Home / Romansa / ISTRI BISU SANG CEO / 2. Nyawa Milikmu

Share

2. Nyawa Milikmu

Author: aisakurachan
last update Huling Na-update: 2023-01-04 17:45:23

Tidak perlu cenayang untuk menebak apa yang baru saja terjadi di dalam ruangan itu sebelum Billy--produser Max membukanya.

Pemandangan bokong itu bukan hal baru untuk Zoe. Ia baru melihatnya tadi pagi, saat Max bangun dari ranjang. Mereka tidur bersama tadi malam. 

Max mencumbunya tadi malam, sampai nyaris membuat Zoe melewatkan alarm pukul tiga pagi. Zoe harus bangun sepagi itu untuk menyiapkan barang-barang yang akan dibawa Max.

Usaha yang dilakukannya dengan sukarela. Tanpa keluhan. Zoe tidak pernah ingin mengeluh, meski bebannya semakin lama semakin berat. Ia rela melakukannya demi Max.

Demi pria yang saat ini mencoba memakai celana dalamnya, karena baru saja tidur dengan wanita lain. 

"Apa ini?" Billy bertanya tidak terdengar marah, ia bahkan tampak puas saat melihat orang yang membawa kamera itu mengambil gambar Iris dan Max bergantian.

“Awas kalau kau menulis hal buruk tentangku!” Ancaman itu dari Iris, yang tengah memakai bajunya.

“Tidak akan. Aku tidak ingin bermusuhan dengan Wolf.” Wartawan itu tahu siapa yang ada di belakang Iris.

“Tidak akan ada masalah. Kalian cocok sekali. Gosip tidak akan menyakiti kalian.” Billy melontarkan pendapat yang menarik Zoe ke alam nyata.

Billy dengan jelas mengatakan tidak ingin keterlibatan Max dengan wanita—Zoe, diketahui umum. Kini ia dengan enteng mengatakan hubungan Max dan Iris tidak akan membawa masalah. 

“Kita ke ruang ganti lain saja.” Wartawan satu lagi, terlihat tidak nyaman dan langsung mundur keluar.

“Oh, ya! Ayo. Kita tidak perlu membahas hal ini.” Billy dengan bergegas melambai ke arah Max, lalu mereka semua keluar meninggalkan Iris yang tampak bersungut-sungut—masih tidak berusaha memperbaiki pakaiannya yang berantakan.

Tapi tentu Zoe tidak akan diam. Sebelum sampai di ruang ganti, Zoe menyambar lengan Max. Menariknya ke arah tangga darurat yang tadi dipakainya untuk naik. 

“Zoe…” Max berusaha bicara sambil menggaruk kepalanya. Ia tampak kebingungan.

Zoe tidak sanggup bicara. Ia tadi memang menahan diri agar tidak membuat keributan—agar Max tidak mendapat nama buruk, tapi saat tidak ada yang mendengar pun, wanita itu masih tidak mampu mengatakan apapun.

Bayangan Max yang tak mengenakan sehelai benang pun bersama wanita lain memenuhi benaknya saat ini.

“Mengapa kau… tega... ” Suara Zoe bergetar dan tenggorokannya langsung terasa kering saat akhirnya bisa bersuara.

“Kau salah paham, Zoe. Yang kau lihat… Belum terjadi apapun. Kami tidak…”

“Belum? Berarti kau memiliki niat untuk melakukannya?! Kalau begitu, apa bedanya?!” Kesabaran Zoe habis. Ia mendorong dada Max dan berteriak.

“Kau anggap apa aku, Max? Kau lupa padaku begitu saja karena dia?! Bahkan jika kau belum melakukan apapun, dengan niat itu kau telah mengkhianatiku!”

“Zoe! Ini tidak penting. Aku hanya ingin bersenang-senang tadi. Oke? Aku hanya ingin pengalaman baru, yang….”

PLAK!

Zoe melayangkan tamparan telak.

“Bersenang-senang? Kita tidur bersama tadi malam! Itu kurang menyenangkan untukmu?”

Zoe menutup bibirnya dengan tangan, karena air matanya akhirnya merembes turun. Zoe menahannya sejak tadi, tapi rasa sakit itu tak tertahan lagi saat Max menyebut ‘bersenang-senang’. Kalimat yang mengesankan seolah Max menderita saat bersamanya.

“Dengar… Maafkan aku. Itu tadi hanya… pikiranku kosong saat dia merayuku. Iris… dia menggodaku.”

Max meraih kedua bahu Zoe, meremas pelan. Meminta pengertian.

“Aku hamil.” Zoe tadinya ingin memilih saat yang lebih santai, atau hangat. Tapi ia harus mengatakannya sekarang, untuk memberi Max rasa tanggung jawab dan tidak berbuat bodoh.

Tapi bagi Max kabar itu serupa mimpi buruk.

“Apa maksudmu? Itu tidak mungkin. Aku selalu memakai kondom. Kau jangan mengada-ngada!” Max berseru panik.

Zoe menatap Max. Reaksi itu jauh dari bayangannya. Mereka tidak berencana memiliki anak, tapi setelah sekian lama bersama—lima tahun lebih, Zoe tentu berharap setidaknya akan ada simpati, bukan penolakan keras.

“Tidak, Max. Tiga bulan lalu kau tidak memakainya. Kau mabuk dan aku sudah menolak, tapi kau tetap melakukannya.”

Zoe menahan tangis. Banyaknya kekecewaan yang berpusar dalam dirinya, tidak mampu lagi tersalurkan menjadi emosi. Apalagi ia terus melihat Max menggelengkan kepalanya, tidak ingin menerima kenyataan.

“Tapi hanya sekali itu! Tidak mungkin!”

“Apa maksudmu tidak mungkin? Kau pikir aku akan tidur dengan pria lain? Itu maksudmu?!” Zoe merasa tertuduh.

“Bukan begitu. Mungkin kau salah. Bisa jadi kau salah.” Max  memperbaiki, tapi luka itu sudah ada. Ketidakpercayaan dan penolakan itu sudah menyakitinya.

“Aku memakai tiga test pack dan semuanya positif. Aku hamil, Max! Anak kita.”

“Apa maksudmu?”

Zoe tersentak saat tiba-tiba pintu darurat itu membuka. Kepala Billy muncul dengan wajah marah.

Produser itu menutup pintu di belakangnya rapat-rapat, sambil melotot ke arah Zoe. Wajahnya merah membara penuh amarah. 

“Siapa yang hamil? Kau hamil?” 

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nila Elok
kasihan zoe
goodnovel comment avatar
Ernhy Ahza II
kmu yg sbar zoe ...
goodnovel comment avatar
Ernhy Ahza II
Malang skli nasib mu zoe ......gmna bsa sih kmu bsa punya pacar kek max itu ...
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 3 ~ Dunia Kita

    “LORIA MOREAU!”Zoe diam. Ia mendengar namanya, tapi tidak percaya kalau nama itu miliknya.“Wake up, Baby. And smile. It’s your’s.” (Bangun dan tersenyumlah. Piala itu milikmu)Bisikan Wolf itu akhirnya memunculkan emosi. Zoe memerah karena haru, baru bisa berdiri saat Wolf membantunya. Sayang Wolf tidak bisa mengantarnya ke panggung.Untungnya ada tangan Syanne yang membantunya, lalu Jacob yang ada paling dekat dengan panggung, membantunya meniti tangga agar sampai di atas.Zoe beberapa kali mengucapkan terima kasih pada orang yang mengulurka piala miliknya, sebelum akhirnya berdiri di hadapan mic untuk menyampaikan sambutan.Zoe menghela napas beberapa kali, menghapus air mata dan akhirnya bisa menatap ke arah kamera dan penonton—yang menunggunya dengan sabar.“Ini hal yang tidak pernah saya impikan, berdiri di sini dan menerima ini.” Zoe menatap piala yang ada di tangannya sekali lagi dan tersenyum.“Saya… sempat mengubur impian ini. Tidak lagi berharap untuk bisa bernyanyi—apalagi

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 2 ~ Usai dan Selesai

    “Zoe, tunggu. Apa hanya seperti ini?” Max terlihat kembali akan menyentuh tangan Zoe, tapi ditepis. “Zoe, kita punya masa lalu, dan…” “Exactly! Masa lalu yang sudah tidak signifikan lagi karena aku sudah menemukan masa depan yang indah. Tidak lagi menjadi kacung yang kau anggap seperti kain kotor!” Bentakan yang membuat Max terdiam dan kembali menunduk meremas tangannya. Zoe tidak lagi peduli apakah orang lain mendengarnya atau tidak. Ia ingin Max mengerti agar tidak lagi berusaha. “Kembalilah ke liang dimana kau berada, dan silahkan mengingat kenapa kau dulu memilih untuk membiarkanku mati. Agar kau sadar kenapa aku tidak akan pernah berkelas kasihan padamu!” Zoe menyambar kacamata hitam yang ada di meja lalu memakainya dan berjalan keluar. Urusannya berakhir. Ia kemarin juga sudah menolak permintaan Iris yang berusaha menghubunginya dari penjara. Zoe tidak ingin merusak harinya dengan mendengar omong kosong. Sedangkan Billy—ia tidak mencoba sama sekali. Diantara mereka bertiga

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 1 ~ Tidak Ada Maaf

    Zoe melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh Wolf. Ia tidak akan berbohong, tapi akan mengatakannya nanti setelah selesai. Zoe ingin menyelesaikan ini sendiri tanpa campur tangan orang lain.Tentu saja tidak mudah. Ia melangkah dengan hati gelisah. Zoe beberapa kali menggeser kacamata hitam yang ada di atas hidung, sementara tangan yang lain menenteng bunga dan box hadiah berwarna pink yang cantik.Zoe gelisah karena tahu ia akan dikenali saat masuk nanti. Tapi sudah pasrah. Tidak mungkin juga menyembunyikan identitasnya sekarang—mengingat orang yang akan ditemuinya.Zoe menghampiri loket setelah ia menuliskan nama dan nomor tahanan di selembar formulir, dan menyerahkannya.“Silahkan tunggu di sana. Nanti akan kami panggil,” kata sipir penjara yang ada di belakang loket.Ia menatap Zoe beberapa kali saat ada sipir lain yang memeriksa bawaan Zoe—memastikan tidak ada benda terlarang diselundupkan, melirik untuk memastikan—bahkan membaca namanya yang ada di formulir, tapi tidak ber

  • ISTRI BISU SANG CEO   224. Bersamamu

    “Ini.” Wolf menyerahkan cangkir pada Zoe. Zoe ingin menerima tapi tangannya masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya. “Cliff benar-benar belum punya kekasih bukan?” tanya Zoe. “Hm? Untuk apa kau bertanya?” Wolf mengernyit curiga tentu.“Untuk Sara. Ia ingin meyakinkan karena tidak percaya pria seperti Cliff masih single.” Zoe mendecak sambil menunjukkan pesan yang dikirim oleh Sara untuknya. Menunjukkan kalau ia tidak berbohong. Ia memang bertanya untuk Sara bukan untuk dirinya. “Belum. Kata Clay ia sempat punya—wartawan atau MC, aku lupa. Tapi putus saat Cliff akan pindah dan ke sini. Entah dia pindah lalu mereka putus, atau putus dan baru pindah.” Wolf hanya mengulang kata-kata Clay tentu. Dan kini Zoe mengulangnya dalam bentuk pesan untuk Sara, dan mengirimnya agar tenang. “Bagaimana kau bisa tahu detail ini?” Setelah mengirim pesan dan mengambil cangkir bagiannya Zoe bertanya dengan heran. Pengetahuan itu terlalu mendetail—terutama saat berasal dari Wolf yang bias

  • ISTRI BISU SANG CEO   223. Kesalahanmu yang Tersimpan

    “Tapi seharusnya dia ada di penjara…”Max mengingkari kenyataan sekali lagi. Baginya Loria masih tidak mungkin Zoe karena seharusnya ia ada di dalam penjara.“Tololmu tidak ada habisnya!” Billy menggebrak meja dan mengamuk. Mencekik leher Max dengan tangannya yang terborgol. Tentu saja segera terjadi keributan dan teriakan saat polisi yang berjaga menerjang Billy melumpuhkannya ke lantai.Tapi rupanya Billy benar-benar marah pada Max, karena ia masih memberontak dan memaki pada Max, meski ia sudah ada dalam posisi menelungkup.“DASAR OTAK UDANG! KEPALAMU ITU…”“SILENCE!”Bentakan Billy kalah dari hakim yang berseru menggelegar. Tidak hanya Billy yang terdiam, wartawan dan penonton yang ribut pun diam. “Sekali lagi ada yang mengganggu aku akan menjadwalkan ulang sidang ini! PAHAM?!”Sunyinya ruangan itu, hanya berarti mereka semua mengerti. “Bawa keluar. Mr. Dacosta, saya akan memastikan tindakan ini akan masuk dalam dakwaan Anda. Penyerangan, tindak tidak sopan dan mengganggu keter

  • ISTRI BISU SANG CEO   222. Masa Lalumu yang Berbeda

    Jaksa itu memulai dengan pertanyaan standar, tentang latar belakang Sara—pendidikan, berapa lama ia telah menjadi psikiater dan lain sebagainya. Baru setelah itu ia menyebut tentang Zoe. “Sejak kapan Ms. Zoe Anderson menjadi pasien Anda?” tanya Jaksa. “Lebih dari setahun.” Sara menjawab dengan jelas. Tidak terlihat lagi mode ceria yang biasa dipakainya saat berhadapan dengan pasien. “Bisa Anda jelaskan bagaimana keadaan Ms. Anderson saat itu?” “Zoe datang dengan keinginan untuk sembuh, karena ia menderita trauma berat yang sangat terlihat dan membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan yang normal.” “Bisa tolong jelaskan lebih lanjut tentang trauma itu?” Sara mengangguk. Tenang karena semua sesuai dengan perkiraan yang diberikan Cliff. “Zoe datang dalam keadaan tidak bisa bicara, tapi hasil pemeriksaan dokter memperlihatkan kalau Zoe tidak menderita luka fisik lagi. Semua syarafnya normal tanpa gangguan, maka bisa dipastikan kalau keadaan tidak bisa bicara itu adalah hasil lain da

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status