Ceklek! "Kenapa kamu tidak menyentuh makanan mu, Ayana? Bryan, yang baru saja masuk ke dalam kamar Ayana, mencoba untuk bertanya kepada Ayana. Yang saat ini membuang muka, tidak ingin melihat ke arahnya.Melihat sikap Ayana, yang tidak ingin melihatnya, Bryan hanya memberi senyuman di wajahnya, dan kemudian berjalan mendekat untuk berdiri tepat di depan Ayana, yang saat ini masih mendudukkan dirinya di atas tempat tidur, tanpa ingin menoleh untuk melihat ke arah Bryan. "Ayana, makanlah! Jangan seperti ini. Aku tidak ingin jika kamu sampai sakit karena tidak ingin mengisi perutmu, ujar Bryan, mencoba untuk membujuk Ayana, yang masih tidak mempedulikan apa yang baru saja Bryan katakan.Bryan kemudian menarik meja yang berisi makanan, mendekat ke arah Ayana dan mendudukkan dirinya di atas tempat tidur berhadapan dengan Ayana. Dan mengambil piring yang berisi makanan, yang diletakkan di atas meja, untuk menyuapi Ayana. "Makalah Ayana, walau hanya beberapa suap. Jangan membuatku merasa
Melihat Ayana telah menghabiskan makannya, Bryan kemudian tersenyum menawarkan kepada Ayana, untuk menemaninya melihat-lihat diluar rumah. "Ayana, apa kau mau keluar dan melihat-lihat bersamaku? tidak baik jika kau baru saja mengisi perutmu, dan tidak melakukan kegiatan kecil setelah makan," ujar Bryan yang berdiri di hadapan Ayana.Ayana melihat ke arah Bryan, yang saat ini berdiri di hadapannya. Terdiam sejenak, Ayana berpikir apa dia harus kembali menerima tawaran yang diberikan Bryan kepadanya, itu sama saja jika dia perlahan mulai memaafkan Bryan. Tetapi jika Ayana menolak tawaran Bryan, Ayana mungkin tidak dapat melihat, seperti apa rumah yang dia tempati saatnya.Memikirkan itu, Ayana kemudian mengangguk mengiyakan ajakan Bryan, yang membuat Bryan mengukir senyuman di wajahnya, melihat jawaban Ayana. "Baiklah Ayana, kalau begitu kita keluar bersama, aku akan menunjukkanmu sebuah taman bunga yang begitu cantik di kediaman ini," Bryan yang kemudian berjalan keluar kamar, diiku
"Tuan..!" Asisten Davin, terlihat datang menemui Bryan, karena ingin mengatakan sesuatu.Melihat itu Bryan kemudian melirik ke arah Arini kembali, dan memintanya untuk kembali ke kamar."Ayana, kembalilah beristirahat di kamarmu, kita akan bicara lagi nanti."Bryan meminta kepada Ayana, untuk kembali masuk ke dalam kamarnya, karena tidak ingin meninggalkan Ayana sendririan di taman Namun, Ayana menolak dengan menggelengkan kepalanya. "Bryan9 aku masih ingin di sini, jika kau ingin pergi dan berbicara dengannya. Pergilah, tetapi aku masih ingin di sini," Ayana terlihat memohon sembari menatap ke dalam mata Bryan. Melihat itu, Bryan tidak lagi meminta Ayana, untuk masuk ke kamarnya dan hanya mengangguk sebelum meninggalkan Ayana. "Baiklah, jika kau lelah kembalilah untuk beristirahat di kamarmu. Aku akan kembali datang untuk menemuimu," ujar Bryan, kemudian melangkah pergi menuju ruangannya, bersama dengan asisten Davin, yang ikut melangkah di belakangnya.Ayana hanya menatap ke ara
Ayana tertidur lelap semalaman, mungkin karena merasa lelah beberapa hari mencoba untuk menghindar dari Bryan, hingga tidak menyadari dirinya tidur begitu lama. Ayana bangun saat menyadari jika perutnya merasakan sakit akibat rasa lapar yang menyerangnya.Ayana mengingat jika dirinya hanya ingin tertidur sebentar dan tanpa menyadari jika dirinya tertidur lebih lama. Di tempat tidur Ayana merasakan sesuatu berat di atas perutnya, kemudian berbalik untuk melihat jika di belakangnya saat ini Bryan tengah tertidur sembari memeluknya.Jelas saja membulatkan mata melihat perlakuan Bryan yang berani memeluknya. Segera Ayana membuang tangan Bryan yang masih memeluknya, dengan perasaan terkejut menatap ke arah Bryan.Bryan, yang merasakan pergerakan Ayana yang berbaring di sampingnya, perlahan membuka matanya sembari tersenyum saat melihat tatapan mata Ayana yang terlihat tidak menyukai kehadirannya."Brian, apa yang kulakukan di kamarku!" Ayana menatap terkejut saat mendapati Bryan tertidur
"Tutup mulutmu, Ayana! Lebih baik kau diam, jangan pernah mengatakan sesuatu seperti itu padaku. Asal kau tahu Ayana, aku sangat membencimu! Dan berharap agar kau segera lenyap dari dunia ini, agar Bryan bisa menjadi milikku seutuhnya!" dengan menatap marah, Ayana. Nina menyadari apa yang baru saja dia katakan pasti membuat Ayana tidak menyangka, jika selama ini Nina sebenarnya tidak pernah menyukainya, apa lagi menginginkannya sebagai saudara.Nina sangat menyukai tatapan mata Ayana, yang menatapnya dengan raut wajah yang terkejut, setelah mendengar apa yang baru saja, Nina katakan. Ayana sepertinya tidak menyangka, dengan apa yang baru saja dikatakan Nina. Matanya masih menatap lurus kearah saudarinya, Nina. Ayana tidak menyangka jika Nina ternyata begitu sangat membencinya, dan selama ini menaruh dendam kepadanya. Karena menyukai tatapan Mata Ayana yang terlihat terkejut, saat mendengar apa yang baru saja dia kakatakan, Nina dengan senyum di wajahnya mendekat kearah Ayana dan kem
Nina kembali ke hotel untuk beristirahat setelah dia berhasil menemui, Ayana. Namun Nina harus kembali merasa kecewa, karena kedatangannya yang menemui Ayana untuk memperingati Ayana, malah membuatnya mendapatkan kejutan dari sikap Ayana yang berani membantahnya. "Brengsek kau Ayana! Beraninya kau melawanku dihadapan semua orang. Lihat saja Ayana, apa yang akan aku lakukan ke padamu, Aku harap kau tidak menyesalinya," Nina mengepalkan tangannya kuat, dengan menggeram marah, saat memikirkan rencananya menemui Ayana untuk memintanya menjauh dari Bryan, tidak berjalan lancar.Nina tidak mengetahui, jika setelah 2 tahun tidak bertemu dengan saudari kembarnya, Ayana. Ternyata memiliki banyak perubahan, terutama dari sikapnya saat berbicara dengan Nina, jika dulu Ayan akan lebih banyak memilih untuk mengalah ke padanya, berbeda dengan sekarang, dimana Ayana, lebih berani untuk melawannya, itu cukup membuat Nina terkejut, pasalnya Nina tidak menyangka jika Ayana bisa berubah secepat itu.Ni
"Ayana, apa benar yang dikatakan para guru, jika seorang wanita Baru saja datang memarahimu karena mengaku telah suaminya kau rebut," Mita yang juga bekerja di tempat yang sama bersama dengan Ayana, menatap tanya kepada sahabatnya itu.Mita merasa khawatir setelah mendengar beberapa gosip yang beredar di sekolah, yang dikatakan oleh para guru, jika Ayana telah menjadi selingkuhan dari seorang pria beristri, dari seorang wanita yang begitu cantik yang membuatnya segera menemui Ayana. Berdiri di depan Ayana, Mita masih menunggu jawaban dari Ayana untuk menjelaskan berita yang beredar di dalam sekolah, jika berita itu tidaklah benar."Mita, apa kau percaya dengan apa yang mereka katakan? Dan apa kau tahu siapa wanita yang datang dan hampir saja memukulku," tanya Ayana yang berbalik bertanya kepada sahabatnya Mita. Yang selama ini membantunya setiap kali Ayana dalam masalah."Aku tidak tahu Ayana siapa wanita itu Ayana, maka dari itu aku bertanya kepadamu. Siapa wanita yang mengaku suami
"Bryan, Apa yang kau lakukan di sini? bukankah kau seharusnya bekerja, untuk apa kau datang menjemputku! Ayana mengerutkan keningnya. "Dan kenapa kau tidak menyuruh asisten Davin, untuk datang menjemput ku," Ayana yang melihat kedatangan Bryan, yang menjemputnya di depan sekolah tempatnya mengajar, tentu saja merasa terkejut melihat kehadirannya. Ayana tidak ingin jika beberapa rekan guru yang melihat kedatangan Bryan menjemputnya, dapat mengenalinya dan membuatnya kembali menjadi bahan perbincangan di sekolah. Sudah cukup kejadian beberaa saat yang lalu, di mana Nina datang dan memulai pertengkaran dengannya. Jangan sampai dengan kehadiran Bryan yang datang ke tempatnya mengajar, membuatnya kembali mendapat masalah dari kelakuan Bryan. "Kenapa Ayana? Apa kau tidak berharap jika aku yang datang menjemputmu," Bryan terlihat mengerutkan keningnya setelah mendengar jawaban Ayana, yang menatap tidak suka saat melihat kehadirannya, yang sengaja dia luangkan waktu untuk datang menjemput Ay