Share

Bab 7

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 06:44:54

Jordhy masuk ke dalam kamar dan sedikit terkejut ketika melihat Arumi hanya mengenakan piyama tidur. Istrinya tampak meringkuk di sofa dengan rambut hitam legamnya diikat asal.

“Ck, apa dia berusaha menggodaku? Kenapa berpakaian seperti itu di dalam kamar?” batin Jordhy sambil bergerak mendekat. Jantungnya berdegup ketika melihat kaki mulus Arumi yang kuning langsat. Juga bagian-bagian tertentu yang cukup menantang dalam posisi terlentang seperti itu.

Seperti terhipnotis, Jordhy mematung dan menatap sang istri yang sedang terlelap dalam temaram itu. Sepasang bulu mata lentik itu mengatup, hidung mancung Arumi tertutup oleh masker.

Lekas Jordhy menepis fantasi yang mulai berkeliaran. Sebagai seorang lelaki normal, Jordhy mengakui jika Arumi memiliki tubuh yang proporsional, tinggi dan semampai juga terlihat padat pada beberapa bagian. Hanya saja, semua kekaguman itu rusak ketika bayangan pertemuan pertama mereka melintas.

***

“Perkenalkan, ini Arumi, Putri kami.”

Wajah dengan pipi memiliki bulatan tompel hitam agak besar itu mendongak. Arumi tersenyum, manis. Hanya saja sayang, semua sudah rusak karena Jordhy menilai ketidak sempurnaan Arumi.

“Saya Arumi, salam kenal!”

Lalu, suara merdu itu menyapa. Sepasang netra bening dengan iris cokelat itu menatap Jordhy sekilas dan kedua orang tuanya. Jordhy hanya membuang napas pelan saat itu. Terasa sekali beban ketika pada akhirnya dia harus mengiyakkan sebuah perjodohan yang diinginkan sang papa.

“Papa dan Ayah Rumi kenal baik! Papa harap kalian bisa saling mengenal dan melanjutkan pada tahap yang serius. Gimana, Jordhy, apakah bersedia menikahi Arumi---putri sahabat Papa?”

“B—Bisa, Pa.”

***

Jordhy menggeleng pelan untuk menepis bayangan tak berkesan itu. Dia pun lekas menuju king size bed miliknya dan lekas menjatuhkan tubuh ke sana.

“Awas saja, besok akan kuperingatkan dia! Kenapa berani-beraninya berpakaian seperti itu di kamarku!” gerutu Jordhy sambil mencoba memejamkan mata.

Keesokan harinya, Arumi sudah bangun lebih awal. Ketika Jordhy terbangun, sang istri sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian seperti biasa. Gamis panjang, kerudung lebar dan juga cadarnya sudah dipakai.

“Hey! Gue mau ngomong!” Suara Jordhy membuat Arumi yang baru selesai shalat shubuh menoleh.

“Ya, Mas? Ada apa?” Tanya Arumi sambil menautkan alis menatap Jordhy.

“Kenapa semalem elo pake baju kayak gitu? Elo lupa, selama di depan gue, muka elo itu harus ditutup?” Tanya Jordhy.

“Loh, kan semalem wajahku ditutup juga, Mas! Aku ‘kan pakai masker!” Sepasang netra bening itu menatap bingung pada Jordhy.

“Tapi elo lepas kerudung dan pake baju gituan!” Jordhy tetap tak terima.

“Baju gituan gimana? Aku ‘kan pake piyama tidur. Dari kemarin aku tidur pake gamis, gak nyaman, Mas! Aku gak biasa.” Arumi bicara tenang dan datar.

“Ya, tapi kan elo setuju untuk menutup muka elo di depan gue.”

“Apa Mas Jordhy gak lihat, semalem, aku tidur pake masker. Mas ini, aneh!”

Arumi menjawab santai. Lalu dia mengambil ponselnya dan bersiap turun.

“Sudah, ah! Aku mau siapin sarapan!”

“Hmmm.”

Jordhy memberengut sambil masih duduk di tepi tempat tidur.

“Oh, iya! Siang nanti, aku izin untuk keluar, ya! Aku harus sudah mulai kerja soalnya!”

“Hmmmm.”

Lalu, Arumi pun turun dan meninggalkan Jordhy. Dia lekas menjatuhkan kembali tubuhnya di atas tempat tidur dan menatap langit-langit kamar.

“Enam bulan, ya, hanya enam bulan saja! Aku harus cari cara agar papa gak nuntut lagi punya cucu.” Pikiran Jordhy berseliweran tak menentu. Lalu dia pun bangun dan membersihkan diri.

Diliriknya, satu set pakaian kerjanya sudah disiapkan Arumi.

“Ck, kenapa dia pandai sekali memadu padankan warna, ya!” batin Jordhy tak terasa memuji perpaduan warna pilihan sang istri. Dasi,kemeja, jas dan celana yang ia kenakan membuatnya terlihat gagah dan elegan.

“Aku kira dia seleranya norak! Rupanya lumayan juga,” batin Jordhy sambil merapikan rambutnya.

Jordhy lekas turun. Hanya saja, pada titian tangga terakhir, dia dibuat terpegun ketika melihat Arumi tengah berbincang dengan Kevandra. Sepasang netra dengan bulu mata lentik itu tampak sedang menyipit, artinya Arumi sedang tertawa. Wajah sumringah Kevandra, terlihat berseri-seri. Dia tampaknya baru selesai berolah raga.

“Sarapan gue sudah siap, Rum?” Suara Jordhy membuat kedua orang itu menoleh.

“Oh, iya, Mas! Sudah, kok! Ayo!” tutur Arumi sambil mengangguk.

“Hay, Mas! Pagi!” Kevandra berbasa-basi.

“Habis olah raga, Kev! Masih betah saja di rumah! Kapan balik Paris lagi?” Tanya Jordhy sambil berlalu.

Karena Kevandra ditanya, akhirnya dia mengekori kakaknya ke ruang makan.

“Kayaknya gue mau stay di Indonesia dulu, Mas!”

Jordhy yang baru saja menarik kursi dan duduk, menatap wajah Kevandra yang mengambil kursi juga dan duduk di depannya.

“Serius? Lalu, cewek itu?” Jordhy yang tahu jika Kevandra tengah mencari seseorang di sana menyipitkan mata. Rasa penasaran tak dapat ia tahan, soalnya selama ini, Kevandra mati-matian menolak pulang.

Kevandra tersenyum manis sekali, lalu tanpa sadar, sudut matanya melirik ke arah Arumi yang tengah menyiapkan minum untuk sang suami.

“Perempuan itu … sepertinya sudah ada di Indonesia, Mas.” Kevandra menjawab pasti sambil mengetuk-ngetukkan jemari di atas meja makan.

“Oh, ya? Baguslah kalau dia sudah balik! Kapan elo kenalin dia ke papa? Sudah rusuh minta cucu!” Jordhy sedikit memiliki harapan terbebas dari permintaan Atmaja yang meminta cucu. Siapa tahu, kalau sudah ada cucu dari Kevandra, Atamaja tak akan menjadikan itu syarat mutlak untuknya.

“Ada bagus, ada enggaknya! Dia memang balik ke Indonesia tetapi sekarang sepertinya dia sudah menikah.” Kevandra menjawab sendu.

Seketika Jordhy tergelak sambil menggeleng kepala.

“Kisah cinta elo tragis bener, Kev! Dicari-cari bertahun-tahun, pas ketemu udah nikah! Lagian elo, kayak gak ada cewek lain aja!” kekeh Jordhy.

“Gak apa, Mas! Gue masih nunggu dia! Karena sepertinya, suami dia gak mencintainya! Semoga saja, mereka pisah!” Senyum Kevandra terurai manis ketika Arumi sudah datang dan meletakkan dua cangkir minuman.

“Cappucino less sugar!” tutur Arumi sambil meletakkan satu cangkir cappuccino panas di depannya.

“Kopi hitam tanpa gula!” Hanya saja, Jordhy terkejut ketika tiba-tiba Arumi kembali dan menyodorkan satu cangkir lain untuk Kevandra.

Jordhy menautkan alis ketika menatap Arumi tengah menyodorkan minuman untuk sang adik.

“Kenapa dia tahu minuman kesukaan Kevandra juga, ya?” batin Jordhy sambil menatap gelas yang Arumi sodorkan pada sang adik dengan tak suka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 63C - END

    “Ya Allah, Mas! Kenapa jadi kamu yang ribet kayak gini, sih? Lahirannya juga masih lama!” kekeh Arumi.Jordhy menoleh dan mendekat ke arah sang istri. Sebelum berbicara, satu kecupan dia daratkan pada kening Arumi. Tak peduli Bi Muti memalingkan muka karena malu.“Apapun akan kulakukan demi kebaikan anak kita. Anggap saja ini adalah penebusan kesalahan!” kekehnya sambil membelai rambut Arumi. Jika di dalam rumah, Arumi kerap mengenakan pakaian santai. Toh, Pak Kamin memang di larang berkeliaran di dalam.“Baiklah, terserah kamu, Mas! Ini buat kamu!” tutur Arumi sambil menyerahkan segelas cappuccino hangat untuk sang suami. “Ayo! Temani Mas minum!” bisik Jordhy sambil menarik lengan Arumi dan mengajaknya meninggalkan kamar bayi mereka.Sebelum menginjak bulan ke Sembilan, mereka berdua melaksanakan agenda baby moon yang sudah dirancang. Puncak Bogor yang Jordhy pilih dari sekian banyak destinasi wisata yang Rasya sodorkan. Udara sejuk dan pemandangan pegunungan yang indah menjadi daya

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 62B

    “Lisa,” jawab Jordhy singkat.Wajah Arumi menunjukkan sedikit keterkejutan, tetapi ia segera tersenyum tenang. “Bagaimana keadaannya sekarang?”Jordhy menceritakan secara singkat keadaan Lisa yang kini telah jatuh dalam keterpurukan. Arumi mendengarkan dengan seksama, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa cemburu atau marah. Sebaliknya, ia justru menepuk bahu suaminya dengan lembut.“Mas, kalau kamu merasa perlu membantunya, lakukan saja. Kadang, Tuhan memberi kita kesempatan untuk membantu orang lain agar kita bisa belajar dari masa lalu,” kata Arumi bijaksana.Jordhy menoleh dan menatap tak percaya pada apa yang Arumi katakana padanya, “Kamu serius berpikiran demikian, Dek?” Arumi tersenyum dan menyandarkan kepalanya di bahu Jordhy. “Semua orang pernah berbuat kesalahan, jika kesempatan kedua itu tak pernah ada, maka hari ini kita pun tak akan pernah bersama, Mas.”Jordhy termenung. Benar yang dikatakan Arumi. Namun, sisi logikanya masih bertahan. Tak semudah itu juga memberikan penga

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 62A

    Beberapa menit kemudian, ia tiba di sebuah pasar kecil. Di sana, matanya langsung tertuju pada gerobak kecil dengan tulisan “Rujak Serut Spesial” yang ditempatkan di samping sebuah pohon besar. Tanpa ragu, Jordhy berjalan cepat menuju gerobak tersebut dan menanyakan pesanan rujak serutnya. Saat menunggu penjual menyelesaikan pesanan, pandangannya tiba-tiba tertumbuk pada sosok perempuan yang berdiri tak jauh darinya. Perempuan itu pun tampak memandangi Jordhy dengan mata yang tampak kosong dan lelah, namun di balik itu, ada sorot yang berkaca-kaca, seolah menyimpan begitu banyak perasaan yang tak terucapkan.Jordhy memandang perempuan itu dengan kening berkerut. Butuh beberapa detik untuk mengenali siapa sosok tersebut. Wajah yang dulu selalu ia lihat dalam kesibukan kantor dan momen-momen pribadi mereka kini tampak berbeda—lelah, penuh bekas luka kehidupan. Lisa, mantan sekretaris sekaligus mantan kekasihnya, berdiri di sana dengan tubuh yang tampak kurus dan kusut dan perut yang te

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 61B

    Arumi tersipu, tapi dengan lembut ia menerima uluran tangan suaminya. “Baiklah karena dipaksa.”Mereka berdansa pelan diiringi musik lembut yang mengalun dari speaker di sudut ruangan. Jordhy memeluk Arumi dengan lembut, mendekapnya penuh cinta sambil berbisik, “Terima kasih sudah ada di hidupku. Kamu tahu, aku mungkin bukan suami yang sempurna, tapi aku berjanji akan selalu berusaha menjadi yang terbaik buat kamu dan anak kita nanti.”Arumi menyandarkan kepalanya di bahu Jordhy, merasakan kedamaian dan cinta yang tak terbendung. “Aku nggak butuh yang sempurna, Mas. Kamu, dengan segala kekurangan dan kelebihan, sudah lebih dari cukup.”Mereka terus berdansa dalam keheningan penuh makna, saling menguatkan tanpa banyak kata.Setelah makan malam, mereka memutuskan mampir ke sebuah mal yang masih buka untuk membeli beberapa keperluan bayi. Meski sudah larut, Jordhy masih tampak bersemangat memeriksa satu per satu barang yang ada di toko bayi. Arumi, yang sesekali duduk di kursi yang terse

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 61A

    “Malam ini bersiap, ya! Mas mau ajak kamu pergi! Cuma siang ini, Mas harus udah kerja, Rasya takut keburu botak kepalanya!” tutur Jordhy sambil meneguk susu hangat miliknya. Tentunya bukan susu untuk ibu hamil seperti yang Arumi sangka. “Mau ajak ke mana? Aku masih capek, tau!” keluh Arumi. “Ada, deh … rahasia!” balas Jordhy sambil mengambil potongan roti bakar miliknya lalu disuap dengan lahap. Pagi itu mereka berpisah dengan senyum yang tersemat pada bibir masing-masing. Ada rasa hangat yang menjalar dari dekapan singkat dan kecupan Jordhy pada kening Arumi sebelum pergi ke kantor. “Jangan lupa, malam nanti dandan yang cantik!” bisik Jordhy sambil melepaskan rangkulan dari pinggang Arumi. “Kan aku pake cadar, cantik juga gak kelihatan!” elak Arumi.Jordhy terkekeh sambil menggaruk tengkuk, “Hmmm … kalau mau dibuka, boleh, sih!” “Dih, enggak, ah! Dulu ‘kan kamu yang minta,” tutur Arumi menyangkal. “Iya deh, iya, Nyonya! Pamit, ya!” Jordhy mengecup sekali lagi kening Arumi, lal

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 60B

    Sepasang netra Arumi membeliak ketika melihat hiasan kamar bak kamar pengantin baru. Semerbak dengan taburan mawar dan ronce melati segar.“Mas?” Arumi menoleh ke arah Jordhy dan menatapnya. Namun bukan jawaban, melainkan tiba-tiba saja Jordhy membopong tubuhnya dan membaringkannya di atas king size bed bertabur mawar.“Malam ini, milik kita,” bisiknya sekali lagi. Lalu pinti dikuncinya dan lampu yang terang berubah temaram. Arumi hanya bisa pasrah ketika Jordhy mengajaknya berpetualang. ***Pagi menyambut dengan sapuan sinar surya yang lembut. Arumi baru saja bangun dan mengerjap ketika sinar matahari pagi menyelinap lewat tirai. Setelah shalat shubuh tadi, Arumi merasakan lelah yang luar biasa dan memilih untuk tidur lagi. Ditatapnya tempat tidur yang kosong di sampingnya, Jordhy sudah tak ada di tempat.Arumi mengerjap, mencoba mengingat-ingat. Baru saja kemarin dia landing di bandara dan menginjakkan kembali kakinya di Indonesia. Lalu bayangan manis malam tadi dan kalimat cinta y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status