Aku terkejut, ketika seorang lelaki memanggilku kala itu, suara itu tak asing bagiku. Seketika akaupun membalikkan tubuhku dan menoleh ke arah samping.Saat itu aku tak yakin bahwa lelaki itu adalah lelaki yang aku kenal, dia berjalan ke arahku, tersenyum manis ke arahku. Saat itu, aku tidak yakin bahwa dirinya adalah Arsen kekasihku. Semakin lama semakin dia mendekatiku, barulah aku yakin, bahwa itu adalah Arsen kekasihku."Aneisha, apakah ini benar-benar kau?" tanya Arsen kepadamu dengan wajah tak percaya.Deg..Jantungku langsung mencelos, ketika mendengar suara itu adalah suara Arsen."Arsen, apa benar ini dirimu?" tanyaku dengan wajah penuh haru.Arsen tersenyum dan mengangguk kepadaku, ia kemudian merentangkan kedua tangannya, berharap aku memeluk dirinya saat itu.Sungguh, saat itu aku ingin memeluk dirinya. Namun entah mengapa, kakiku tiba-tiba tak bisa aku gerakkan.Air mataku benar-benar mengalir dengan deras, ada rasa rindu dan senang, campur aduk menjadi satu, ketika aku
Tuan Zuan menatapku dengan santai, ia terlihat memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.Ia hanya menatapku dan ingin melihat sikapku saat itu.Arsen tampak bingung, ketika melihat diriku terus menghindari dirinya saat ini. Aku tepiskan tangannya ketika dia hendak menyentuhku, karena saat itu, Tuan Zu tampak sedang menatap diriku penuh arti.Perlahan-lahan aku menghindari dirinya saat ini, hingga akhirnya Arsenpun kesal dan kini langsung menangkup wajahku dengan kedua tangannya. "Kau kenapa An? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau ketakutan? Kemarilah, aku akan mengenalkanmu dengan kakakku," ucap Arsen tersenyum kepadaku.Aku menggelengkan kepalaku seketika, kutatap wajah Tuan Zu kini mulai menatap wajahku dengan tatapan penuh seringai, aku takut dan gugup saat itu."Tidak Arsen, tolong lepaskan aku," tolakku lalu melepaskan tangannya dari tanganku.Arsen terkejut melihat perubahan sikapku saat itu."Siapa wanita ini, Arsen?" tanya Tuan Zu dengan melirik wajahku."Di
Aku terkejut ketika mendengar suara Arsen saat itu."Tolong jangan sakiti dia, dia adalah calon istriku," ucap Arsen dengan nada mengiba.Kulihat Tuan Zu kini mengepalkan kedua tangannya, mulutnya mengatup rapat, wajahnya benar-benar bengis menatap Arsen saat itu.Meskipun Arsen adalah adik tirinya, tak sedikitpun Tuan Zu menganggap dia benar-benar seperti saudaranya sendiri.Tuan Zu, mencengkram kedua rahang Arsen dengan satu tangannya. Ia mengintimidasi dirinya, hingga membuat wajah Arsen seketika memerah menahan sakitnya, ketika tangan kekarnya hampir membuat rahang Arsen seperti mau patah."Berhentilah untuk menganggap dia sebagai calon istrimu Arsen, dia adalah istriku saat ini, kau jangan pernah menyentuh dirinya lagi, atau aku patahkan tangan dan kakimu nanti," ancam Tuan Zu menatap geram wajah adik tirinya.Arsen hanya terdiam, terlihat wajahnya mulai pucat saat itu, hingga aku memohon kepada Tuan Zuan, agar dirinya mau melepaskan Arsen."Tuan Zu, tolong lepaskan dia, aku berj
Aneisha sudah mulai lemah, setelah satu persatu isrti Tuan Zu memberikan cambukan kepada dirinya bergantian. Cetas.."Rasakan ini Ana," ucap Lilian dengan memukuli Aneisha di giliran terakhir."Aaaah, sakit..tolong hentikan mencambuki diriku," mohon Aneisha dengan merasakan punggungnya sudah mulai panas saat itu."Hahahahaha, percuma kau memohon Ana, masih tinggal tujuh cambukan lagi dariku," jawab Lilian dengan wajah penuh kemarahan.Tampak Tuan Zu saat ini sedang memperhatikan istri pertamanya yang saat ini memberikan cambukan kepada Aneisha.Tuan Zu menyaksikan penyiksaan itu dengan wajah penuh kemarahan, ia duduk di sebuah bar mini, sambil meminum wine menatap wajah Aneisha, yang saat ini sudah terlihat pucat tak berdaya."To-tolong aku, ampuni aku Tuan Zu," mohon Aneisha dengan nada melemah.Tuan Zu memalingkan wajahnya, karena tak mau menatap iba sang istri kesayangannya meminta pengampunan darinya.Setelah cambukan ke sepuluh, akhirnya Lilian menghentikan untuk mencambuk Aneis
Arsen tertawa sumbang, ketika mendengar ucapan dari kakak tirinya saat ini. Masihkah dia berpikir, bahwa dirinya kini baik-baik saja, setelah dia merebut kekasihnya?"Kau bertanya bagaimana diriku saat ini? Apa kau tak berpikir, bahwa saat ini aku tidak baik-baik saja, kau merebut dia dariku, kau membuat duniaku hancur Zuan Lee." ungkap Arsen dengan nada penuh kemarahan.Tuan Zu terdiam, terlihat dirinya tak ingin membuat Arsen tersulut emosinya lagi.Tuan Zu, lalu mengambil segelas minuman wine di mini bar, yang ada dalam kamar Arsen yang sangat luas itu. Ia kemudian memberikan minuman tersebut kepada adik tirinya."Minumlah dulu, dan tenangkan dirimu, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu," ucap Tuan Zu dengan memberikan minuman tersebut kepada Arsen.Arsen menoleh ke arahnya, lalu tersenyum miring ke arahnya. Ia meneguk langsung minumannya dan tak hiraukan kehadiran kakak tirinya.Beberapa waktu kemudian, suasana terlihat lebih dingin dari sebelumnya, kini saatnya Tuan Zu berbicar
Tuan Zu makin teriris, ketika melihat istri kesayangannya kini terlihat sangat memprihatinkan, ditambah dengan istrinya yang saat itu mengigau dan berkata bahwa Aneisha sangat membenci dirinya."Jangan katakan itu Ana, kau jangan membenci diriku, aku tidak mau jika kau berkata seperti itu kepadaku," gumam Tuan Zu dengan mencium punggung tangan Aneisha.Tak lama kemudian, terdengat suara ketukan dari luar."Tok..tok..tok..""Siapa?" tanya Tuan Zu dari dalam kamarnya ."Lim Tuan, ada Geo yang ingin bertemu dengan Tuan," jawab Lim dari luar kamar Tuan Zu."Suruh dia menungguku di ruang kerjaku," perintah Tuan Zu."Baik Tuan," jawab Lim, lalu segera dia pergi meninggalkan kamar Tuan Zu.Ia kemudian menuju ke ruang tamu, di mana saat itu Geo menunggu Tuan Zu."Tunggu Tuan Zu di dalam ruang kejanya, aku akan mengantarkan dirimu," ucap Lim lalu segera melangkahkan kakinya menuju ke arah ruang kerja Tuan Zu.Ceklek..Lim membuka pintu ruang kerja Tuan Zu tersebut, dan kini mempersilahkan Geo
Tubuh Geo tampak bergetar, ketika Tuan Zu menatap marah dan mengacungkan pistolnya ke arah wajah Geo."Baik Tuan Zu, aku akan mencari tau siapa keluarga Nyonya Zu."Jangan sampai kau membuat kesalahan lagi, atau kau akan aku buat tak bisa bernafas lagi," ancam Tuan Zu dengan tatapan mata elangnya."Ba-baik Tuan," jawab Geo dengan suara dan tubuh mulai bergetar.Tak lama kemudian, Tuan Zu menyuruhnya untuk segera pergi dari tempat ini."Baiknya kau pergi sekarang! Dan cepat kau kerjakan tugas yang aku berikan!" perintah Tuan Zu dengan menatap tajam ke arah Geo yang saat ini sudah mulai terlihat ketakutan."Baik Tuan," jawabnya, lalu segera pergi meninggalkan Tuan Zu.Setelah anak buahnya, Geo meninggalkan ruangan tersebut, Tuan Zu lalu kembali ke dalam kamarnya. Saat Tuan Zu masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba ia melihat Aneisha kini mulai mrngerjapkan kedua matanya dan mulai tersadar.Segera Tuan Zu datang menghampiri dirinya, ia melihat wajah Aneisha yang saat ini terlihat sudah tida
Lima belas menit kemudian, Kepala pelayan dengan didampingi oleh beberapa pelayan, kini terlihat sedang mendorong meja, berisikan beberapa menu makanan dan juga ramuan yang sudah dipesan oleh Tuan Zuan untuk istrinya tadi.TokTokTokSuara ketukan tersebut terdengar dari arah luar kamarnya, segera Tuan Zu menyahutinya dari dalam."Masuklah!" sahut Tuan Zu dari dalam.Ceklek..Kepala pelayan dan dua pelayannya kini masuk dengan mendorong meja dorong tersebut, masuk kedalam kamar Tuan Zu."Permisi Tuan Zuan, saya mau mengantarkan menu makanan untuk Nyonya muda," ucap kepala pelayan tersebut kepada Tuan Zuan."Kau sudah memasak makanan yang sudah aku pesan tadi?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Sudah Tuan, ini ada beberapa menu pilihan untuk Nyonya muda, semuanya saya buat untuk membantu memulihkan kondisi Nyonya muda agar lebih baik," jawab kepala pelayan tersebut.Tuan Zu lalu melihat semua makanan yang sudah dibuat oleh kepala pelayan tersebut. Tuan Zu lalu meminta selu