Home / Romansa / ISTRI BISU Tuan Terhormat / 93. Aku Ingin Membalas Dendamku!

Share

93. Aku Ingin Membalas Dendamku!

Author: desafrida
last update Last Updated: 2025-08-09 14:00:44

“Kamu ini bicara apa?! Dia itu temanku! Kami tidak ada hubungan apa-apa! Sejak awal kau selalu berpikiran buruk padanya!” bentak Liora.

Melihat Liora yang langsung emosi, membuat Adrian teringat pada pesan dokter. Emosinya belum stabil. Dia tidak mudah memaafkan Adrian, jadi sudah seharusnya Adrian mengerti.

Perlahan, Adrian menepikan mobil. “Maaf, bukan maksudku berpikiran buruk padanya. Tapi, dia memang suka ke kamu. Itu sebabnya aku cemburu."

“Kamu suka dia?” tanya Adrian, mengulang pertanyaan yang mungkin responnya akan menyakiti dirinya sendiri.

Liora terdiam. Lalu menjawab. “Dia bahkan terlalu baik untukku,” jawabnya.

Jawaban itu menikam dada Adrian. Dia terdiam.

“Dia menyukaimu. Dia pernah menghubungimu lewat pesan. Dan aku yang membalasnya…” kata Adrian pelan dan dingin.

“Apa?! Kamu lancang sekali!” Liora memukul Adrian dengan kepalan kedua tangannya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tety Juniarwati Sa
Marah si boleh, lantas apa Liora akan bahagia jika sudah membalas dendam, Apa therapy suara, yg diberikan Adrian dan juga bantuan terhadap Panti masih kurang buat Liora,. Walau Sesungguhnya keegoisan Adrian adalah Luka, bukan berarti luka itu tidak bisa pulih kan.Ah..pelik sich mmg..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   106. Hari-Hari yang Manis

    Hari-hari berikutnya berjalan begitu manis. Adrian dan Liora tak lagi terlihat seperti dua orang yang terikat oleh sebuah kontrak kaku, melainkan benar-benar seperti sepasang suami istri yang tengah menikmati kehidupan baru.Setiap pagi Adrian mengecup Liora saat pergi bekerja, lalu ia pulang dengan membawa bunga, makanan kesukaan atau hadiah. Entah sejak kapan itu di mulai, tapi Liora pun sudah terbiasa menunggu dan menyambutnya pulang.Di rumah, mereka semakin banyak menghabiskan waktu bersama. Liora mulai sering memasak sarapan sederhana. Hatinya senang saat Adrian memuji masakannya. Mungkin, dia mulai membuka hatinya, menyadari bahwa Adrian bukanlah pria yang sama seperti dulu. Dingin, kaku, dan penuh amarah. Kini, ia penuh perhatian dan sabar. Bahkan sangat manis.Sementara di hati Adrian, ada keyakinan yang terus tumbuh, ‘Dengan kedekatan ini, Liora pasti tidak akan menuntut cerai lagi. Dia akan tetap bersamaku.’ Ia selalu berkata itu setiap hari di dalam hati.Namun, meski suda

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   105. Milikmu Juga Besar!

    Liora menatap Adrian di cermin. Mata mereka bertemu. Adrian tersenyum. Tak ada ekspresi memaksa di wajahnya, melainkan kenyamanan dan ketenangan.“Ah, maaf. Kamu pasti lelah hari ini sudah seharian jalan-jalan. Aku terlalu banyak menuntut. Terima kasih untuk hari ini.” Adrian mengecup puncak kepala Liora. Ia pun berjalan ke kamar mandi.Liora meneguk ludahnya. Kelembutan pria itu benar-benar tidak pernah dia duga. Bagaimana ia bersikap pada anak remaja yang selama ini dibencinya, membuatnya terlihat sebenarnya dia memang bukan orang jahat.Tak lama kemudian, Adrian keluar dari kamar mandi. Dia sudah mengganti pakaiannya. Kini ia menggunakan piyama yang nyaman.Liora pun beranjak. Ia menghilang ke kamar mandi, untuk mencuci wajahnya. Setelah selesai, ia juga mengganti pakaiannya dengan dress tidur berbahan satin.Saat Liora keluar dari kamar mandi, matanya kembali bertemu dengan Adrian yang duduk di kepala tempat tidur.“Ah, kamu sudah ganti baju. Padahal aku tidak keberatan untuk meng

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   104. Keromantisan Keluarga

    Hari itu menjadi salah satu hari yang menyentuh bagi Liora.Adrian dan Luca juga merasakan sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Kebersamaan yang begitu hangat.Mereka berjalan menyusuri pusat kota, hingga mengelilingi mall paling mewah.Luca sempat mematung menatap toko mainan besar.“Luca? Ada apa?” tanya Liora, yang melihatnya tertinggal di belakang.Luca tersenyum. Dia menggeleng.Adrian melihat Luca dan melirik arah pandangnya. “Kamu ingin membeli mainan?” tanyanya terkekeh pelan.“Bukan, Om. Aku sudah besar. Aku tidak butuh mainan seperti anak-anak lagi. Tapi, aku hanya tidak pernah merasakan yang dirasakan oleh anak itu. Membeli mobil-mobilan dengan ayahnya,” ucap Luca.Adrian dan Liora saling menatap.Untuk pertama kalinya, Adrian merangkul bahu anak remaja itu seakan teman sebayanya. “Kamu ini bicara apa, Luca? Untuk apa membeli mobil mainan seperti itu. Nanti, kalau kamu sudah besar dan sudah lolos izin mengemudi, Om akan membawamu langsung ke showroom mobil d

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   103. Pertemuan Menyesakkan Luca dan Liora

    Adrian merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan. Selama ini dia selalu berusaha melindungi keluarganya. Dia selalu menjadi tameng. Tapi, kali ini dia merasa justru seperti sedang dilindungi. Dia merasa tenang. Tanpa beban. Walau hanya seketika.Liora melepasnya.Adrian mengusap wajahnya. Ia mengatur napas dan kelu di hatinya. Ia memaksa bibirnya untuk tersenyum. “Terima kasih, Liora. Itu sangat berarti untukku. Aku… aku tidak pernah merasa setenang ini,” ucapnya jujur.Liora terdiam. Masih menatapnya. Ia tahu, pasti selama ini yang Adrian lalui juga tidak mudah.“Ah maaf,” ucap Adrian pula mengusap matanya dengan mengangkat bahunya.“Aku mandi dulu. Lalu kita sarapan. Setelah itu aku bersiap-siap menjemput Luca. Dia sangat senang sewaktu aku mengatakan akan menjemputnya dan mempertemukannya denganmu," jelasnya.“Kalau begitu, bersiaplah, sebelum aku berubah pikiran,” ucap Liora dengan sedikit senyum seakan ingin menghibur perasaan Adrian.“Jangan jangan!” ucap Adrian cepat. Dia

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   102. Memeluk Adrian

    “Diam di sana!” teriak Liora dari dalam kamar mandi.Adrian tertawa renyah sambil memegangi perutnya. Dia benar-benar puas mengerjai Liora pagi ini. Padahal dia baru saja bangun.“Liora… Aku ikut masuk…” ucapnya.“Diam, Adrian! Kamu diam di sana! Awas kalau sampai kamu masuk! Aku tidak mengizinkanmu ke rumah ini lagi!” ancam Liora memekik dari dalam.Adrian masih tertawa. Dia bahkan terduduk di lantai, sambil mengusap ekor matanya yang basah.Dari dalam kamar mandi, Liora tiba-tiba terdiam setelah ia membentak dan mengancam Adrian. Ia mendengar tawa Adrian yang begitu lepas. Tiba-tiba saja bibirnya ikut tersenyum walau akhirnya dia menepis rasa lucu yang muncul. Ia tidak pernah mendengar Adrian tertawa selepas itu. Tidak pernah melintas di pikirannya kalau Adrian bisa bercanda.Saat menyiram wajahnya dengan air, Liora menatap dirinya di cermin. Jantungnya berdebar. Ia seperti hidup walau tidak sedang bersama anak-anak panti. Apa Adrian benar bisa memberinya kehidupan?Adrian menghela

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   101. Kelucuan di Pagi Hari

    Adrian membujuk Liora pulang. Tapi, sepertinya Liora sudah tidak sadar karena terlalu mengantuk.Saat Adrian mencoba menggendongnya, Liora pun terbangun. Ia terkejut saat ia sdudah berada di kedua tangan Adrian yang berjalan meninggalkan atas gedung itu.“Aku bisa jalan sendiri. Ti- tidak perlu digendong,” ucapnya meminta diturunkan.Adrian pun menurunkannya. “Kita pulang ya?” ucapnya.Liora mengangguk.Dengan erat, Adrian merangkul pinggang Liora. “Aku takut kamu jatuh. Karena kamu sangat mengantuk,” ucapnya lembut.Mobil melaju stabil di bawah cahaya lampu jalan yang temaram. Liora bersandar di kursi, napasnya teratur, matanya terpejam, dan wajahnya terlihat jauh lebih tenang dibandingkan beberapa jam lalu.Adrian melirik sekilas, bibirnya terangkat tipis. Entah kenapa, pemandangan sederhana itu membuat dadanya terasa hangat. Saat sehelai rambut Liora jatuh menutupi pipinya, Adrian menahan setir dengan satu tangan, sementara tangan lainnya perlahan menyelipkan rambut itu ke belakang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status