Beranda / Rumah Tangga / ISTRI MUDA / Ganteng-ganteng Nyebelin

Share

Ganteng-ganteng Nyebelin

Penulis: nonakwon
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-22 16:00:44

Aku mengeraskan suara headset ku saat ibu masuk ke dalam kamar. Sembari bermain game di laptop, aku melihat dari sudut mataku, ibu sedang menggelengkan kepalanya prihatin.

"Mel!"

Ibu menarik headset ku sambil menepuk kepalaku lembut.

"Udah mandi?"

"Udah," jawabku irit.

"Udah salat?"

"Kan libur buk," jawabku, masih fokus ke layar laptop.

Setelah kejadian tadi, aku langsung tidak mood untuk melakukan apapun. Termasuk turun untuk makan malam atau bahkan membalas pesan mas Adi yang terus memintaku untuk membalas pesannya. Kata orang, aku cepat sekali berubah moodnya saat sedang datang bulan. Meskipun ada hal-hal yang kusukai, jika moodku buruk karena sesuatu hal, maka semua itu tidak ada artinya. Tidak ada obatnya. Dan yang bisa kulakukan hanyalah menunggu sejam atau dua jam menenangkan diri hingga moodku kembali. Seperti yang kulakukan sekarang ini.

Ibu cengengesan, "Oh iya. Ibu lupa. Terus..nggak ke bawah gitu?"

Aku menoleh ke arah ibu. Mengeryitkan dahi karena bingung dengan pertanyaan ibu barusan.

"Ngapain Mela ke bawah? Tamunya udah pulang?"

"Belom sih. Kamu nggak mau kenalan dulu gitu sama —"

"Iish nggak mau buk. Mau ngapain? Mela masih dongkol sama dia," protesku. Keras.

Ibu menepuk bahuku sambil memijit bahuku. Tumben. Pasti ibu ada maunya nih.

"Ke bawah gih. Nak Aiman mau ngomong. Dia mau minta maaf soal tadi."

Tadi ibu panggil dia pak. Sekarang jadi nak. Memangnya dia berubah jadi Conan apa yah? Kembali menyusut dari om-om menjadi bocah? — gumamku.

Aku semakin curiga, "Nggak mungkin cuma karena itu. Pasti ada hal lain. Iya kan buk?"

Ibu gelagapan. Ia bergeser dari sisiku sambil menyapukan punggungku lembut.

"Nggak ada kok Mel. Ibu disuruh bapakmu ini. Kamu turun yah. Nanti bapak marah, loh."

Tak lama ibu keluar dari kamarku. Meninggalkan rasa penasaran yang tiba-tiba muncul dibenak ku. Ada apa sampai bapak juga ikut campur? Apa mentang-mentang tamunya polisi jadi bapak mau minta aku kenalan dengan dia?

Karena tidak mau menambah dosa apalagi tak mendapat restu ke Jakarta karena membangkang, akupun menuruti permintaan ibu untuk turun ke ruang tamu. Begitu sampai di sana, aku tak lagi melihat batang hidung pria tadi. Mungkin sedang di luar karena aku bisa mendengar suara ibu dan bapak di teras. Aku melesat ke dapur dan bermaksud pergi ke kamar mandi. Pintu tidak terkunci jadi kuasumsikan bahwa tak ada orang di dalam. Kamar mandi memiliki dua akses, satu lagi adalah pintu menuju wilayah buang air besar. Sedangkan di luarnya area mesin cuci dan bak mandi besar. Sampai di depan bak, aku segera menurunkan celanaku sampai seseorang berdeham di belakang punggungku.

Aku berbalik dengan jantung yang berdebar kencang. Kata ibu, di belakang kamar mandi ini memang angker karena ada sumur tua yang dulu buyut buyutnya buyutku pernah masuk ke dalam sumur dan tewas. Katanya lagi arwahnya sering ada di dalam kamar mandi. Selama ini aku tak mau percaya dengan cerita - cerita legenda seperti itu, tapi kali ini... aku bahkan baru saja mendengar suara air dan dehaman seorang pria di belakang.

Perlahan aku mencoba menoleh.

Begitu aku berbalik, seorang pria tinggi tampak mematung di tempatnya. Aku merasa pernah melihatnya. Dan benar saja..dia si tamu bapak!

"Aaarrrrghhh!"

Pria itu..pria itu ada di dalam WC dan melihatku sedang —

"Tidaaaak!"

#

"Saya minta maaf pak. Itu tadi —"

"Kalau pakai kamar mandi dikunci dong!" tukasku. Memotong penjelasannya pada bapak.

"Mela!"

Ibu mencubit pahaku. Selama kami berkumpul di ruang tamu dan membicarakan hal ini, tak ada siapapun yang membelaku. Semua menyalahkan ku karena main masuk saja ke kamar mandi. Padahal sudah jelas kalau ke kamr mandi harusnya dikunci. Bukan malah sebaliknya. Kenapa sih...semua jadi kacau karena om - om sompret ini?

Mulutnya saja yang bilang maaf dan merasa bersalah. Aku yakin dia tidak semenyesal itu!

"Bapak nggak mau bahas ini lagi deh pokoknya dua-duanya saling minta maaf saja," pesan si bapak yang berharap aku menerima uluran tangan Om mesum itu.

Aku masih mempertahankan tekadku untuk tidak memaafkan. Sampai ibu menyadari sikap anaknya ini. Jadi ibu menarik tanganku agar menyambut uluran tangan Aiman yang sudah kuanggurin sejak tadi.

Maaf pak. Saya sudah kehilangan respect dengan anda. Kupanggil dia nama tanpa embel-embel apapun jika bicara di dalam hati.

"Nggak baik musuhan —" tutur ibu, maksa.

Om terkampret ini tersenyum datar lalu berucap maaf.

"Saya minta maaf. Untuk kejadian tadi dan yang baru saja terjadi. Maafkan saya, Mel."

Harus kuakui, sorot matanya tampak menyesal. Tapi aku tak bisa dibohongi. Aku yakin dia tak sepenuhnya tulus.

Aku berdeham lalu cepat-cepat menarik tanganku. Entah aku sudah memaafkannya atau tidak, yang jelas aku ingin hapuskan semua ingatan buruk ini.

"Kalau begitu, saya ijin pamit pak, buk."

"Kok buru-buru banget," cegah ibu yang langsung mendapatkan tatapan sinis dariku. Tapi namanya juga ibu, mana peduli.

"Iya..takut yang di rumah nungguin."

Baguslah. Akhirnya dia ingat juga untuk pulang! - dengusku dalam hati.

Bapak dan ibu selesai berbasa-basi, Aiman pun melangkahkan kakinya keluar rumah. Dan tentu saja, aku tak ikut sibuk mengantarkannya ke depan rumah.

Saat aku sibuk membereskan bekas hidangan di atas meja, tak lama suara mobilnya berderu. Itu tanda bahwa pak polisi tadi sudah beranjak pergi meninggalkan rumah ini. Aku berdoa semoga saja tidak bertemu dengannya lagi. Kalaupun dia datang, sebisa mungkin untuk tidak bersinggungan dengannya. Biarlah aku mendekam di kamar sampai dia pulang. Aku tak Sudi bertemu muka dengannya yang telah membuat preman gang manis ini merasa dipermalukan.

"Nggak makan Mel?" tegur ibu yang tiba-tiba sudah ada di belakangku.

"Nanti buk."

"Kasihan itu nak Aiman. Dia bingung mau titipin anaknya kemana pas dia dinas besok."

Aku mendengus tanpa diketahui ibu. Aku pura-pura tak peduli dengan mengalihkannya pada kue basah yang tak tersentuh oleh tamu tadi. Kenapa mesti dikasihani? Di bagian mana pria itu harus dikasihani?

"Lah kan ada biniknya," ujarku spontan.

"Udah nggak ada. Dia kan duda."

Aku ber-oh ria di dalam hati. Duda-duda tapi nyebelin. Kudoakan tak ada yang mau dengannya!

"Jadi tadi dia datang mau bilang titip anaknya sama kamu. Dia bilang —"

Spontan aku menjatuhkan piring melamin yang kuambil dari rak piring. Cobaan apa pula ini? Jadi ini kenapa ibu dan bapak mesam mesem sejak tadi?

"Kok ambil keputusan sendiri sih buk? Memangnya dia siapa pake nyuruh Mela jagain anaknya?!" protesku yang langsung disahut oleh bapak yang juga ikut datang masuk ke dapur mengambil piring.

"Dengerin ibumu selesai ngomong dulu."

"Bapak juga setuju?"

"Cuma dua hari Mel. Asistennya pulang kampung karena orang tuanya ada yang kena covid. Di sini dia nggak ada saudara. Jadi titip ke sini karena anaknya yang minta ke sini."

Aku semakin mendelik. Kapan pula aku bertemu dengan anaknya? Bah! Tapi sedetik kemudian otakku bekerja. Sekarang aku tahu siapa anak yang ibu maksud.

"Anaknya pak Aiman yang kemarin nyasar ke sini?"

"Nah itu tahu! Biarin aja Mel di sini. Kasihan juga liatnya."

"Nggak ah! Ini nggak adil! Kenapa nggak minta pendapat Mela dulu! Pokoknya Mela nggak mau! Titik."

Lagi..moodku memburuk. Aku pikir ini childish. Tapi terserahlah! Aku hidup di negara demokrasi. Pastinya aku berhak bersuara! Tidak akan kubiarkan diriku ditindas semena-mena. Apalagi oleh Om sompret itu!

Tapi itu kata-katku kemarin malam. Begitu bocah itu datang ke rumah ke esokan harinya, aku malah lupa dengan segala kekesalanku pada bapaknya. Sambil mengapit boneka kelinci, Galaxy Andromeda — mendekatiku sambil tersenyum begitu lebar. Ia bahkan minta digendong olehku yang masih ogah-ogahan. Tapi aku tetap menuruti permintaannya seolah terhipnotis dengan pesona anak laki-laki ini. Bapaknya diam memperhatikan dengan tatapan yang tak dapat ku artikan.

"Kak..ajalin Gala main layangan. Yah."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI MUDA   Janda Pirang

    Perdebatan diantara keduanya masih berlanjut. Aku dan Gala memilih diam sambil mendengarkan suamiku dan mantan istrinya saling membahas masa lalu.“Enggak bisa. Kamu nggak bisa ikut.”“Kenapa nggak boleh sih, Mas? Kalau kalian pergi, terus aku gimana? Aku kan mau main bareng Gala hari ini.”Yeu…makannya ngasih kabar. Biar situ nggak sia-sia datang ke sini, batinku.“Makannya kamu ngasih kabar dulu. Jadi kamu nggak sia-sia datang ke sini,” tukas Aiman dengan nada tegas.Eh eh…..tumben kita kompak?“Ya….aku kan mau kasih surprise ke anak kita. Lagian kalau aku ikut juga nggak akan ganggu kok. Anggep saja aku nggak ada.” Susan masih bersikeras dengan kemauannya.Dia sengaja menekan kata ‘anak kita’ sambil menoleh padaku. Tak sengaja pula kuputar bola mataku – jengah padanya setelah mendengar janda pirang satu itu tengah tebar pesona. Entahlah. Aku menganggapnya seperti itu. Mungkin karena sesama wanita yah jadi aku bisa membaca tingkah lakunya yang tak biasa.Susan berdandan dengan supe

  • ISTRI MUDA   Berbaikan

    “Mama udah sehat?” tanya Gala begitu ia keluar dari kamarnya.Dengan piyama dinasaurus hijau kesukaannya, Gala datang memelukku yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga kecil ini. Lebih tepatnya sih memanaskan makanan yang kemarin dibawa ibu mertua dan kakak ipar.“Lumayan. Gala sikat gigi dulu sana, habis itu bangunin papa terus kita sarapan.”“Papa sama mama udah nggak berantem, kan?” tanya Gala dengan tatapan memelas. Aih…apa dia masih kepikiran soal kemarin? Untung saja Gala nggak cerita soal pertengkaran kami pada Oma dan tantenya kemarin. Kalau tidak, mungkin kami sudah di sidang selama berjam-jam.Aku terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir mungilnya itu. Well….aku tak bisa bilang bahwa kami sudah baik-baik saja. Justru tadi malam terjadi hal yang membuatku tercengang sampai-sampai om sompret itu ingin kutelan hidup-hidup.Setelah kejadian tersedak itu, Aiman mulai bertingkah aneh. Atau mungkin sebenarnya sudah aneh sejak aku sakit beberapa hari yang lalu. Ai

  • ISTRI MUDA   Aiman Berulah

    Note : Maaf ya gak bisa tepati janji buat double up. Karena aku juga nulis di tempat lain dan itu keteteran. Jadi aku update sehari sekali aja yah. Mianhe===Siapa yang tidak terkejut setelah mendengar pengakuan Aiman tentang status kami?Bagai petir di siang bolong, aku sumpahin giginya Aiman ompong!Tanpa babibu, aku langsung mendorong Aiman menjauh dari pembicaraan ini. Tapi apalah daya, tenagaku tak cukup kuat untuk mendorongnya yang memiliki tubuh atletis bak binaragawan yang pernah ia pamerkan padaku di malam pertama kami tinggal bersama.Akhirnya….aku hanya bisa misuh-misuh padanya sambil menyipitkan mata.“Mau kamu apa sih! Lagi-lagi keluar dari perjanjian!”“Perjanjian apa?” balas Aiman ikut berbisik.“Kan aku ngasih syarat ke kamu….jangan sampai status aku terbongkar di kampus!““Mel,” panggil kak Rendi yang tanpa sadar sudah kubuat seperti emping kering karena kelamaan dijemur.Tanpa sadar aku sudah menatap kak Rendi dengan pandangan iba, “Kak! Ini tuh –““Kamu nggak usah

  • ISTRI MUDA   Ngajak Komitmen

    Setelah berbulan-bulan di Jakarta, baru kali ini aku sakit.Ibu bilang, badanku ini penuh dengan zat besi, kalsium, vitamin dan segala macam karena ketangguhanku yang tak mudah sakit sejak kecil. Di saat anak-anak dulu sakit berjamaah terserang demam, cacar, campak dan segala macam, aku malah sehat walafiat karena imun yang kuat. Mungkin pernah beberapa kali kurang enak badan, namun pada akhirnya aku pasti lekas sembuh sampai tak perlu pergi ke klinik.Mungkin musim dan udara di Jakarta kurang cocok denganku. Buktinya… aku terserang penyakit yang bernama meriang hampir selama dua hari.Aku terserang batuk dan juga demam. Alhasil, aku tak bisa melakukan rutinitas seperti biasa termasuk menyiapkan keperluan Gala dan bapaknya.KLONTANG!Suara nyaring dari dapur terdengar begitu jelas. Aku yang berada di dalam kamar sambil selimutan pun terpaksa harus bangun karena suara berisik yang sejak tadi terdengar di area dapur.Itu bapak sama anak lagi eksperimen apa sih di dapur? Ngerakit bom kal

  • ISTRI MUDA   Sakitnya Tuh Di Sini!

    “Pacar? Emang kamu udah punya pacar?”Oooh! Ngeremehin ane rupanya?“Ya ada dong! Emang kamu aja yang boleh pacaran sama si tepos?”Aiman menaikkan sebelah alisnya.“Baru beberapa bulan kuliah, jangan pacaran dulu! Nanti aku laporin ke bapak kamu!”“Ishh mentang-mentang polisi mainnya lapor-laporan. Aku juga bisa…laporin kamu ke mama!”Aiman mulai komat-kamit seperti mbah dukun. Daripada aku semakin kesal karena terus menghadapinya, akupun beranjak pergi sambil menutup pintu cukup kencang di hadapannya. Tak lama Aiman menyusul sambil bertolak pinggang.“Mel! Saya belum selesai bicara!“Aku mengabaikannya dengan terus berjalan keluar rumah. Terlihat di luar pagar, kak Rendi menungguku muncul dengan senyuman yang selalu terlihat tulus daripada om sompret yang ada di belakangku itu. Dengan mobil antiknya, kak Rendi menghampiriku untuk membawakan tas ransel yang cukup padat isinya itu.“Kayak mau minggat aja Mel,” celetuknya yang sama persis seperti ucapan om sompret.“Kok kalimat kalian

  • ISTRI MUDA   Aku Hanya Ibu Sementara

    Aiman keluar dari mobil setelah memutarinya.“Gala –““Oh….jadi ini tugas pentingnya sampai lupa buat jemput anak?”Mendengar ocehanku, Aiman menepuk keningnya sambil berlutut di depan anaknya untuk meminta maaf.“Maafin papa yah. Papa lupa dan hp papa lowbet lupa di cas.”“Hp mama juga lowbet, tapi mama inget Gala,” balas Gala yang membuatku cukup tercengang. Aku pikir Gala bukan anak yang suka membalas ucapan papanya. Ternyata dia cukup cerdas untuk menjawab.Bagus Gala! Marahin aja papa kamu itu!“Gala – maafin papa yah.”Gala memalingkan wajahnya sambil melipat kedua tangannya di dada. Selama Aiman tengah membujuk putra semata wayangnya, aku tengah awasi betina bernama Raline yang pernah meremehkanku karena tak pantas menjadi istri Aiman. Di dalam mobil ia terus berdiam diri sambil memperhatikan ayah dan anak tersebut. Sesekali pandangan kami bertemu namun dengan cepat dia memalingkan wajahnya.Dih! Pant*t tepos aja sok banget! Omelku dalam hati.“Makannya inget anak sama istri di

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status