintu di belakangnya. Apartemen itu adalah cerminan sempurna dari Ethan: dingin, mewah, dan berjarak. Dinding-dindingnya adalah kaca dari lantai hingga langit-langit, menyuguhkan pemandangan spektakuler kota metropolitan yang kini mulai menyalakan lampu-lampunya, tampak seperti hamparan berlian di bawah kaki mereka. Dominasi warna abu-abu, hitam, dan navy pekat pada furniture minimalis memberikan kesan ketegasan, tidak ada satu pun objek yang terlihat "santai" atau "hangat."​Di seberang ruangan, di balik

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    123. DI BALIK TRAUMA

    ​Bella mengatur napasnya, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang masih memukul-mukul dadanya seperti palu. Kata-kata Ethan yang terakhir terngiang-ngiang di telinganya: "Kau adalah milikku." Kalimat itu dingin, tegas, dan entah mengapa terasa seperti rantai yang melilit pergelangan tangannya.​Ia segera berjalan ke mejanya, membuka laptop, dan mulai merencanakan jadwal perjalanan ke Moonvile dan Archenland. Dia harus memproses semua emosinya: amarah, frustrasi, dan ketakutan yang mendalam terhadap ibunya.​’Semua ini demi Mama. Enam bulan. Setelah itu, selesai,’ tekadnya.​Sore harinya, setelah makan siang formal yang dingin dan diwarnai instruksi-instruksi singkat dari Ethan, Bella menyelesaikan semua pengaturan untuk perjalanan mereka. Ia baru saja mencetak itinerary saat pintu kantor Ethan terbuka dan pria itu keluar, sudah mengenakan jaket cashmere abu-abu gelap, siap untuk pulang.​“Sudah selesai, Bel?” tanya Ethan, tidak menunggu jawaban.​“Sudah. Ini salinannya,” Bella men

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    122. KAU ADALAH KEKASIHKU

    ​Bella merasakan darahnya berdesir karena marah dan gugup. Senyum tipis dan licik di wajah Ethan seperti menyatakan bahwa pria itu memegang kendali penuh atas dirinya, seperti pion dalam permainan catur.​“Aku sudah bilang, aku tidak mau tahu urusanmu yang lain!” desis Bella, menatap mata tajam Ethan tanpa gentar. ​Ethan melangkah mendekat lagi, meniadakan jarak di antara mereka. Kehangatan tubuh Bella, yang ia rasakan melalui seragam OB-nya, dan aroma karbol samar yang masih tercium di balik parfum manisnya, memicu naluri kepemilikannya.​“Aku tahu kau tidak ingin tahu,” bisik Ethan, suaranya dalam dan pelan, hanya untuk didengar Bella. “Tapi aku ingin tahu. Apa pun yang membuat kekasihku harus menyelinap keluar saat jam kerja, mengganti seragam, dan kembali dengan napas terengah-engah, itu adalah urusanku.”​Bella memejamkan mata sesaat, frustasi. “Aku bukan kekasihmu, Ethan. Aku adalah orang yang kau bayar. Batasan kita jelas, dan itu tidak termasuk mencampuri urusan pribadiku.”​

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    121. ALL ABOUT KISSING

    ​Bella menyandar ke dinding lift yang dingin, mencoba menenangkan napasnya yang terengah-engah. Bau antiseptik dari Celestial Spring seolah masih melekat kuat di pakaiannya. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, berusaha menghapus sisa-sisa kepanikan bertemu Ethan. ​Tiga puluh menit. Waktu yang sangat tipis. ​Jika ia naik bus, ia akan terlambat. Tidak ada pilihan lain, ia harus naik taksi online. ​Saat ia keluar dari rumah sakit, Bella mengeluarkan ponselnya dan memesan taksi. Pandangannya menyapu jalanan yang macet di depannya, dadanya terasa sesak. Ia merasa seperti seorang penjahat yang sedang melarikan diri, padahal ia hanya seorang putri yang berjuang untuk ibunya. ​Taksi tiba lima menit kemudian. ​“Tolong ke Gedung Goc'ta Company di Distrik Pusat, secepat mungkin, Pak!” seru Bella kepada pengemudi. ​Sepanjang perjalanan, Bella tidak bisa mengalihkan pandangan dari jam digital di ponselnya. Pukul 10:25. Pukul 10:30. Pukul 10:40. Kemacetan seolah berkon

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    120. POSSESIVE CEO

    ​Bella menyambut para anggota dewan dengan senyum profesional dan formalitas yang sempurna. Ia mengarahkan mereka ke ruang VVIP, memastikan semua orang mendapatkan air mineral dan padfolio yang tepat. Dalam perannya, ia bergerak dengan efisien, kontras dengan gejolak batinnya yang baru saja ditimbulkan oleh Ethan.“Jika semua sudah beres, kau boleh pergi.” Ucap Alexa seakan memberikan peringatan untuknya.“Baik, Bu.” Bella mengangguk hormat."Violla," panggilan dari Alexa menghentikan langkahnya.Bella menoleh, "Iya, Bu? Apa ada yang perlu saya kerjakan lagi?""Tidak. Terima kasih..." ucapnya dengan wajah datar.Bella mengulas senyumnya, "Sudah menjadi tugas saya, Bu Alexa."​Setelah pintu ruang rapat tertutup, Bella tahu ia punya waktu luang sekitar dua jam, waktu yang sangat berharga. Ia meraih ponselnya, mencari jadwal bus tercepat menuju tempat yang harus ia kunjungi.​Ia bergegas ke ruang loker kecil di belakang pantry Eksekutif. Dengan gerakan cepat, ia melepaskan seragamnya dan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    119. PART TIME JOB

    ​Bella memasukkan ponselnya kembali ke saku seragamnya, berusaha mengabaikan sensasi geliat aneh di perutnya akibat balasan Ethan.​“Nona Bella, ini kopi Anda,” kata petugas keamanan itu, kembali dari Coffee Corner lobi dengan Americano spesial di tangan.​Bella mengambilnya. Aroma biji kopi segar langsung menyeruak. “Terima kasih banyak. Anda bisa letakkan troli di sudut dekat meja breakout di luar ruang VVIP. Saya akan urus sisanya.”​“Siap, Nona,” jawab petugas itu, lalu pergi.​Bella melangkah ke ruang VVIP, yang sunyi dan kosong, hanya diterangi oleh cahaya pagi yang lembut dari jendela kaca. Ruangan itu megah, dengan meja kayu mahoni yang panjang dan kursi-kursi kulit mewah. Di atas meja sudah tersedia air mineral dan padfolio untuk setiap peserta rapat.​Tugas pertama adalah memastikan cangkir kristal dari laci ketiga pantry Executive sudah tersedia. Ia mengambil cangkir yang dimaksud—tipis, ramping, dan jelas sangat mahal. Bella menuangkan kopi ke dalamnya​, terlihat sempurna

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status