Share

2. Perjanjian di atas kertas

Mendengar suara mengaji di masjid, Dea gegas bangun dan mengambil air wudhu, ia melakukan ibadah sunnah malam seperti biasanya. gadis cantik yang kini sudah menjadi istri seorang pria kaya nan tampan itu mengadukan nasibnya di hadapan Sang Ilahi.

"Ya Allah hamba sangat tidak tau dengan jalan takdir yang hamba jalani ini. semoga aja Engkau selalu meridhoi langkahku ya Allah." tangis Dea pecah. semalaman ia tidak bisa tidur, ia meringkuk di atas lantai yang hanya di lapisi alas tipis dan dengan sebuah selimut yang ia bawa dari rumahnya. pernikahan dadakan itu membuat hidup dirinya jungkir balik.

Dea adalah seorang lulusan sarjana di bidang pendidikan, dan ia baru memulai mengajar di sebuah sekolah dasar yang ada di kota ini dan baru berjalan selama dua bulan ini. ia juga memiliki usaha kue sendiri yang sudah memiliki dua karyawan. ayahnya yang seorang dosen dan ibunya yang seorang bidan di puskesmas daerah deket rumahnya dan kakaknya yang menjadi seorang abdi negara. keluarga Dea terbilang keluarga yang cukup dan tidak kekurangan. kasih sayang keluarganya melimpah begitu saja. mereka selalu mengajarkan kebaikan kepada kedua anaknya, Dea dan juga kakaknya yang bernama Afaan Ardian Syahputra.

Sambil menunggu waktu subuh tiba, Dea menyempatkan dirinya untuk membaca Al Qur'an.

"Bismillahirrahmanirrahim." Suara Dea terdengar jelas di telinga sosok pria yang berada di atas ranjang dengan memeluk guling dan juga dalam balutan selimut yang begitu tebal.

Dia Marvino Edgar Mahendra, sosok pria yang sudah menjadi suami Dea secara hukum dan negara. namun, nyatanya pria itu sama sekali tidak menganggap pernikahan itu ada. dan hanya sebuah permainan yang bisa kapan saja dibuang.

Ia tidak mencintai wanita itu, ia membencinya. padahal di sini Dea tidak salah, secara tidak langsung Dea menyelamatkan nama baik keluarganya, namun Vino yang sakit hati dengan calon istrinya itu pun memupuk dendam pada semua wanita. menganggap bahwa semua wanita itu sama saja, hanya mau uang dan tampang yang sempurna.

pria itu membuka matanya dan menutup telinganya, merasa terganggu dengan suara lembut Dea.

"Berisik!!" bentaknya dengan nada yang begitu tinggi.

Dea yang memang sedang fokus dan khusuk membaca Al Qur'an pun telonjak kaget, bahkan Al Qur'an yang ada di tangannya itu pun terjatuh.

"Astaghfirullah'aladzim." Buru buru Dea mengambil Al Qur'an yang sempat terjatuh di depannya itu karena dirinya. lalu, menciumnya dengan begitu takdim, seakan Al Qur'an adalah benda yang paling berharga baginya.

"Kamu itu di sini itu numpang, jadi jangan seenaknya saja kamu berisik jam segini!! jangan mentang-mentang kamu itu dianggap sama papa dan juga mama aku. kamu bisa seenaknya saja di sinii. sampai kapanpun kamu di sini akan menjadi BABUKU!!"

Dea gelagapan sendiri, ia hanya mengangguk dan mengucapkan kata maaf yang terdengar lirih. ia menyimpan Al Qur'annya di depan dadanya, sebagai penguat untuk dirinya.

Vino kembali tidur dan memejamkan matanya. air mata Dea mengalir begitu saja tanpa bisa dicegah. pagi segini dirinya udah kena omel suaminya. lalu, bagaimana hari hari berikutnya ia berada di sini? apa ia akan sanggup terus berada di dalam sangkar emas ini?

"Aku bisa apa, aku tau Keluargku emang bukan keluarga kaya raya seperti tuan vino ini, tapi apa salah jika aku ingin bahagia? ternyata tidak semua orang kaya itu memiliki hati yang kaya juga ya, dari sini aku banyak tau. aku bersyukur dari dulu memiliki keluarga yang baik sama aku, tidak kekurangan kasih sayang dan selalu menghormati yang lain." ucapnya menangis dalam diam.

* * * * *

Di bawah, Dea berusaha membantu pada pekerja yang ada di sini untuk menyiapkan sarapan di pagi hari. ia tidak mau dianggap menantu yang tidak tau diri. meski dirinya sadar akan dirinya itu siapa. tapi, ia akan memberikan kesan yang baik sebelum dirinya benar benar pergi menjauh dari keluarga ini. entah tuh kapan, yang pasti ia akan melakukan itu.Lagian vino juga sangat membencinya bukan? dan ia sadar jika dirinya hanya pengantin pengganti dan pernikahan ini akan berjalan selama beberapa bulan saja. cepat atau lambat, maka perceraian itu akan terjadi.

"Jangan non, nanti kami dimarahi lagi sama nyonya besar." ucap salah satu pelayan yang ada di sini, ia takut dengan nyonya besarnya akan marah karena membiarkan menantunya itu ikut masak dengan dirinya.

"Tidak apa apa bi, lagian kan saya juga nganggur. dan nanti saya akan izin sana nyonya."

Pada pelayan pun hanya bisa pasrah dan angka kaget dengan panggilan nona mudanya itu kepada majikan besarnya.

* * * * *

"Kok sarapan pagi ini kaya beda dari biasanya ya, mah." ungkap Rama, Ayah dari vino yang merasakan kalau makanan pagi ini terasa beda dan sangat enak dari biasanya.

"Jelas beda, kan yang masak hari ini itu menantu baru kita, pah." sahut Andin nampak begitu senang. Dea hanya bisa diam.

Prang!!

Tiba tiba saja, vino membuang makanan yang ada di depannya itu, Dea meremat tangannya di bawah meja. ia tau, pasti suaminya itu tak ajak masakan dirinya.

Vino melotot tajam ke arah Dea dengan tatapan yang begitu menghunus. seakan dirinya hendak memakan Dea hidup hidup.

"Kamu kenapa nak? apa kamu sakit?" tanya Andin panik, ia tidak tau saja kalau anaknya itu sangat membenci wanita yang dijadikan istrinya itu.

"Gak selara makan!! makanannya asin, gak enak!!" jawabnya dengan kesal, lalu mendorong kursi rodanya dengan tangannya sendiri.

Melda yang melihat itu tersenyum penuh arti. menatap wajah Dea yang sendu dan menunduk membuat dirinya senang dan puas. lihat aja nanti, ini baru permulaan.

"Vino!!" teriak Andin, namun tidak membuat vino itu menoleh dan dengan segera ia masuk ke dalam lift yang ada di dalam rumahnya.

"Dasar anak itu!!" geram Andin yang tidak suka dengan sikap Vino seperti ini. dulunya vino adalah anak yang penurut dan baik, selalu menghormati orang lain, tapi semenjak kenal dengan Stela mantan kekasihnya itu membuat diri Vino semakin berubah, dan puncaknya saat dirinya gagal menikah dengan Stela dan berakhir menikah dengan wanita yang sama sekali bukan tipennya. wanita asing yang tiba tiba saja masuk ke dalam rumahnya dengan mudah.

"Biarlah, mah. nanti papah akan ngomong sama anak itu. dia itu Dyah keterlaluan!!" sela Rama yang sama dengan istrinya, sangat tidak suka dengan perubahan sikap putranya itu. padahal selama ini, vino ia didik menjadi lelaki yang baik.

"Dea, maafin sikap Vino ya. dia emang gitu, tapi aslinya dia baik kok." ucap Andin, berharap menantunya itu mengerti.

"Iya, nyonya makasih." balas Dea seadanya.

"Kok panggilnya nyonya sih? mamah dong, kan kamu udah nikah sama vino anak mama. jadi, jangan panggil itu ya. panggil mamah aja pokoknya!!" ucap Andin tak mau dibantah. sedangkan Dea hanya bisa mengangguk saja. tak tau saja kalau vino tau, pastinya ia akan kena hukuman.

* * * * *

Dea masuk ke dalam kamarnya, ia duduk di lantai yang dingin dengan meringkuk, tangan yang ia jadikan sebagai bantal dan memeluk boneka Doraemon kesayangannya.

"Heh!! kamu enak enak ya di sini!! kamu gak lupakan sama apa yang sudah saya omongkan sama kamu! dan ini kamu baca dan pahami , dan satu lagi jangan lupa kamu tanda tangan di bawahnya!!" perintahnya dengan memberikan sebuah kertas dan juga pena berwarna hitam di tangannya.

Dea menerimanya dengan tangan yang gemetar. Dea membacanya dengan seksama. ia pahami semua isinya dan mulai menandatanganinya tanpa protes. terlalu lelah dan malas meladeni manusia seperti suaminya itu.

"Ini tuan." ucapnya dengan menyerahkan kertas tersebut.

Vino tersenyum puas dan langsung mencabut kertas itu dari tangan Dea dengan kasar, lalu memberikan penanya yang habis dipegang Dea dengan wajah yang nampak jijik.

"Penanya buat kamu karena udah kena tangan kamu. saya paling jijik jika bekas orang lain dan itu kamu!!" ucapnya tanpa perasaan.

Dea hanya mengangguk dan menerima pena itu, luamyan gratis buat ngajar di sekolah nanti.

"Makasih, tuan." Dea sama sekali tidak merasa terhina.

Vino tersenyum remeh." Dan ingat pernikahan ini hanya akan berjalan selama enam bulan dan besok saya akan ajak kamu ke apartemen, kita tinggal di sana biar tidak ada yang curiga dan kamu di sana bakalan jadi pembantu. tenang saja saya akan membayar gaji besar untuk kamu sesuai yang tertulis di kertas tadi."

Dea tersenyum dan mengangguk. tak pernah menyangka jika dirinya akan menikah dengan sosok pria yang arogan, tidak mempunyai belas kasih sama sekali. apa dia itu titisan iblis yang berbentuk manusia?

"Tuan, saya masih boleh mengajar dan ke toko kue saya kan?"

"Terserah kamu dan itu bukan urusan saya. yang penting kamu tidak lupa sama tugas kamu dan jangan pernah kamu malu maluin Keluarga saya!!" tegasnya, lalu berlalu dari hadapan Dea.

"Baik."

Vino berada di balkon kamarnya. ia mengambil ponselnya yang masih ada foto mantan kekasihnya yang tega meninggalkan dirinya karena dirinya lumpuh pasca kecelakaan.

"Kamu tega Stela!! dengan apa yang sudah saya berikan kepada kamu, dan ini balasan dari semuanya? bodohnya aku telah mencintai wanita sepicik kamu. dan semua wanita itu sama aja. mau dengan seorang lelaki hanya karena hartanya saja."gumamnya dengan sorot mata yang begitu tajam. ia juga menganggap semua wanita itu sama seperti mantan kekasihnya itu. padahal tidak semua wanita itu sama. mereka memiliki sifat dan kepribadian masing-masing.

* * *

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status