"AAAAAAA," beberapa gadis menjerit ketakutan melihat kejadian tersebut. Mereka pun berusaha lari dari aula itu.
"Cepat lindungi! Lindungi sang raja dan Ratu," teriak salah satu Kasim yang berdiri mengadang dihadapan raja Ruyi dan beberapa prajurit lainnya melindungi ratu Yuhe yang berada tidak jauh dari Shen Jin berdiri.
Ekspresi wajah kaisar membeku. Detik kemudian dia pun memerintah para prajurit untuk menangkap Shen Jin.
"Tangkap Dia!" teriak raja Ruyi. Seketika semua prajurit bergerak ke arah Shen Jin mengelilinginya . Tatapan Shen Jin menggelap. Lalu, dia pun mulai mengayunkan pedang yang di genggamnya. Dalam pertempuran sengit itu, Shen Jin membunuh para prajurit yang ingin menangkapnya. Sebelum mereka menyentuh helai rambutnya, semua para prajurit itu sudah tidak bernyawa. Darah segar berceceran dimana-mana, sehingga membuat aula pernikahan yang seharusnya menjadi momen yang bahagia kini menjadi lautan darah.
Semua para tamu undangan berlarian kocar-kacir mencari tempat berlindung, para menteri yang memiliki mental hanya seujung kuku malah bersembunyi tanpa memikirkan keselamatan rajanya. Hanya beberapa menteri yang tersisa menjaga raja Ruyi menjadi pelindungnya.
Beberapa menit kemudian, setelah para prajurit yang di perintah oleh raja Ruyi untuk menangkap Shen Jin telah mati terbunuh, sekelompok prajurit lainnya kini semakin banyak masuk ke aula pernikahan.
Mata Shen Jin yang menggelap memandang raja Ruyi, sungguh membuat hatinya teriris melihat sang raja dengan tega ingin menghabisi nyawa putrinya sendiri.
"Sungguh membuatku muak melihat drama ini, seperti apa kehidupan Yi Xiuying sebenarnya? Tidakkah ada rasa kasihan pada gadis pemilik tubuh ini?" ucap Shen Jin dalam hati. Sangat menyayangkan sekali kehidupan di zaman kuno ini, seorang wanita tidak memiliki kebebasan dalam memilih pasangan.
Kemudian, dia melirik ke arah kanannya yang dimana ratu Yuhe dan Xionglue berada. Shen Jin melemparkan pedangnya seperti bumerang ke arah prajurit yang sedang melindungi ratu Yuhe dan Xionglue. Hanya dalam hitungan detik, beberapa prajurit yang melindungi ratu Yuhe dan Xionglue, lehernya sudah tersayat. Semua yang melihat kejadian singkat tersebut terkejut dengan aksinya itu.
Pedang yang tadi di layangkannya kembali ke tangan Shen Jin dengan sempurna.
Shen Jin menatap tajam kearah ratu Yuhe dan Xionglue yang tengah berpelukan. Dia pun melangkah mendekatinya sambil menghunuskan pedang ke leher ratu Yuhe. Tindakannya ini membuat kedua wanita itu ketakutan hingga raut wajahnya menjadi pucat.
"Xiuying, apa yang akan kau lakukan? Apa kau ingin membunuh kami? Apa kau tidak takut hukuman jika membunuh seorang ratu juga putri?" Jantung raja Ruyi berdegup kencang melihat nyawa istri dan anaknya berada dalam bahaya.
"Ayah oh maksudku raja Ruyi, sebaiknya Anda jangan sembarang bergerak jika tidak ingin melihat dua orang kesayanganmu ini mati di hadapanmu, karena bagiku itu adalah sebuah perkara yang mudah," Shen Jin tersenyum.
Mendengar perkataan Shen Jin, raut wajah Ruyi menjadi pucat. Jantungnya semakin berpacu cepat dan matanya membelalak membuat sang raja menjadi lebih murka.
"Yu Xiuying, kau begitu lancang. Apa kau ingin memberontak di keluargamu sendiri. Seharusnya kau berterima kasih pada kami yang ingin menikahkan mu dengan seorang kaisar. Apa kau mengira, setelah kejadian ini kau akan bisa lolos meninggalkan kediaman ini setelah apa yang kau lakukan," ucapnya geram.
"Aku tidak peduli!" Shen Jin tersenyum ke arah ratu Yuhe dan Xionglue, lalu memindahkan hunusan pedang kearah Xionglue dan sedikit menekan ke pipi.
"Yi-yi Xiuying, kumohon jangan membunuh kami," ucapnya lirih.
"Membunuhmu? Bagiku terlalu mudah jika melihatmu mati seperti ini,l." Shen Jin tersenyum iblis.
"Kau dan ibumu serta raja Ruyi, telah memperlakukan diriku seperti anjing peliharaan. Seberapa tersiksanya aku saat kau memaksa diriku untuk meminum sup beracun itu setiap hari dan inilah hasil yang telah kau ciptakan sebagai bahan percobaan mu," Shen Jin menekan ujung pedang itu ke pipi Xionglue dan menggoresnya tanpa rasa belas kasihan.
"AAAAAAA." Xionglue menjerit kesakitan ketika ujung pedang itu menggores pipinya. Darah segar pun mengucur dari pipinya.
"Aku membalaskan semua dendamku, mulai sekarang aku akan membalikkan semua rasa sakit yang aku rasakan berkali-kali lipat atas apa yang kau lakukan padaku dan juga ibuku." Shen Jin berpindah menggores pipi ratu Yuhe.
"AAAAA," Ratu Yuhe menjerit memegang pipinya yang sengaja di gores oleh Shen Jin.
"Xiuying, mohon ampuni kami!"
Tepat pada saat ini tekanan udara di aula mendadak dingin. Sebuah suara yang berat menembus gendang telinga Shen Jin. Kemudian perlahan terdengar di aula.
"Aku hanya terlambat sebentar, tapi sudah melewati hal semenarik ini." Suara langkah kaki yang anggun memasuki aula tersebut.
Shen Jin menengok ke arah suara tersebut dan langsung bertatapan dengan sepasang mata yang tajam bak mata elang. Nafasnya seketika berhenti.
Pria itu memakai baju pengantin dengan motif ular naga berwarna emas, di atas kepalanya mengenakan mahkota berwarna emas. Rambutnya yang putih mengkilap, begitu kontras dengan wajahnya yang begitu tampan dan menawan. Matanya yang berwarna hijau membuat Shen Jin sedikit takut.
Aula pernikahan tersebut langsung berubah hening. Semua orang yang ada disana langsung bersujud termasuk raja Ruyi dan ratu Yuhe ikut bersujud. Namun, tidak dengan Shen Jin yang terlihat biasa saja tanpa memberi hormat.
"Aduh." Shen Jing memegang kepalanya yang berdenyut, segelintir ingatan yang bukan miliknya kembali muncul.
Dalam ingatan yang bukan miliknya, Shen Jin melihat Yi Xiuying yang tidak sengaja bertemu dengan kaisar Bai Li Yuan, pemilik kerajaan Bai Li Yuan. Setelah itu, Shen Jin tidak bisa mengingat apapun lagi.
Kaisar Bai Li Yuan adalah kaisar yang memiliki wajah dingin. Menurut rumornya, setelah menduduki kursi kekaisaran dia menjadi berdarah dingin, kejam, sombong dan otoriter. Semua kerajaan yang di bawah naungannya ketakutan hanya mendengar namanya saja. Bahkan banyak desas desus di penjuru kota kerajaan, di malam bulan purnama dia akan menjadi monster penghisap darah. Setiap gadis yang dinikahinya akan mati tragis dengan luka gigitan di lehernya.
Dulu, ada seorang raja yang telah berkhianat pada kaisar Bai Li Yuan, dalam sekejap mata dia membantai seluruh anggota keluarganya. Sebelum raja itu dibunuhnya, kaisar Bai Li Yuan membunuh putri raja tersebut tepat dihadapannya, karena tidak kuasa menahan emosi dan kehancurannya raja tersebut lebih memilih bunuh diri dengan menyayat lehernya sendiri.
Sejak saat itu tidak ada berani melakukan pemberontakan dan berukuran dengan kerajaan Bai Li Yuan.
Kaisar Yuan melirik sejenak Shen Jin yang masih meringis kesakitan. Lalu, netranya mengedar melihat sekeliling tempat yang sudah di penuhi mayat. Alis kaisar Yuan menaik dan tersenyum tipis.
"Apa ini ulahmu?" tanya kaisar Yuan menatap tajam Shen Jin.
"Iya," singkatnya. Tangan Shen Jin masih memegang kepalanya yang berdenyut. Mata hijau itu menatap Shen Jin tajam dan tersenyum.
"Bukankah ini hari pernikahan nona dengan kaisar Yuan, lalu kenapa nona harus bertarung seperti ini?"
"Mereka semua yang telah memulai terlebih dahulu. " Shen Jin baru menyadari pakaian yang di kenakan oleh pria tersebut, kemudian dia pun melihat penampilannya sendiri yang memakai baju warna senada. Lalu, dia pun kembali melihat penampilan pria yang berdiri tidak jauh dari hadapannya itu.
Raja Ruyi terlihat gemetar melihat kedatang sang kaisar penguasa kerajaan siluman yang misterius itu. Dia pun langsung memohon ampunan.
"Kaisar Yuan, mohon ampuni atas sikap anak hamba yang lancang ini."Namun, kaisar Yuan tidak menggubris ucapan raja Ruyi yang masih bersujud.
Pria gempal itu, dengan mata berbinar-binar, segera menyambar kantong koin itu. Ia bahkan tak sempat menghitungnya, terlalu sibuk dengan kegembiraannya. Dengan tergesa-gesa, ia membungkuk hormat, kemudian bergegas pergi, tak berani menatap Shen Jin lagi.Perasaan Budak Wanita dan Perintah Shen JinSetelah pria gempal itu menghilang dari pandangan, suasana di Balai Anggrek kembali hening. Budak wanita itu, yang sedari tadi meringkuk ketakutan, perlahan mengangkat kepalanya. Matanya yang sembab menatap Shen Jin dengan campuran kebingungan dan rasa terima kasih yang tak terkira. Ia tak pernah menyangka akan ada orang yang rela mengeluarkan begitu banyak uang demi menyelamatkannya. Di dunia ini, nyawa seorang budak tak lebih berharga dari sehelai rumput liar."Nyonya... terima kasih," bisiknya, suaranya parau, air mata kembali membanjiri pipinya. Ia mencoba bangkit dan bersujud, namun Shen Jin dengan lembut menahannya."Tidak perlu berlutut," kata Shen Jin, sorot matanya melembut. "Bangun
Ketegangan meresap ke setiap sudut ruangan. Udara terasa berat, seolah menekan dada mereka yang berdiri di dalamnya. Shen Jin berdiri tegap, tatapannya tajam seperti bilah pedang yang siap diayunkan. "Aku tidak mau!" ucapnya dengan nada tegas, menolak tanpa ragu. "Kami sudah membayar mahal budak itu, dan kau seenaknya ingin menukarnya dengan yang lain? Jangan berharap." Tuan Yan menarik napas, bibirnya sedikit terbuka—tapi sebelum suara keluar dari tenggorokannya, teriakan lain meledak dari luar ruangan. “TUAN, TOLONG LEPASKAN AKU! BIARKAN AKU PERGI, AKU HARUS MENCARI NONAKU!” Teriakan tersebut mengalihkan perhatian Shen Jin dan yang lainnya sejenak. Dari balik pintu, seorang wanita berjuang melepaskan diri dari cengkeraman seorang lelaki tua bertubuh gempal. Tangannya terus meronta, mencoba melepaskan genggaman kasar yang menahannya. Nafasnya tersengal, tapi matanya tetap liar, dipenuhi keberanian yang tak bisa dipadamkan begitu saja.Pria itu mengeratkan pegangan, jemarinya
Ketiganya pun melangkah masuk. Namun, baru beberapa langkah, seorang penjaga menerobos keluar dengan napas tersengal, wajahnya pucat seperti telah melihat hantu. Tangannya gemetar, seolah tak tahu harus berpegang pada apa."Tu-tuan, budak itu tidak ada di kamarnya." Suaranya pecah, nyaris tercekik oleh ketakutan.Sekejap, raut wajah Tuan Yan menggelap, rahangnya mengeras, matanya menyala marah seperti bara yang baru disulut. Udara di sekelilingnya terasa lebih berat, menciptakan tekanan yang membuat sang penjaga mundur setengah langkah. Namun, belum sempat dia benar-benar menarik diri, tangan kokoh Tuan Yan sudah mencengkeram kerah bajunya dengan kuat."Apa saja yang kalian lakukan? Menjaga satu budak lemah saja, kalian tidak becus!" Suara Tuan Yan terdengar tajam, menusuk telinga seperti cambuk yang diayunkan tanpa belas kasihan.Penjaga itu mengerjap panik, tenggorokannya bergerak naik turun seperti mencoba menelan ketakutan yang menyesakkan dadanya. "Ma-maafkan hamba, ini sungguh
Seseorang yang mengintai sejak tadi kini tiba di sebuah tempat tersembunyi—di tengah hutan lebat, jauh dari desa Yueming. Pepohonan menjulang tinggi di sekelilingnya, menciptakan bayangan gelap yang mengaburkan pandangan. Angin berhembus pelan, menggoyangkan dedaunan yang berbisik di bawah cahaya bulan yang samar. Di tengah kesunyian itu, berdiri sebuah gubuk kumuh dengan dinding kayu yang lapuk dan atap yang nyaris roboh. Namun, meski tampak rapuh, pilar-pilar penyangganya masih berdiri kokoh, seperti enggan menyerah pada waktu dan cuaca yang terus menggerogotinya. "Lapor, Yang Mulia—gadis itu telah tiba di tempat pelelangan. Sepertinya transaksi akan segera berlangsung," lapor si pengintai, suaranya nyaris tenggelam dalam desir angin malam. Raja Li Wei mengangguk dengan ekspresi tegang. Matanya yang tajam menyorot ketidakpuasan, sekilas terlihat gelap oleh cahaya api yang berpendar dari obor di tangan salah seorang pengawalnya. “Kita harus segera bergegas ke desa Yueming. Tidak
Di tengah malam yang dingin, udara terasa menusuk kulit, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan bau anyir darah yang samar. Suara langkah-langkah kaki terdengar berat, seolah-olah setiap pijakan membawa beban yang tak tertanggungkan. Dalam keheningan yang mencekam, jeritan kecil pecah, melengking seperti pisau yang mengiris keheningan malam, menyayat hati siapa pun yang mendengarnya. Derit roda kereta kuda menggema, memantul di antara dinding-dinding batu yang dingin dan lembab. Kereta itu bergerak perlahan, seperti monster yang mengintai mangsanya, membawa para tahanan yang wajahnya tertutup bayang-bayang gelap. Mata mereka kosong, kehilangan harapan, sementara tangan mereka terikat erat, meninggalkan bekas merah yang menyakitkan. Para tahanan, yang akan dijadikan budak belian, kini berada dalam perjalanan menuju desa Yueming. Desa itu dikenal bukan karena keindahannya, tetapi karena kekayaan yang dibangun di atas penderitaan manusia. Lampu-lampu redup dari kereta kuda itu
Salah seorang penjaga berbadan kekar dengan wajah tanpa ekspresi mencengkeram rambut Xiu Juan dengan kasar, menarik kepalanya ke belakang hingga ia mendongak paksa. "Diam! Jangan membuat keributan, gadis kecil. Semakin kau melawan, semakin sakit jadinya." Suara seraknya bagai gerungan binatang buas.Xiu Juan merasakan air mata semakin deras mengalir. Ia menatap wajah-wajah dingin di sekelilingnya, mencari secercah belas kasihan, namun yang ia temukan hanyalah tatapan kosong dan acuh tak acuh. Di mata mereka, ia hanyalah barang dagangan, sebuah komoditas yang akan menghasilkan keuntungan bagi tuan mereka.Mereka menyeretnya keluar dari gerbang besi penjara yang berderit, menuju halaman yang gelap dan dingin. Di sana, beberapa gerobak kayu reyot sudah menunggu, ditarik oleh kuda-kuda kurus yang tampak lelah dan lesu. Bau kandang dan kotoran hewan bercampur dengan udara malam yang dingin.Xiu Juan dipaksa naik ke salah satu gerobak, terlempar kasar di antara beberapa tahanan lain yang j