Home / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 95. MASIH SOAL KEJUTAN

Share

95. MASIH SOAL KEJUTAN

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2025-11-20 13:57:08

Hari-hari berikutnya di kediaman keluarga Kay dipenuhi dengan bunyi deru mesin, tawa, dan aroma oli. Janji Kay pada Sovia ditepati. Tiga kali seminggu, subuh-subuh, trek off-road pribadi itu menjadi arena latihan. Kay mengendarai ATV-nya yang merah, sementara Sovia mengekor di belakang dengan unit birunya.

​Kay mengajarinya semua yang ia tahu. Tidak hanya tentang teknik mengontrol gas di medan berpasir, tetapi juga tentang cara membaca trek, memprediksi pergerakan lawan.

“Bilang aja kalau hadiahnya pengen banget ditemenin Papa setiap harinya,”

“Habisnya… Papa selalu sibuk. Kalau kita nggak liburan ke sini, mana mungkin Papa—”

“Iya, iya… Papa minta maaf, deh. Setelah ini, Papa akan meluangkan waktu lebih banyak buat kalian.”

“Janji ya, Pa!” Sovia terlihat sangat senang.

Kay mengangguk kecil, “Tentu saja. Apa sih yang nggak buat putri Papa yang cantik ini,” Kay menyentil ujung hidung Sovia, lalu terdengar tawa dari keduanya.

​Sovia menyerap semuanya seperti spons. Kecepatan belajarnya
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    127. MANIPULASI WAKTU

    Tawa kecil Bella menghilang, digantikan oleh tatapan dingin yang dipenuhi keraguan.​"Jangan bersembunyi di balik senyummu, Ethan," katanya, suaranya pelan tapi tegas. "Tentu saja menurutku seperti itu. Aku bukan anak SMA yang dulu lagi. Aku tahu bagaimana dunia bekerja, dan aku tahu bagaimana pria sepertimu memandang wanita sepertiku.”​Ethan memejamkan mata sesaat, ekspresi di wajahnya berubah dari terkejut menjadi terluka, dan kemudian... terkendali. Ia melepaskan tangan Bella.​"Kamu menganggap semua yang aku lakukan ini hanya untuk..." Ethan terdiam, mencari kata yang tepat, "Untuk bisa menjadikanmu wanita simpanaku?"​Bella menyilangkan tangan di dada. "Atau lebih buruk dari itu, untuk pelipur lara, atau koleksi mainan kamu. Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang aku tahu, kamu adalah seorang CEO yang sibuk, Ethan. Menawarkan pekerjaan yang aneh ini, melibatkan diri ke dalam drama keluargaku, membawaku ke apartemenmu, ciuman-ciuman itu... itu bukan 'profesional pekerjaan'. Itu adala

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    126. MINTANYA YANG GRATISAN

    Bella meremas pembatas buku di tangannya, merasakan jantungnya berdetak seperti genderang perang di dada. Ciuman singkat kedua hari ini—lebih seperti kecupan, cepat dan meyakinkan—membawa kehangatan ke seluruh tubuhnya, meruntuhkan sisa-sisa tembok yang coba ia bangun.​Ethan menarik diri, tatapan matanya begitu biru sejernih jelaga. Ia menangkup wajah Bella dengan kedua telapak tangannya yang besar.​"Agar kamu berhenti bertanya dan mulai mendengarkan aku," jelasnya, suaranya mengandung tawa kecil. "Aku tidak akan menciummu lagi sampai kamu mengizinkan, Violla. Tapi aku tidak bisa menahan diri untuk melihat matamu membesar seperti ini."​Bella menelan ludah. "Jangan panggil aku Violla," bisiknya, mencoba kembali ke zona aman.​"Baiklah, Bella," kata Ethan, senyumnya menghilang, berganti menjadi ekspresi serius. "Tapi kamu harus janji satu hal padaku. Tidak memotong penjelasanku, dan tidak ada interupsi sampai aku selesai."​Bella mengangguk, napasnya masih terasa berat.​Ethan melepa

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    125. BINTANG MALAMKU

    ​Wajah Bella memanas. Jarak yang tiba-tiba sirna itu membuat indranya dipenuhi aroma kopi, eau de parfum mahal, dan sesuatu yang—entah bagaimana—sangat akrab dari diri Ethan. Tubuhnya secara naluriah mundur selangkah, namun terhenti oleh dinding yang keras di belakangnya.​“Ethan, jangan mulai,” Bella berbisik, suaranya terdengar lebih seperti erangan. Situasi ini sama sekali tidak ada dalam “Kontrak Kerja” yang mereka setujui.​Ethan tersenyum tipis, senyum yang biasanya hanya ia tunjukkan saat berhasil memenangkan negosiasi besar, kali ini ditujukan padanya. Itu adalah senyum yang berbahaya.​“Kenapa? Bukankah itu yang kau inginkan?” tanyanya, suaranya rendah dan serak, nadanya bergetar dengan ejekan yang terasa intim. “Kau mencari petunjuk, bukan? Kau mencari alasan kenapa aku menggunakan 140204 sebagai sandi apartemen, kenapa aku meletakkan buku The Great Gatsby di kamarmu, kenapa… aku mulai mencari tentangmu lagi?”​Jantung Bella berdentum kencang, menanggapi setiap kata yang diu

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    124. THE GREAT GATSBY BOOK

    ​Bella berdiri mematung di ambang pintu. Jantungnya berdebar, bukan lagi karena rasa takut yang dingin, melainkan karena kebingungan yang hangat. 140204. Tanggal lahirnya. Apakah Ethan baru saja melakukan hal yang—sedikit cheesy? ​Menggelikan. Bella mendecak dalam hati. Dia pasti hanya kebetulan memilih kombinasi angka itu. Mungkin itu adalah tanggal penting lainnya di hidupnya, dan Ethan hanya salah mengingat tanggal ulang tahunnya.​Ia menarik napas, melangkah masuk, dan menutup pintu di belakangnya. Apartemen itu adalah cerminan sempurna dari Ethan: dingin, mewah, dan berjarak. Dinding-dindingnya adalah kaca dari lantai hingga langit-langit, menyuguhkan pemandangan spektakuler kota metropolitan yang kini mulai menyalakan lampu-lampunya, tampak seperti hamparan berlian di bawah kaki mereka. Dominasi warna abu-abu, hitam, dan navy pekat pada furniture minimalis memberikan kesan ketegasan, tidak ada satu pun objek yang terlihat "santai" atau "hangat."​Di seberang ruangan, di balik

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    123. DI BALIK TRAUMA

    ​Bella mengatur napasnya, mencoba menenangkan debaran jantungnya yang masih memukul-mukul dadanya seperti palu. Kata-kata Ethan yang terakhir terngiang-ngiang di telinganya: "Kau adalah milikku." Kalimat itu dingin, tegas, dan entah mengapa terasa seperti rantai yang melilit pergelangan tangannya.​Ia segera berjalan ke mejanya, membuka laptop, dan mulai merencanakan jadwal perjalanan ke Moonvile dan Archenland. Dia harus memproses semua emosinya: amarah, frustrasi, dan ketakutan yang mendalam terhadap ibunya.​’Semua ini demi Mama. Enam bulan. Setelah itu, selesai,’ tekadnya.​Sore harinya, setelah makan siang formal yang dingin dan diwarnai instruksi-instruksi singkat dari Ethan, Bella menyelesaikan semua pengaturan untuk perjalanan mereka. Ia baru saja mencetak itinerary saat pintu kantor Ethan terbuka dan pria itu keluar, sudah mengenakan jaket cashmere abu-abu gelap, siap untuk pulang.​“Sudah selesai, Bel?” tanya Ethan, tidak menunggu jawaban.​“Sudah. Ini salinannya,” Bella men

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    122. KAU ADALAH KEKASIHKU

    ​Bella merasakan darahnya berdesir karena marah dan gugup. Senyum tipis dan licik di wajah Ethan seperti menyatakan bahwa pria itu memegang kendali penuh atas dirinya, seperti pion dalam permainan catur.​“Aku sudah bilang, aku tidak mau tahu urusanmu yang lain!” desis Bella, menatap mata tajam Ethan tanpa gentar. ​Ethan melangkah mendekat lagi, meniadakan jarak di antara mereka. Kehangatan tubuh Bella, yang ia rasakan melalui seragam OB-nya, dan aroma karbol samar yang masih tercium di balik parfum manisnya, memicu naluri kepemilikannya.​“Aku tahu kau tidak ingin tahu,” bisik Ethan, suaranya dalam dan pelan, hanya untuk didengar Bella. “Tapi aku ingin tahu. Apa pun yang membuat kekasihku harus menyelinap keluar saat jam kerja, mengganti seragam, dan kembali dengan napas terengah-engah, itu adalah urusanku.”​Bella memejamkan mata sesaat, frustasi. “Aku bukan kekasihmu, Ethan. Aku adalah orang yang kau bayar. Batasan kita jelas, dan itu tidak termasuk mencampuri urusan pribadiku.”​

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status