Se connecter
Di sebuah rumah sakit terkenal di negara China dengan nama Suzhou Medical College Hospital, tepatnya di kota Suzhou.
Seorang gadis yang baru saja keluar dari ruang praktek dokter. Berjalan begitu terburu-buru dengan telepon genggam yang menempel di telinganya. Sepertinya, dia sedang menerima panggilan dari seseorang.
Shen Jin adalah seorang dokter ternama dengan karir yang cemerlang. Namun, banyak yang tidak menyukai dirinya karena sikapnya yang keras kepala.
Shen Jin segera keluar dari rumah sakit tersebut dan mencari taksi untuk ditumpanginya. Dia terlalu cemas dengan ibunya yang sudah menunggu dirinya di sebuah cafe.
"Ibu, aku baru saja selesai dengan pekerjaanku dan sekarang aku sedang menunggu taksi. Sebenarnya, kenapa ibu selalu saja menyuruhku untuk menjalani kencan buta? Ibu pikir putrimu ini tidak laku?" tanyanya dengan nada kesal. Tentu saja Shen jin kesal tindakan ibunya itu sedikit berlebihan.
"Jika ibu tidak melakukan ini, kau pasti akan mengabaikan jodohmu sendiri. Mau sampai kapan kau akan melajang sementara teman-temanmu sudah menikah di usianya yang masih muda. Ingat Shen Jin, umurmu itu sudah tidak muda lagi, kau harus segera mendapatkan pasangan. Dan kali ini, ibu berani menjamin kalau pria ini akan cocok dengan mu," kata Nyonya Wu Ruonan di seberang sana.
"Umurku tidak tua, umurku masih 25 tahun. Kenapa ibu menyebut umurku sudah tidak muda lagi," jawabnya. Shen Jin tidak terima jika umurnya di sudah sangat tua oleh ibunya sendiri. Shen Jin mematikan sambungan telepon selulernya.
Meskipun seperti itu, karena Shen Jin hanya hidup berdua dengan ibunya. Apapun keinginan ibunya selalu dituruti, termasuk menjalani kencan butanya walau hasil akhirnya akan sama saja. Shen Jin akan lari dari pria yang menurutnya tidak sesuai.
Ini adalah kencan buta yang ke 99 kalinya dengan pria yang ibunya pilih. Bagi Shen Jin, Memilih calon suami itu seperti pasien yang datang untuk melakukan pengobatan dengan sungguh-sungguh dan bangkit dari keterpurukan bukan hanya sekali datang dan putus asa dengan hidupnya. Setelah beberapa menit, Taksi pun datang dan berhenti di depan Shen Jin. Dengan cepat, Shen Jin naik taksi tersebut menuju cafe yang sudah disebutkan oleh ibunya tadi.
Sekitar sepuluh menit, taksi yang ditumpangi Shen Jin tiba di cafe yang dituju. Setelah membayar, Shen jin melompat keluar dan berlari masuk ke cafe.
Shen jin tidak langsung masuk. Dia berdiri di depan pintu cafe yang terbuat dari kaca dan merapikan penampilannya sebentar, setelah terlihat rapi barulah dia melangkah masuk. Di dalam cafe, Shen Jin celingukan mencari sosok ibunya yang entah dimana keberadaannya.
"Dimana dia?" gumamnya pelan. Kakinya terus melangkah. Di dalam cafe tidak terlalu ramai dan hanya ada beberapa orang saja yang sedang menikmati kopi.
Shen Jin yang sedang mencari keberadaan ibunya, tiba-tiba saja handphonenya berdering. Shen Jin melihat di layar handphone tertera nama ibunya dan langsung menggeser tombol hijau itu.
"Shen Jin, duduklah di meja no. 03 yang di atasnya ada bunga mawar putih. Cepat, orang itu akan datang sebentar lagi, ingat, Ibu akan mengawasimu."
Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut Shen Jin. Dia segera mencari meja yang sudah disebutkan tadi oleh ibunya. Setelah menemukan meja yang di pesan oleh ibunya, dengan santai Shen jin mendaratkan bokongnya di kursi.
Shen Jin masih mengenakan pakaian dokternya. Karena dia begitu terburu-buru ketika ibunya menelpon sehingga lupa membuka jas dokter tersebut.
Banyak mata memandang padanya. Shen jin tidak peduli. Shen Jin lebih memilih menonton drama favoritnya tentang tabib wanita yang sangat ahli dalam pengobatan. Disaat sedang serius menonton, handphonenya kembali berdering.
"Shen Jin, angkat bunga mawar putih itu agar pria yang akan mengencani itu tahu. Kau ini susah sekali diberitahu," imbuh Wu Ruonan yang sedang duduk di pojokan cafe.
"Ibu ini merepotkan sekali. Kenapa bukan ibu saja yang menjalani kencan ini, kenapa harus aku," sahut Shen jin dengan nada kesal.
"Sudah jangan cerewet, ikuti saja rencana ibumu ini. Pokoknya Hari ini kau harus berhasil dan jangan melarikan diri lagi. Jika kau masih seperti itu, jangan harap kau akan melihat ibumu bernafas lagi," cecar nya. Shen jin mendengus kesal mendapat ancaman seperti itu dari ibunya.
Shen Jin mengambil bunga mawar putih yang ada di atas meja lalu menggenggamnya. Raut wajahnya tampak kesal.
"Apa ibu sudah melihatnya?" Shen jin menengadahkan wajahnya melihat ke arah ibunya yang duduk di sudut ruangan yang tidak jauh dari tempat duduk Shen jin.
"Hehehe. Ternyata kau sudah tahu kalau ibu ada di cafe ini," ucapnya cengengesan.
"Memangnya dimana lagi ibu akan mengawasiku kalau bukan di tempat yang sama." Shen Jin mematikan sambungan teleponnya. Shen jin memegang bunga mawar putih tersebut dan netranya mengedarkan pandangannya ke segala tempat.
Tiba-tiba matanya teralihkan ketika mendengar suara pintu terbuka yang berada di belakang tidak jauh dari meja Shen Jin.
Shen Jin membelakan matanya ketika melihat seorang pria membawa setangkai mawar putih. Tubuh pria itu pendek, kepala botak dan sudah sangat berumur.
'Dia, paman jahat!" Batinnya.
Bunga yang dipegangnya, di masukan ke dalam mulutnya sendiri agar tidak diketahui oleh pria tua itu. Tanpa berpikir panjang, Shen jin mengambil langkah kaki seribu.
"Shen Jin. Jangan lari, jangan lakukan itu," teriaknya. Wu Ruonan mengejar Shen jin dan terus memanggil Shen jin agar berhenti berlari.
Shen Jing sampai di pinggir jalan raya, namun tidak terlalu ramai kendaraan. Dia berhenti sejenak melihat ke arah belakang. Detik kemudian, berlari kembali menyebrangi jalan hingga ke tepian. Tiba-tiba langkahnya terhenti mendengar teriakan ibunya.
"Shen jin, waktu ibu sudah tidak lama lagi. Ibu tidak akan bisa menemanimu lagi," ucapnya lirih. Shen Jin membalikkan badannya. Raut wajahnya terlihat terkejut mendengar ucapan sang ibu di seberang jalan sana.
"Hidup ibu tidak lama lagi. Sebelum ibu pergi, ibu ingin kau ada yang menemanimu, ibu tidak mau kau larut dalam kesedihan. Shen jin, mengertilah," lirihnya. Wu Ruonan terlihat begitu sedih dengan wajahnya yang sedikit terlihat pucat.
"Apa yang ibu katakan? Ibu jangan bercanda? Jangan membuatku khawatir," seru Shen Jin dari seberang jalan. "Ibu jangan berbohong lagi," sambungnya.
"Shen Jin!" Wu Ruonan menangis tersedu-sedu. Melihat ibunya menangis seperti itu, Shen jin mengurungkan niatnya untuk lari kembali. Dia kembali menyeberang jalan dengan wajah yang sendu. Namun, karena tidak hati-hati sebuah mobil mercy warna hitam melaju dengan kecepatan tinggi.
'BRAK'.
Kecelakaan pun tidak bisa dihindari. Shen jin tertabrak dan tubuhnya terpental jauh. Tubuh Shen jin berguling-guling di jalan aspal.
Ibu Shen jin ternganga dan shock melihat tubuh Shen Jin yang tergeletak di jalan dengan penuh luka serta bagian kepalanya mengeluarkan darah segar. Orang-orang yang melihat kecelakaan tersebut, langsung mengerubungi tubuh Shen Jin.
Ibu Shen Jin tersadar dari shock nya dan berlari ke arah tubuh Shen jin dan memeluknya.
"Shen Jin, bangun! Buka matamu, jangan tinggalkan ibu. Ibu berjanji tidak akan memaksamu lagi untuk mencari pasangan. Ibu akan menunggumu sampai kau benar-benar menemukan orang yang kamu sukai. Bangunlah Shen Jin." Wu Ruonan menangis histeris mendekap tubuh Shen jin.
Tidak lama kemudian, ambulan datang. Para petugas medis langsung membawa tubuh Shen jin ke rumah sakit.
**
**
**
Setibanya di rumah sakit, Shen jin langsung ditangani oleh para dokter. Dokter dan yang lainnya sibuk menangani Shen Jin yang sedang kritis.
Wu Ruonan menunggu di depan ruang IGD seorang diri. Wajahnya terlihat sedikit pucat serta tubuhnya gemetar. Setelah satu jam lamanya, akhirnya para dokter pun keluar membawa tubuh Shen Jin yang dipenuhi alat medis di atas tempat tidur pasien. Wu Ruonan bangun dari duduknya dan berlari ke arah salah satu dokter.
"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?" tanyanya dengan mata yang sembab.
"Nyonya, kondisi dokter jin saat ini tengah mengalami koma. Kami akan membawa dokter Jin ke ruang ICU untuk memantau kondisinya," ucap dokter pria.
Bak tersambar petir di siang bolong. Tubuhnya Wu Ruonan luruh tak berdaya. Shen jin pun dibawa ke ruang ICU.
Disaat Shen jin mengalami kecelakaan. Di lain tempat yang sangat jauh. Di sebuah kerajaan kecil bernama Ruyi, seorang gadis yang sangat cantik, bermahkotakan burung Phoenix dan berpakaian pengantin khas Tiongkok tengah terbaring tidak sadarkan diri. Raut wajahnya sangat pucat dan terlihat ada noda darah di sudut bibir gadis itu.
Yi Xiuying adalah gadis seorang anak selir. Namun, keberadaanya tidak pernah diakui oleh para istri raja yang lainnya hanya karena selir Yi dulunya adalah seorang pelayan.
Karena sebuah kecelakaan, di saat raja tengah berbaring di kamarnya dalam keadaan mabuk, di saat itu selir Yi bertugas untuk mengantarkan makanan ke kamar raja Ruyi. Setibanya di kamar, selir Yi melihat raja sedang tertidur pulas seorang diri.
Awalnya terlihat baik-baik saja dan tampak tenang. Selir Yi meletakan minuman dan makanan kecil yang dibawanya tadi di atas meja kecil di samping tempat tidur raja. Saat selir Yi hendak melangkah, tangan selir Yi digenggam dan langsung ditarik oleh raja hingga tubuhnya terjerembab ke pelukan sang raja. Raja yang dibawah pengaruh alkohol secara tidak sadar melakukan hubungan terlarang tersebut dengan selir Yi.
Selir Yi yang diperlakukan seperti itu hanya bisa pasrah. Selir Yi menangis sesegukan di tepi tempat tidur dengan memeluk kedua lututnya. Setelah raja tersadar, begitu terkejutnya ketika mendapati seorang wanita yang tengah menangis di atas ranjangnya yang sama. Tanpa mengatakan apa pun, selir Yi segera beranjak dari tempat itu karena takut akan kemarahan raja Ruyi
Namun, dengan cepat raja Ruyi menarik tangan selir Yi. Keduanya berdiri saling berhadapan. Tetapi, selir Yi tidak berani menatap mata sang raja. Dengan penuh kelembutan, raja Ruyi mengatakan akan mempertanggungjawabkan perbuatannya tapi dengan syarat, selir Yi tidak boleh tinggal di istananya. Meskipun hidupnya terjamin, tapi raja tidak pernah sekalipun mengunjungi selir Yi sampai dia melahirkan seorang Putri hingga putrinya beranjak dewasa.
Kembali ke awal.
Tubuh Shen Jin yang terbaring, mengerakkan jari-jarinya. Dia pun meringis merasakan sakit di sekujur tubuhnya, dia perlahan bangun dan duduk sehingga mengejutkan semua orang yang ada di sana. Tiba-tiba saja, Shen Shen Jin bersendawa.
Dia mengerutkan hidung ketika mencium bau yang tidak sedap dari mulutnya sendiri. Lalu, matanya tidak sengaja melihat bercak darah yang sudah hampir mengering. Dia pun mencolek sedikit menggunakan ujung jari, kemudian mendekatkan ke hidung menghiduk aroma darah tersebut.
"Kenapa darah seperti tercampur minuman beracun?" ucap Shen Jin dalam hati. Ia sempat bertanya-tanya, mengapa bercak darah ini bisa mengandung racun. Hingga akhirnya dia pun berpikir, sepertinya Yi Xiuying pemilik tubuh sebelumnya telah di racuni.
"Ah, aku mengerti. Yi Xiuying mengakhiri hidupnya dengan meminum racun dan aku mengalami kecelakaan tertabrak mobil, mungkin tak selamat hingga akhirnya aku masuk ke tubuh Yi Xiuying ini."
Shen Jin merasa beruntung, jika ia meninggal bisa di beri kesempatan kedua untuk tetap hidup meski di dimensi ruang dan waktu yang berbeda. Tapi, ia juga sedih harus berpisah dengan orang tua yang hanya hidup seorang diri, teman-temannya dan juga karir yang sedang cemerlang itu.
"Apakah ada kesempatan aku untuk kembali? Atau aku akan terjebak disini untuk selamanya?"
"PRAJURIT, TANGKAP WANITA ITU!" seru raja Ruyi yang sudah berdiri di singgasananya.
"BERHENTI!" Shen Jin memegang kepalanya yang berdenyut. Sebuah ingatan yang bukan miliknya sedang memenuhi pikiran Shen Jin.
Yi Xiuying adalah seorang anak selir dari kediaman raja ruyi hasil dari hubungan terlarang. Meskipun seperti itu, raja Ruyi memberikan status walah hanya sebagai selir. Namun, hanya karena anak dari seorang selir, hidup Yi Xiuying selalu di rundung, dia menjadi penakut, lemah dan tidak berguna.
Sementara di mata orang-orang, Xionglue sangat berbakat, berparas cantik, lembut dan berbudi luhur. Dia adalah wanita berbakat di tanah kerajaan Ruyi.Tanggal 18 November ini adalah hari pernikahannya dengan seorang kaisar iblis dari kerajaan Bai Li Yuan, kaisar Bai Li Yuan. Shen Jin di paksa Xionglue untuk menggantikannya. Dia tidak mau menjadi korban dari keganasan sang kaisar yang terkenal kejam dan tak berbelas kasih.
Jadi, sekarang ini aku melintasi waktu?
Namun, setelah mengatakan seperti itu, dia mengambil pedang dari salah satu prajurit yang berdiri tidak jauh darinya dan menghunuskan pedang ke prajurit-prajurit yang mengepungnya. Shen Jin menatap tajam ke setiap wajah yang ada di sana.
"Ka-kamu tidak mati?" Setelah melihat adegan ini, Xionglue yang berdiri di belakang prajurit membelakan mata dengan tidak percaya, kemudian dia baru meresponnya.
"Cepat! Cepat panggil tabib, Putri Yi tidak mati, dia masih hidup!"
Namun, begitu perkataan itu di lontarkan, Shen Jin melesatkan sebuah belati yang entah kapan benda itu sudah ada di tangannya. Belatinitu melayang melewati para prajurit, Xionglue yang tidak sempat mengelak wajah cantiknya tergores.
"Xionglue, sungguh akting yang bagus!''.
Xionglue menutup wajahnya dengan ekspresi tercengang. Dia memandang Shen Jin dengan ekspresi tidak percaya.
"Ka-kamu berani melukaiku?"
"Dengan alasan apa aku tidak berani melukaimu? Meskipun statusku hanya anak dari seorang selir tapi aku berhak untuk menentukan pilihan hidup dan matiku. Kau memanfaatkan diriku untuk menggantika pernikahan ini, tapi kau sendiri yang membuatku harus meminum tonik beracun itu." Shen Jin berkata kasar membuat semua orang yang ada di tempat itu terkejut.
"Xionglue!" Melihat Xionglue dilukai seperti itu, membuat ratu Yuhe menjadi panik. Dia bergegas maju dan memapahnya.
"Xionglue, kau baik-baik saja?" Xionglue menutup wajahnya yang tergores dan menggelangkan kepala memsanga raut wajah yang menyedihkan.
Ratu Yuhe memelototi Shen Jin dengan emosi. "Dasar wanita licik. Kamu bunuh diri dengan meminum racun di hari pernikahan itu sudah merupakan kesalahan besar. Xionglue sungguh mengkhawatirkan dirimu tapi kamu malah berbuat sebaliknya. Pengawal, seret wanita licik itu ke penjara!"
Shen Jin menyeringai dalam hati, pernikahan ini di tentukan oleh kaisar tapi raja dan ratu Yuhe begitu membenci pemilik tubuh yang begitu lemah dan tidak berguna ini. Mereka yang menyebabkan Yi Xiuying harus meregang nyawa di hari pernikahannya tapi mereka berakting seolah-olah Shen Jin lah yang bersalah disini.
Begitu perintah di turunkan, para prajurit yang sejak tadi mengelilinginya langsung bergerak menyerbu Shen Jin.
Shen Jin membalikkan tubuhnya dan mencengkram salah satu leher prajurit dalam sekejap dan menekannya dengan kuat. Prajurit itu seketika memuntahkan darah segar dan tergeletak di lantai.
Kejadian itu begitu cepat sehingga membuat semua orang yang ada lokasi tidak sempat mencegahnya. Prajurit yang tersisa, melihat adegan tersebut kebingungan dan lupa bereaksi untuk sesaat.
“Menurutmu, dia tidak beruntung?” suara ibu mertuanya terdengar pelan namun penuh makna, seperti menyimpan serpihan kenangan yang tak mudah dilupakan. “Tapi menurut ibu, dia adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Meskipun awalnya tidak ada cinta di antara mereka berdua, takdir membawanya pada sesuatu yang lebih besar.”Shen Jin mengernyit, matanya menyipit seolah mencoba menafsirkan maksud di balik kata-kata itu. Ia lalu bertanya dengan nada penasaran, “Bagaimana bisa beruntung? Bukankah raja dan nona saudagar itu menikah? Lalu, di mana letak keberuntungan sang putri?”Ibu mertuanya menghela napas panjang, seakan mengumpulkan kembali potongan-potongan masa lalu yang berserakan. “Benar, mereka sempat menikah. Tapi hanya beberapa bulan setelah pernikahan itu, Nona saudagar tertangkap basah berselingkuh dengan pria lain. Sang raja murka, namun tidak menceraikannya. Ia hanya menjatuhkan hukuman kurungan di Istana Dingin—tempat yang sunyi, dingin, dan jauh dari kemewahan istana utama
Di Istana Kuning yang harum oleh aroma kue bunga plum dan cookies hangat, Shen Jin berdiri di dekat jendela, menata hasil panggangannya dengan senyum kecil. Baru saja ia hendak mengambil nampan kedua, tiba-tiba sepasang lengan hangat melingkari pinggangnya dari belakang.Shen Jin terkejut, tubuhnya menegang. Ia menoleh cepat ke samping—dan sebelum sempat berkata apa-apa, bibirnya sudah disambar oleh ciuman kilat dari Kaisar Yuan.Ciuman itu singkat, tapi cukup membuat jantung Shen Jin berdebar tak karuan.Shen Jin terbelalak. “Yua'er kueku hampir jatuh!”Kaisar Yuan tersenyum nakal, masih memeluknya. “Biarkan saja. Aku lebih tertarik pada yang manis di depanku.”Shen Jin memalingkan wajah, pipinya memerah. “Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau cookies-nya gosong.”Kaisar Yuan mendekat lagi, suaranya rendah. “Kalau gosong, kita buat lagi. Tapi kalau kamu kabur... aku tak bisa membuat Shen Jin kedua.”Shen Jin mendengus pelan, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. “Mulutmu lebih
kediaman Jenderal Tian Ming, suasana pagi di paviliun selatan tampak tenang seperti biasa. Angin berhembus pelan, membawa aroma bunga plum yang mulai mekar di halaman. Namun ketenangan itu tak bertahan lama.Ye Jinjing, calon selir sang jenderal, berdiri di balik tiang tempat tinggal Xiu Jie. Matanya menatap tajam melalui celah kayu, tempat Xiu Jie sedang berbincang akrab dengan Permaisuri Shen Jin. Tawa mereka terdengar ringan, sesekali diselingi lirikan penuh makna yang membuat dada Jinjing terasa sesak.Udara pagi masih dingin, embun belum sepenuhnya menguap dari dedaunan. Ia melangkah pelan di lorong taman istana, hanya berniat menghirup udara segar sebelum matahari naik sepenuhnya. Tapi langkahnya terhenti begitu melihat dua sosok di bawah pohon plum—tertawa pelan, bahu bersentuhan, mata saling menatap seolah dunia hanya milik mereka.Wajahnya menegang. Matanya menyipit, menahan rasa yang tak bisa ia sebutkan. Jemarinya mengepal pelan di balik lengan jubah sutranya. "Aku harus
Shen Jin berdiri mematung, matanya menatap Xiu Jie dengan sorot penuh tanda tanya. Tatapan itu tajam, dingin, dan membuat Xiu Jie merasa tak nyaman. Ia menggeliat pelan, bulu kuduknya merinding.Xiu Jie mencoba tersenyum, tapi gugupnya tak bisa disembunyikan. "Yang Mulia Permaisuri... kenapa Anda menatapku seperti itu?" tanyanya pelan, suaranya nyaris bergetar.Shen Jin melangkah mendekat, ekspresinya serius. "Berapa nomor ponselku?" tanyanya tiba-tiba. Xiu Jie mengerjap. "Eh... 852-xxxx-xxxx," jawabnya spontan."Alamat rumahku?" "Jalan Anggrek No. 17, Paviliun Selatan.""Rumah sakit tempatku bekerja?" "RS Qinglong, lantai tiga, bagian neurologi."Shen Jin terdiam sejenak. Lalu— "Aaaaaaa! Kau benar-benar Xiu Jie-ku!" teriaknya sambil memeluk Xiu Jie dengan heboh.Xiu Jie terlonjak, matanya membelalak. "A-apa?!"Dari luar ruangan, suara langkah cepat terdengar. Kaisar Jinyulong masuk dengan wajah panik. "Ibunda! Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" katanya sambil menatap ke
Langkah Xiu Jie baru saja menjejak halaman depan kediaman Jenderal Tian Ming ketika suara langkah berat dan cepat terdengar dari arah dalam. Ia menoleh, dan benar saja—Jenderal Tian Ming muncul dengan wajah tegang dan sorot mata tajam. "XIU JIE!" seru sang jenderal, suaranya menggema di antara tiang-tiang batu gerbang. Xiu Jie langsung berhenti. Ia menarik napas panjang, lalu menghela dengan malas. Matanya berputar pelan, seolah sudah tahu akan ada omelan panjang. Jenderal Tian Ming mendekat dengan langkah lebar, napasnya sedikit memburu. "Dari mana saja kau?" tanyanya tajam. "Begini caramu bersikap saat aku di medan perang?" Xiu Jie menatapnya datar. "Aku cuma keluar sebentar." "Sebentar?" Jenderal Tian Ming mengangkat alis, nadanya makin tinggi. "Baru satu malam aku tak pulang, kau sudah berani keluyuran. Apa kau pikir rumah ini bebas aturan?" Xiu Jie mengangkat bahu, setengah malas. "Aku pikir... rumah ini butuh udara segar." Jenderal Tian Ming mengerutkan kening, mena
Xiu Jie membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, tapi ia berusaha menyapu seluruh ruangan dengan tatapan lemah. Dinding kayu, aroma herbal, dan cahaya redup dari lentera membuatnya sadar bahwa ia masih hidup—meski nyaris tidak.Di sampingnya, seseorang tertidur dengan kepala bersandar di tepi ranjang. Xiu Jie menggerakkan kepalanya pelan, menatap wajah itu.Dasar Kaisar sialan... gumamnya dalam hati, kau hampir saja membuatku mati untuk kedua kalinya.Belum sempat ia mencerna semuanya, pintu terbuka. Shen Jin masuk dengan langkah cepat, membawa sebuah kotak obat berdesain ala modern. Itu terlalu mustahil di jama kuno seperti ini. "Senior!" serunya tiba-tiba, suaranya terdengar lebih kuat dari sebelumnya.Shen Jin terhenti. Matanya membelalak, seolah suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama terkubur.Xiu Jie bangkit dari ranjang, entah dari mana datangnya tenaga itu. Ia melompat ringan dan berdiri di hadapan Shen Jin."Senior! Benar ini Anda, kan?" tanyanya dengan ma







