LOGINErwin tahu kalau kekasihnya itu sangat cantik. Bahkan tanpa make up sekalipun ia sudah tampak cantik dan menggairahkan.Tapi ia tidak menyangka setelah di make over dan mengenakan dress dari Vania, Caca tampak menarik dan lebih dewasa. Terkesan anggun dan eh .. seksi.Biasa disebut sebagai Polar Midi Dress dengan material premium cotton tami, yang berwarna biru muda sesuai dengan kemeja yang Erwin pakai, juga potongan dada yang sedikit rendah membuat dada Caca terlihat penuh dan membuat Erwin menelan saliva-nya dengan kasar. Karena sesuatu dibawah sana, mulai menggeliat naik. Sehingga Erwin harus menenangkan dirinya sendiri."Winnnn!!! Caca-nya sudah siap." teriak Vania dengan usil, ia tahu kalau Erwin terpana dengan apa yang tersaji di hadapannya itu. Caca yang biasanya tampil tanpa make up sekarang memakai make up natural yang membuatnya tampak cantik dan anggun."Oh e hmm cantik!" kata Erwin berlawanan dengan apa yang diomongkan oleh Vania. Dia terlanjur terpesona dengan calon istr
Bisa dibilang kecantikan dari Calista itu membuat Erwin tidak pernah bosan untuk menatapnya. Walaupun terlihat sederhana namun sungguh enak dipandang mata.Tapi dilihatin begitu terus menerus membuat Caca menjadi risih sehingga dia menegur Erwin dan berkata, "Kenapa sih ngelihatinnya kayak gitu, ayo fokus nyetirnya!" kata Caca dengan wajah memerah. “Aku sedang menatap bidadari, masa tidak boleh sih?”Eh wanita itu kalau digombalin seneng kan? Begitu pula dengan Calista, ia bahagianya kayak terbang ke langit ke 7.“Yang fokus nyetirnya, jangan rayuannya saja yang difokusin.”Calista berusaha mengingatkan Erwin supaya lebih fokus melihat jalan daripada hanya sekedar melihat dirinya terus-menerus."Iya tuan putri. KIta mampir ke PI mall dulu ya, aku mau menemui teman." kata Erwin yang sekarang fokus dengan jalanan di depannya."Cowo apa cewe?" tanya Caca secara langsung tanpa berpikir."Cewe!" sahut Erwin singkat."Oh!!" Caca hanya menjawab singkat dan membuang wajahnya ke arah jendela
Akhirnya tiba saat weekend. Dimana untuk pertama kalinya Erwin benar-benar menantikan saat ini tiba. Biasanya meskipun weekend Erwin tidak akan peduli karena yang dia pikirkan hanyalah bekerja dan bagaimana dia bekerja dengan penuh dedikasi. Bahkan dia tidak memiliki waktu untuk memikirkan dirinya sendiri.Untuk pertama kalinya weekend merupakan hari yang ditunggu tunggu oleh Erwin, karena hari ini ia janji bertemu dengan maminya Caca. Lebih tepatnya Erwin akan bertemu dengan keluarga besar dari Caca, untuk meminang secara langsung Caca kepada orang tuanya.Karena ingin memberikan first impression yang terbaik maka persiapan untuk kesana bener bener dipikirkan oleh Erwin. Maklumlah ia ingin menggaet perhatian sang calon mertua, dan juga keluarga besar dari Caca. Tentu ia ingin memperlihatkan yag terbaik. All out lah, kata anak jaman sekarang. Jadi mulai dari penampilan, apa yang akan dibawa oleh Erwin juga merupakan hal yang sangat dipikirkan oleh laki-laki itu."Win, kamu sudah siapi
"Mas, sumpek nih! Geseran dikit duduknya ngapa? Kan masih banyak tempat!" seru Caca yang sewot karena tubuhnya yang mungil dipeluk erat oleh mas Erwin-nya itu.“Biarin gini dulu ya sayang! Gak tahu kenapa tadi aku takut banget, ”kata Erwin tanpa mau melepaskan pelukannya sama sang pujaan hati."Emang takut apa?" tanya Caca heran."Takut kamu meninggalkan aku,"kata Erwin sambil masih terus memejamkan mata menghidu aroma manis dari tubuh Calista nya itu."Aku??""Iyalah, siapa lagi calon istri aku kalau bukan kamu,"sahut Erwin dengan sedikit sewot."He he he ya maaf, aku tadi bener bener kepikiran sama kinerja aku yang jauh banget sama kamu jadinya bete,"kata Calista dengan malu-malu. Sejujurnya wanita itu tidak nyangka kalau Erwin sampai segitu bucinnya."Lain kali kamu bisa diskusikan itu sama aku jadi kamu gak kepikiran berlebihan kayak tadi. Bikin aku senewen aja!"gerutu Erwin dengan nada kesal. Tapi dia sangat bersyukur karena ternyata Calista bukan ingin meninggalkannya."Aku??""
Sementara di apartemen Belleza, Caca baru saja makan malam. semua makanan yang di belikan oleh Rein disikat habis oleh Caca seorang diri."Hah! Kenyangnya.Pasti nanti Shania sewot dengan makanan yang sudah habis ini." monolognya sambil terkekeh geli. Ia mengusap perutnya yang membuncit. Bak ular yang habis memakan mangsanya.Ia langsung membereskan bekas bekas makanannya dan ingin segera bersantai di kasur yang nyaman dan mungkin langsung molor setelah makanannya tercerna dengan rapi di perutnya.Saat ia sedang bersandar di headboard kasurnya yang nyaman, tiba tiba ponselnya berdering dan tampillah nama pak Arya CEO di sana.Caca heran dengan hal itu, perasaan tadi gak ada pekerjaan tertunda yang belum ia kerjakan di kantor, ia berusaha membereskannya karena ia tidak mau dianggap tidak bisa menyaingin pak Erwin yang selalu sempurna sebagai seorang kepala HRD."Iya halo Pa!" kata Caca setelah mengangkat sambungan ponselnya."Halo, Ca! Ini papa, papa bukannya bermaksud ikut campur. Tapi
Kringg… kringg …Bel apartemen berbunyi.Shania sudah turun ke bawah setelah dijemput oleh Reino, jadi praktis hanya dia sendiri yang ada di apartemen.Akhirnya dengan kesal Calista membuka pintu apartemen Shania. Ternyata yang datang adalah makan malam yang dijanjikan oleh Shania kepadanya. Matanya membulat tak percaya melihat banyaknya makanan yang di belikan Shania kepadanya. Dia merasa beruntung memiliki sahabat seperti Shania.Tiba tiba ada pesan singkat yang masuk ke ponselnya. "Itu makanan kita buat seminggu, jangan dihabisin semua." hilanglah rasa beruntung yang tadi dipikirkan oleh Calista mengenai Shania. Dia langsung auto membalas."Kalau gak ikhlas beliin makan, ga usah saja!" katanya sewot dalam pesan singkat itu.Tiba tiba ponselnya bergetar tanda ada telepon atau pesan singkat lagi.Ternyata panggilan video dari Shania masuk. Ketika ia swipe terima panggilan tiba tiba suara tertawa ngakak tak berakhlak terdengar di telinganya."Kamu sensi amat sih, bebb!!" kata Shania







