Home / Rumah Tangga / ISTRI RAHASIA SUAMIKU / SATU BULAN YANG LALU

Share

SATU BULAN YANG LALU

Author: ER_IN
last update Last Updated: 2022-04-14 12:24:08

Berkali-kali kucoba menelpon Bang Adnan, tetapi ponselnya mati. Hingga pagi hari aku hanya ditemani Mbak Naumi, dia tahu keadaanku yang tidak baik dengan ibu mertuaku. Ibu selalu menyalahkanku karena Bang Adnan tak mau menikah dengan anak temanya yang kaya.

"Yang sabar, ya, Kinan?" ucap Mbak Naumi menguatkan diriku.

"Iya, Mbak. Tidak apa-apa," jawabku.

Bang Adnan datang dengan tergesa-gesa, sambil berlari ia menghampiriku.

"Maafkan Abang, Dik. Semalam ponselnya mati. Abang baru membaca pesanmu pagi tadi."

"Tidak apa-apa, Bang. Beruntung ada Mbak Naumi dan Mas Leo."

"Terimakasih, Mas, Mbak, sudah menolong istri saya."

"Sama-sama, Bang. Kalau begitu kami pulang dulu."

Setelah mereka pulang, kupandangi Bang Adnan yang tengah mengazani putra kami. Ada yang berbeda darinya. Rambutnya sudah dipotong rapi, kemudian bulu-bulu halus di wajahnya juga sudah dicukur. Seperti saat ia menjadi pengantin. Jika biasanya aku yang selalu mencukurnya hari ini dia tak menunggu aku melakukan itu. Dia tidak pernah mau jika kusuruh di salon, alasanya itu adalah sunah Nabi.

"Abang, kapan mencukurnya? Kok, sudah ganteng?"

Bang Adnan tampak gugup dan salah tingkah.

"Em, Ini... Kemarin Abang mampir ke tukang potong jadi terpaksa Abang cukur sekalian, karena sudah risih."

"Oo, Begitu."

Aku sedikit tak percaya, tapi kubuang semua firasat burukku. Bukankah seudzon adalah dosa besar.

Dua hari berada di rumah sakit, aku sudah tidak sabar untuk pulang. Terlebih lagi hari ini Zain juga akan kembali ke rumah.

"Bang, kita mampir sekalian ke pesantren. Zain, dia cuti."

"Baiklah, Dik."

Saat sampai di depan pesantren. Aku menunggu di mobil, sementara Bang Adnan yang menjemput Zain. Tidak lama menunggu aku melihat dari balik gerbang, dua orang lelakiku berjalan beriringan seperti kakak beradik. Tak terasa Zain sudah tumbuh besar.

"Assalamualaikum, Umi?" ucap Zain.

"Walaikumsallam, Sayang."

"Hallo, dedek bayi. Abang sudah datang."

Zain mencium gemas adiknya sementara Bang Adnan tertawa melihat tingkah Zain.

Mobil melaju membelah jalan yang sedikit ramai. Selama di perjalanan Zain asyik bercerita dengan abinya. Aku tersenyum melihat tingkah mereka. Mobil kami masuk gerbang rumah, kulihat ada ibu dan Mbak Zahra.

"Abang yang menelpon mereka," ucap Bang Adnan.

Aku hanya mengangguk.

"Assalamualaikum, Nek," Zain mengucapkan salam dan meraih tangan ibu.

"Walaikumsallam. Eh, Cucu Nenek. Cuti, ya?"

"Iya, Nek. Mungkin cuti panjang."

Aku menyalami ibu dan mencium tangannya.

"Keponakanku sudah lahir, ya? Kenapa kemarin tidak menelpon? Kan, aku bisa menemanimu," ucap Mbak Zahra tanpa rasa bersalah.

Begitulah Mbak Zahra, selalu menyembunyikan fakta. Dia tahu aku tidak mungkin akan mengadu dengan Bang Adnan.

"Takut Ibu dan Mbak Zahra repot." 

Aku meninggalkan mereka semua dan memilih berlalu ke kamar ingin mandi karena panas sekali rasanya.

"Istrimu itu, Nan. Tidak sopan! Ada orang tua di sini malah ditinggal."

"Biarlah, Bu. Mungkin dia lelah." 

Bang Adnan membawa semua barang-barang di bantu Zain.

"Dik, ini gak usah diberesin. Biar Abang saja, kamu habis melahirkan."

Aku hanya mengangguk menuruti permintaan Bang Adnan.

Hari ini ibu dan Mbak Zahra menginap di sini, mereka yang memasak. Padahal jika tak ada Bang Adnan aku yang selalu menyiapkan semuanya.

"Kalau orang habis melahirkan tak boleh makan yang neko-neko."

"Iya, Bu." 

Aku hanya menuruti semua kemauan ibu. Dulu pernah aku membantah ketika melahirkan Zain, tetapi justru aku yang disalahkan Bang Adnan. Padahal aku sudah mengikuti resep dokter.

Sepanjang ibu di sini, aku hanya makan sayur bening dan tempe serta tahu. Beruntung ibu tak lama karena adiknya Bang Adnan yang laki-laki, Fano akan pulang dari Singapure.

Satu bulan sudah Zain libur. Besok ia akan kembali ke pesantren. Aku mempersiapkan semua keperluannya.

Saat mengemasi barang-barang Zain tak sengaja koper yang Bang Adnan bawa ke Bandung satu bulan lalu terjatuh. Hatiku bergetar melihat siapa yang ada dalam foto tersebut. 

Kakiku lemas seperti tak mampu menopang berat tubuhku. Apakah Bang Adnan menghianatiku? Aku kembali memasukan fotonya dalam koper dan menaruhnya di atas lemari ketika kudengar Bang Adnan membuka pintu kamar.

"Dik, sedang apa?"

"Zain besok sudah masuk pesantren, Bang."

"Besok Abang juga akan ke Jogjakarta, Kamu tidak apa-apakan, Abang tinggal?"

"Tidak apa-apa, Bang."

Pandai sekali Bang Adnan berbohong, sementara tadi aku melihat dua tiket ke Jepang.

"Berapa lama Abang di sana?"

"Mungkin agak lama, Dik. Karena ustad-ustad di sana banyak acara."

"Oo, baiklah."

 Selama di rumah aku tak pernah melihat perubahan Bang Adnan. Dia selalu romantis, membantu semua pekerjaan rumah jika aku repot. Terlebih lagi selalu mengurusku dengan baik. Main ponsel pun tidak selalu sering, bagaimana aku bisa curiga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 17

    Setelah dua hari menunggu papa di rumah sakit, siang ini kuputuskan untuk menemui Om Andi di kantornya. Dua hari ini aku dan Om Andi hanya berhubungan lewat telepon. Ia ingin menjenguk papa tetapi aku melarangnya karena papa belum menerimanya.Kubawakan makanan kesukaannya, datang ke kantor tanpa mengabari lebih dulu. Senyum mengembang di bibirku setelah sampai di depan pintu ruangan Om Andi. Aku berencana akan memberikan surprise untuknya, kubuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu. Setelah pintu terbuka pandangan di depan mataku membutaku tersenyum sinis.“Lulu,” panggil Om Andi setelah melihatku membuka pintu, dengan cepat ia jatuhkan seorang wanita yang semula di pangkuannya. Menutup kancing kemeja dan celananya sedikit gagap, rupanya benar kata papa, lelaki di depanku itu tidak baik untukku.“Lanjutin aja, aku cuma nganter makanan sekalian mau kasih tahu kalua mulai sekarang kita enggak ada hubungan apa-apa. Aku akan suruh sopir buat ambil barang-barangku.” Kuletakkan makan di meja da

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 16

    “Sayang kamu enggak papa?” Om Andi menghampiriku yang masih terus terisak di atas ranjang dengan selimut menutupi seluruh tubuhku.“Papa? Apa Papa sudah buta, mereka telah bermain di belakang Papa dan Papa masih mau sama dia!”“Apa maksudmu Clara, suamimu telah memaksa Lulu, dan kamu yang salah membawa lelaki itu ke rumah ini.”Clara ternganga mendengar jawaban Om Andi, yang meraka tidak tahu adalah kukirim pesan kepada Om Andi. hanya pesan suara minta tolong, rekaman suara yang sudah kupersiapkan sebelum menggoda Hans.“Aku takut Mas.” Kupeluk erat Om Andi.Di balik punggungnya aku tersenyum menatap Clara dan Hans yang sudah babak belur.Geram melihat tingkahku Clara melepas paksa pelukanku pada Om Andi kemudian menamparku berkali-kali. Aku hanya bisa menjerit tanpa berniat melawannya, membiarkan ia terus menjabak rambutku.“Hentikan Clara!” Om Andi menampar wajah Clara dan mendorongnya hingga jatuh.Begitulah mama dulu mendorongku, bagaimana rasanya? Hans dengan cepat meraih tubuh

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU PO BAG 15

    Permainan yang begitu panas, keringat membasahi tubuh kami, desahan menggema di ruangan besar tempat kami memadu kasih. Om Andi begitu perkasa di ranjang, entah berapa menit kami saling bergumul diatas ranjang besar ini. Aku hanya bisa pasrah saat Om Andi menyerangku begitu ganasnya, mungkin karena berbulan-bulan kami tak melakukannya sehingga nafsu begitu besar.Om Andi mengerang setelah mencapai puncaknya, lalu terbaring lemas di sampingku."Makasih Sayang,” lirihnya dan mengecup keningku. “Mau hadiah apa?” sambungnya dengan mata terpejam mungkin sebentar lagi akan kehilangan kesadarannya, dan melayang hingga ke langit ketujuh menikmati sisa-sisa surga dunia yang telah kuberikan.“Emm… rumah udah, mobil udah, apa ya?” Aku sendiri bingung mau minta apa lagi kepadanya, pasalnya semua sudah ia berikan kepadaku.Tak ada jawaban dari Om Andi, kulirik sekilas rupanya ia sudah terlelap. Aku tersenyum menatapnya, kenapa aku jadi jatuh cinta kepada lelaki di sampingku ini? Tak ingin tidur d

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV 14

    Kupastikan Om Adi menceraikan mama, tetapi aku enggan untuk dijadikan istrinya. Aku ikut mengantar Om Andi ke persidangan cerainya dengan mama, saat aku hendak pergi ke toilet tidak sengaja berpapasan dengan mama, setelah kejadian ia melabarakku mama selalu ingin bertemu denganku, tetapi aku selalu menolak. Aku malas meladeni air matanya, aku malas mendengar curhatnya.“Lulu,” panggil mama lirih.Kuputar badan dan menghadap mama dan menyunggingkan sudut bibirku. “Ada Apa?” jawabku datar.“Kenapa kamu lakuin ini sama Mama? Apa sekarang kamu sudah puas melihat Mama hancur?” Aku terbahak mendengar ucapannya, mama katanya. Dulu saat aku ingin memnaggilnya mama, mati-matian ia menolak dan sekarang ia mengatakan itu. “Bagaimana rasanya? Sakit?”“Mama minta maaf kalau Mama nyakitin kamu, ninggalin kamu, tapi Mama enggak bermaksud.…”“Lalu maksud Anda apa?” Kurapatkan tubuh kami nyaris tak berjarak, kupandang matanya yang sudah mulai mengembun. “Maksud Anda bagaimana? Anda menghancurkan hidu

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV BAG 13

    “Kamu dulu pernah bilang kenal istriku dan bilang dia itu mamamu.” Om Andi melihatku begitu lekat, pandangnya tak membiarkanku sedikitpun berpaling.Sejenak aku terdiam, aku pikir ia tak ingat akan kejadian itu, atau tak akan mengenali aku. Rupanya aku salah, atau mungkin ia baru ingat karena bertengkar dengan mama.Aku tersenyum mengusap pelan pahanya. “Saat itu aku masih kecil, masih labil. Aku kehilangan Mama dan Mama itu mirip banget sama Bu Ratna, itu sebabnya aku sempat berpikir bahwa itu Mama,” kilahku.Namun, Om Andi tak bereaksi dengan jawabanku, ia masih setia menatapku tanpa sedikitpun berkedip. Aku harus mencari cara agar ia percaya. “Apa Om gak percaya denganku,” senyum yang semula di bibirku perlahan memudar berganti dengan rajukan manja.Dan tara… begitu mudahnya mengelabui buaya tua itu, dengan mudah ia percaya dengan ceritaku.“Syukurlah, karena jika itu kamu Om tidak akan bisa berpisah darimu.” Perlahan Om Andi membelai rambut dan pipiku. “Kamu selalu ada untuk Om,

  • ISTRI RAHASIA SUAMIKU   LULU POV BAG 12

    “Clara.” Masih kupandang gadis yang sedang di gandeng mesra oleh Hans. Keduanya tampak bahagia di tengah pesta ulang tahun Hans. Aku pikir akulah yang akan memberikan kejutan kepada Hans, ternyata aku salah, justru aku yang di beri kejutan olehnya. Kulangkahkan kaki menuju keduanya yang sedang saling tersenyum satu sama lain.“hHns, apa-apaan ini?” tanyaku setelah berdiri di sampingnya.Hans memutar badan melihatku yang menatapnya dengan penuh banyak pertanyaan. Pasalnya sudah satu minggu ia tak menghubungiku, terakhir ia mengatakan akan keluar negeri dan kembali sebulan lagi. Nyatanya sekarang ia membuat pesta di apartemennya dan untunglah Anin tahu serta segera mengabariku, kupikir mungkin pesta kejutan untukku.“Ah, Lulu… kebetulan sekali kamu sudah datang tanpa diundang di pesta pertunanganku dengan Clara,” ucapnya dengan senyum manis. Kakiku gemetar mendengar jawabannya, aku tak pernah main-main dengannya, cintaku tulus padanya meskipun ia seringkali meminta banyak barang mewah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status