"Aku berangkat dulu," pamit Yakub pada Yasmine setelah mereka pergi sarapan di luar. Yasmine tanpa mengambil tangan Yakub langsung keluar begitu saja dari mobil Yakub. Yakub hanya menghela nafas panjang. "Jalanku akan benar-benar sulit untuk mendapatkanmu kembali, Yas," gumam Yakub sambil memandang punggung Yasmine yang perlahan menjauh dari pandangan matanya. Yakub benar-benar meninggalkan depan rumahnya ketika Yasmine sudah masuk ke dalam rumah. Yasmine sendiri masuk ke dalam rumah, masuk ke dalam ruang tamu. Tak peduli dengan keberadaan dua orang di ruang tengah yang sedang asik menonton TV sambil bergosip. Yasmine sendiri juga tak berminat berada di dalam rumah. Hari ini dia sudah bertekad untuk melakukan misinya. Yasmine mengepak barang dan dokumen penting yang sayangnya semua ada di kamar Yakub. Jadilah Yasmine harus ke kamar Yakub untuk mengemas dokumen penting miliknya. Yasmine keluar dari kamarnya, lalu saat tangannya menyentuh handle pintu, suara teriakan di belakang tub
"Akh!" jerit Yasmine ketika kepalanya terantuk jok depan dengan cukup keras efek dari sopir yang mengerem mendadak tapi tetap tak menyelamatkan mereka dari tabrakan. Seorang laki-laki penuh tato dan berbadan besar keluar dari mobil ungu. Dia membuka paksa pintu penumpang dimana Yasmine duduk. Brak brakLaki-laki itu menggedor. "Jangan buka, Mbak!" perintah sopir. "Telepon polisi!"Si sopir memberi perintah sambil dirinya sendiri menelepon polisi. Yasmine dengan ketakutan meraih ponselnya lalu mencari nomor polisi. Saking takut dan paniknya Yasmine, Yasmine sampai tidak tahu berapa nomor gawat darurat. PraaangSuara kaca pecah membuat jeritan Yasmine melengking keras. "Tolong! Tolong!" jerit Yasmine. "Diam! Atau kubunuh kau sekarang!"Warga yang melihat ingin membantu tapi ngeri dengan parang dan senjata tajam lain yang dibawa orang gempal itu. Kemudian keluar lagi yang lain membawa senjata tajam dan api membuat warga mundur teratur. "Ikut atau kubunug!" Ancam preman itu. Ya
"Yasmine, kau sudah sadar?" tanya seorang laki-laki yang duduk sambil menggenggam tangan Yasmine. Yasmine mengedipkan matanya beberapa kali. Matanya menatap ke sekelilingnya. Bukan rumah sakit sepertinya. Ini kamar, tapi kamar siapa? Yasmine menggerakkan tangan kanannya, ingin menyentuh kepalanya tapi ada rasa nyeri sedikit, rupanya tangannya diinfus. "Dimana ini?""Di rumah."Yasmine menoleh ke arah kirinya. Ada Bima, laki-laki yang masih menggenggam tangannya. "Aku panggil dokter."Bima melepaskan tangan Yasmine dengan hati-hati lalu memanggil dokter keluarganya. Dokter masuk bersama dengan Bima. "Selamat sore, Nyonya. Saya dokter Anti."Yasmine tersenyum. Anti adalah teman SMAnya. "Aku tahu.""Aku pikir kamu lupa.""Tidak, mana mungkin aku lupa dengan idola SMA HARAPAN?""Akh kamu ini, selalu merendah. Padahal dirimu juga jadi idola."Yasmine hanya mengembangkan senyumnya. "Ada keluhan?""Pusing. Hanya itu saja. Selebihnya tidak ada keluhan."Anti memeriksa Yasmine. "Tanda
Harapan Untuk Jadi Nyonya Wardhana"Yasmine belum tahu, Bang. Ikutin dulu lah alurnya. Yasmine bisa memaafkan kesalahan lain tapi tidak untuk kasus ini dan ada kekerasan. Yasmine tidak bisa, Bang.""Jadi laki-laki itu pernah melakukan kekerasan sama kamu?!" cecar Erlangga dengan intonasi meninggi. "Pernah, Bang. Satu kali. Pas kejadian itu, Bang. Yasmine mintai cerai dan mau pergi dari rumah mertua Yasmine. Yakub emosi, dia nampar Yasmine.""Kenapa kamu gak cerita sama Abang hah?!"Yasmine hanya menundukkan pandangan matanya sambil meremas kain selimut. "Bang, udah. Sekarang kita fokus ke pemulihannya Yasmine dulu," lerai Bima berusaha menenangkan emosi Erlangga yang mulai meledak-ledak. Wajar jika Erlangga marah, adik kesayangannya dikasari oleh orang lain. Jangankan Erlangga, Bima saja kesal mendengar cerita Yasmine. "Yasmine belum makan kan? Aku pesenin makan ya?" tanya Bima. "Mau dipesenin apa? Enggak ada pantangan buat kamu kok. Mau makan apa? Sushi kesukaan kamu mau?"Yasmin
Saat sore hari, ketika Yakub pulang, yang pertama dicari adalah Yasmine. "Dek? Dek? Dimana?"Terlihat Tanti dan Dewi keluar dari kamar Dewi. "Mas, sudah pulang?" Dewi mengulurkan tangannya hendak menyalami Yakub tapi Yakub tak menanggapi. "Dek?" panggil Yakub pada Yasmine, mengabaikan Dewi dan Mamanya. "Yasmine!"Si mbok dari arah belakang mendatangi Yakub. "Tadi Nyonya Yasmine keluar.""Keluar? Kemana? Kok enggak pamit?""Ya mana dia pamit sih, Kub. Kamu cek deh, siapa tau barang-barang berharga kamu ada yang ilang. Soalnya tadi dia di kamar kamu, bawa-bawa dokumen.""Itu kamar aku dan Yasmine. Bukan cuma kamar aku," tegas Yakub sembari masuk lagi ke dalam kamarnya. Dia membiarkan pintu kamarnya terbuka. Tanti mengikuti Yakub sampai ke ambang pintu. Tanti melihat Yakub membuka lemari dan melihat-lihat pakaian serta dokumen penting lainnya. "Sial!" umpat Yakub saat menyadari dokumen milik Yasmine tidak ada semua. Salinan akte nikah juga tidak ada. Buku nikah milik Yasmine juga
Sebuah pesan masuk di ponsel Yakub. Dari nomor istrinya sendiri. [Aku makan di luar. Send pict]Begitu isi pesan Yasmine. Bukan pesannya yang membuat Yakub marah tapi gambar yang Yasmine kirim. Gambar Yasmine sedang makan bersama Bima dan entah siapa laki-laki di sebelah Yasmine karena wajahnya tak terlihat tapi tangannya menggenggam tangan Yasmine. "Breng**k! Bisa-bisa makan di luar bersama Bima! Benar dugaanku, mereka pasti ada hubungan di belakangku selama ini! Tidak, ini tidak bisa dibiarkan! Aku harus menyeret Yasmine pulang!" geram Yakub dengan emosi sudah melebihi ubun-ubunnya sendiri. Giginya saling beradu menimbulkan suara gemeletuk. Belum lagi urat-urat yang menonjol di tangan saking kerasnya Yakub mencengkram kemudi mobil. Yakub melajukan mobilnya gila-gilaan menuju resto yang Yakub sangat hapal. Karena dulu itu tempat favorit Yakub ketika kencan dengan Yasmine. Dan sekarang Yasmine malah berkencan dengan Bima dan entah dengan siapa. "Awas Yasmine! Aku akan mengurungmu
"Kamu ada rencana apa?"Dewi berbisik kepada Tanti. Awalanya Tanti kaget dan terlihat marah tapi setelah itu Tanti mulai terlihat tersenyum. "Ide bagus. Kita akan laksanakan rencana kamu.""Untuk sementara, kita diem-diem aja ya, Ma. Pura-pura enggak tahu.""Iya, itu bagus."Dewi dan Tanti saling melempar senyum. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di pikiran dan hati mereka masing-masing. ***Esok hariBerita tentang keributan-keributan yang terjadi di restoran mulai bermunculan. Spekulasi dan omongan netijen jedir mulai berhamburan di seluruh media. Yakub yang saat itu tengah berada di apartemennya, begitu marah saat berita beredar. "Kurang ajar!"Telepon mulai masuk ke ponselnya. Banyak pihak yang menanyakan kebenarannya pada Yakub. Bahkan para pengusaha yang kerja sama dengan Yakub mulai bertanya-tanya tentang kebenarannya. "Kalo kayak gini, saham gue bisa turun! Gue harus secepatnya klarifikasi soal ini."Belum juga Yakub menyelesaikan masalah dengan Yasmine, ada lag
"Jadi bagaimana? Apa rencanamu selanjutnya?" tanya laki-laki itu kepada Dewi. Sebenarnya, Dewi sangat lelah akibat pertempuran panas mereka dalam kamar mandi. Matanya ingin terpejam tapi apalah daya jika laki-laki ini masih ingin mengobrol dengannya. "Berita tentang Yasmine jelas akan aku gunakan untuk menghancurkan hubungan Yasmine dengan Yakub. Tapi tidak dengan tanganku melainkan dengan tangan mertuaku yang bodoh. Jika mereka hancur lebih cepat, maka aku akan lebih mudah untuk menduduki posisi pengganti Yasmine. Jika anak ini lahir, maka aku akan merongrong semuanya perlahan.""Ide bagus. Tidak salah jika aku jatuh cinta padamu. Kamu memang sejajar denganku. Aku suka dengan idemu dan kerja kerasmu. Sama seperti kerja kerasmu di kamar mandi tadi."Dewi tersipu. Dia menyembunyikan wajahnya yang merah di balik selimut. "Lalu kita akan bagaimana nanti?""Setelah misimu berhasil, kita akan selamanya bersama," jawab laki-laki itu sambil mengecup kening Dewi. "Mau kemana?""Aku harus p