Beranda / Romansa / ISTRI BISU Tuan Terhormat / 51. Merangkak Kesakitan

Share

51. Merangkak Kesakitan

Penulis: desafrida
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 13:50:05

Hening beberapa detik. Liora tidak mengenal anak remaja itu.

“H- hai?” sapa Luca canggung.

Liora masih diam. Tatapannya datar. Dia tahu tidak ada siapa pun di rumah itu yang bisa dianggap baik.

“Tante?” sapa Luca canggung tapi dengan nada ragu.

Liora meneguk ludahnya. ‘Apa maksud anak ini? Siapa dia?’ batin Liora.

“Aku Luca. Keponakan Om Adrian. Aku anak Mama Camila.” Luca memperkenalkan diri. “Maaf. Tante tidak bisa berbicara ya? Tapi, apakah bisa mendengarku?” tanya Luca semakin banyak bicara.

Liora mengangguk.

Tiba-tiba Luca memberikan handphone-nya. “Katakan sesuatu padaku, atau bertanya,” ucapnya berani.

Liora sempat terdiam. Matanya menatap tangan Luca yang menyodorkan ponselnya. Sementara di wajah remaja itu, tergambar keraguan dan gugup yang sangat jelas. Namun, dari sorot matanya Liora bisa merasakan ada ketulusan, bukan kepura-puraan seperti orang-orang dewasa di rumah ini.

Perlahan, ia mengambil ponsel itu. Jarinya ragu menyentuh layar, lalu mulai mengetik dengan gerakan pe
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   52. Bagaimana Keadannya?

    Sore itu, Adrian pulang. Seperti biasa, suasana sunyi. Seperti penghuninya yang tidak saling peduli. Hanya saja, biasanya ada ibunya yang menyapanya walau basa-basi. Kini, tidak ada sama sekali.Ia berjalan, menyusuri setiap ruangan untuk menaiki tangga. Apa hanya perasaannya saja? Bahkan pelayan pun tampak berjalan dengan pelan dan wajah-wajah penuh tekanan.Adrian menaiki tangga, masuk ke kamar. Pandangannya langsung jatuh pada sosok Liora yang meringkuk di sofa. Pakaian yang dikenakannya masih sama seperti tadi pagi. Apa dia tidak mandi? Rambutnya tidak disisir, wajahnya pucat, tapi Adrian menahan diri.Ia berdiri di ambang pintu beberapa saat, menatap wanita itu dalam diam. Tapi pikirannya langsung menepis segala rasa yang mulai menyelusup ke dalam hati.‘Dia hanya lelah. Kenapa aku harus perhatian?’Ia pun masuk lalu menghilang ke kamar mandi. Seolah benar-benar tidak peduli pada Liora.Sementara keadaan Liora sejak tadi pagi, memang masih merasakan sakit. Ia menelan semuanya sen

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   51. Merangkak Kesakitan

    Hening beberapa detik. Liora tidak mengenal anak remaja itu.“H- hai?” sapa Luca canggung.Liora masih diam. Tatapannya datar. Dia tahu tidak ada siapa pun di rumah itu yang bisa dianggap baik.“Tante?” sapa Luca canggung tapi dengan nada ragu.Liora meneguk ludahnya. ‘Apa maksud anak ini? Siapa dia?’ batin Liora.“Aku Luca. Keponakan Om Adrian. Aku anak Mama Camila.” Luca memperkenalkan diri. “Maaf. Tante tidak bisa berbicara ya? Tapi, apakah bisa mendengarku?” tanya Luca semakin banyak bicara.Liora mengangguk.Tiba-tiba Luca memberikan handphone-nya. “Katakan sesuatu padaku, atau bertanya,” ucapnya berani.Liora sempat terdiam. Matanya menatap tangan Luca yang menyodorkan ponselnya. Sementara di wajah remaja itu, tergambar keraguan dan gugup yang sangat jelas. Namun, dari sorot matanya Liora bisa merasakan ada ketulusan, bukan kepura-puraan seperti orang-orang dewasa di rumah ini.Perlahan, ia mengambil ponsel itu. Jarinya ragu menyentuh layar, lalu mulai mengetik dengan gerakan pe

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   50. Pertemuan Luca dan Liora

    “Makanlah,” ucap Adrian pada Liora, sebelum makanannya tiba.Liora diam. Dia pun mulai makan.Setelah Bibi tiba, Adrian mulai merapat dan makan bersama Liora.Adrian memperhatikan Liora diam-diam. Perempuan itu hening.Ia kemudian memalingkan wajah. Meneguk air putih yang nyaris tak menyentuh kerongkongannya. Tenggorokannya kering, seperti ada batu besar mengganjal.“Aku ingin membahas perceraian kita,” ucapnya tegas.Liora menatapnya sejenak lalu melanjutkan makannya. Siap mendengar apapun yang pria terhormat itu katakan. Bukankah dari awal memang dia yang mengandalikan?“Kalau kita sudah bercerai, aku tidak mengizinkanmu untuk tinggal di panti.”Liora menatapnya lagi. Kali ini cukup lama. Apa maksudnya?“Aku akan membelikan rumah kecil untukmu.” Adrian mencoba menegaskan tawarannya sebagai kompensasi. “Dan aku akan tetap membiayaimu. Selama kau belum menikah. Itu—itu bentuk tanggung jawabku.”Liora masih menatapnya. Lalu, perlahan, menghentikan sejenak aktivitas makan. Dia mengambil

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   49. Saat Luca Sadar

    Liora mengunci tatapan tepat di mata Adrian. Wajahnya datar cenderung menyimpan kebingungan. Lalu muncul perasaan terluka yang membuatnya ingin marah.Seketika Liora menggeleng. Dia melepas tatapannya.“Kenapa?” Adrian reflek menyentuh bahunya.Liora menatap tangan Adrian di bahunya.Adrian lekas menjauhkan tangannya.Liora menatapnya cukup tajam. Diam tapi menusuk. Ia meraih buku yang ada di meja. Lalu menulis.“Apa maksudmu? Kenapa kau tiba-tiba ingin mengembalikan suaraku? Bukankah sejak awal kau bersyukur aku tidak punya suara? Tidak akan ada yang bisa mendengarku.”Matanya terpaku setelah membaca jawaban Liora. Tiba-tiba saja udara terasa berat. Sesak.“Aku hanya… ingin kau pulih,” ucap Adrian akhirnya. Suaranya pelan, terdengar seperti ia sendiri tidak yakin dengan apa yang dia katakan saat ini.Adrian merasa seperti tertampar dengan jawaban Liora. Lalu batinnya mengingat. Bukankah dia dulu merasa beruntung saat mengetahui bahwa Liora adalah alat yang sempurna karena tidak bisa b

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   48. Untuk Mengembalikan Suaramu

    “TIDAK LUCA!” Camila membentaknya. “Untuk apa?” tanyanya panik.Luca terdiam.“Kalau memang tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu kenapa aku tidak boleh bertemu dengan Tanteku? Bukankah dia istri Om Adrian?” tanyanya.Juliana menghela napas. Mencoba sabar dan memberi peringatan pada cucunya tersebut.“Luca… dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu. Kamu salah paham. Om Adrian terpaksa menikahi dia karena hal lain. Dan… kamu tidak perlu menemuinya karena dia itu perempuan yang licik. Om mu juga sebentar lagi akan menceraikannya. Lagi pula, kamu baru pulang. Jangan membuat masalah lagi. Nanti Om mu bisa benar-benar marah,” jelasnya, mencoba tetap tenang.Luca terdiam.“Sudah… Sekarang ayo kamu makan siang dulu. Bi… tolong antarkan tas Luca ke kamarnya!” teriak Juliana mengalihkan.Setelah makan, Luca duduk di tepi ranjang kamarnya. Matanya menatap kosong ke arah lantai yang mengilap, namun pikirannya jauh melayang—berisik oleh penyesalan dan kebingungan yang menu

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   47. Pelaku Sebenarnya

    Adrian mengepalkan tangan. Dan dalam sekejap…BUK! Pukulannya menghantam meja kerja hingga benda-benda di atasnya bergetar. Gavin tersentak, tapi tetap diam, menunggu amarah itu surut.“Lakukan saja, Gavin!” bentaknya, suara rendah tapi menggigit. “Aku tidak akan menyesal!”Gavin menahan napas, menatap atasannya dengan hati-hati. “Baik, Tuan,” ujarnya. “Tapi… untuk keperluan pengajuan ke pengadilan, pasti butuh alasan sah. Apa yang harus dicantumkan?”Adrian terdiam.Hening menggantung lama di antara mereka. Padahal biasanya, Adrian selalu cepat dan tegas dalam membuat keputusan. Tapi kali ini, Gavin melihat jelas, rahang pria itu mengeras seperti menahan sesuatu yang tidak bisa diucapkan dengan ringan.Semakin lama Adrian diam, semakin Gavin yakin bahwa semakin keras tuannya bersikap, semakin lemahlah tekadnya sebenarnya.Akhirnya, dengan suara rendah yang nyaris seperti g

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status