Share

5. Kejutan yang Pahit

"Aku tidak ingin nama baikku tercoreng karena berselingkuh dengan adik ipar sendiri, di hadapan semua clienku," lanjut Arjun, menatap nanar Mayang.

"Mas, lalu bagaimana dengan nasib anak di dalam kandunganku ini? Dia akan lahir tanpa ayah, jika kau tidak menikahiku."

"Kenapa kau memusingkan hal ini? Dia adalah anakku dan akan tetap menjadi anakku," jawab Arjun dengan sangat enteng dan meyakinkan Mayang.

Mayang terlihat sedih karena ke tidakjelasan hubungannya dengan Arjun, Arjun membujuknya, "Sayang, kau jangan khawatir. Aku akan tetap bertanggung jawab atas anak ini."

"Konyol sekali kamu, Mas! Kau akan bertanggung jawab atas anak ini tapi tidak menikahiku! Kau mempermainkanku?" resah Mayang, berdiri dari sofa kecewa dengan sikap Arjun

"Ya, Mau gimana lagi. Aku tidak mau kembali hidup miskin, aku harus tetap bertahan dengan Sita, bagaimanapun juga," tekad Arjun menatap ke depan dengan sungguh-sungguh.

"Mas, Kak Sita sudah mencium perselingkuhan kita. Apakah kau tidak bosan terus mengelak dengan bukti-bukti yang dia temukan?" ujar Mayang menatap Arjun dengan sungguh-sungguh.

"Ya. Aku akui, jika Sita bukanlah wanita bodoh. Feelignya selalu tepat, bahkan tentang rumah itu."

"Sudahlah Mas, mengaku saja, apakah kau tidak capek terus menerus mencari alasan untuk mengelak atas bukti yang sudah jelas itu?" desak Mayang berharap Arjun melakukan keinginannya.

"Iya, aku mengerti Mayang. Aku juga capek, tapi harus gimana lagi," jawab Arjun tidak tau harus berbuat apa untuk lepas dari pilihan sulit tersebut.

"Ya kita menikah diam-diam, mudah bukan? Kita tutupi hubungan ini serapat mungkin."

"Bagaimana caranya?" tanya Arjun kepada Mayang, Mayang segera membisiki Arjun dan mengatakan semua rencana jahatnya kepada Sita, Arjun tampak mendengarnya secara seksama.

"Sita memang pintar tapi kau juga sangat licik," puji Arjun menarik hidung Mayang gemas. Mayang tertawa bahagia saat mendapati Arjun, setuju dengan rencananya diikuti oleh Arjun, ruangan yang tadi sempat di penuhi dengan ketegangan kini di penuhi dengan gelak tawa dua orang yang sedang di mabuk cinta tersebut.

"Mas, kau tidak menjenguk Kak Sita?" tanya Mayang, yang kini duduk di pangkuannya Arjun.

"Biarin saja, biar dia rasakan sendiri akibatnya sudah lalai menjaga anakku," jawab Arjun, masih belum bisa memaafkan meninggalnya bayi yang ada di kandungan Sita. Mayang tersenyum kecut, lalu membelai wajah Arjun, "Seharusnya kau bisa mengontrol dirimu, Mas. Jika kau terus marah kepada Kak Sita, dia semakin curiga, loh dengan hubungan kita?" 

Arjun menatap Mayang, "Benarkah?" 

Mayang menganggukkan kepalanya. "Lalu, aku harus bagaimana?" lanjut Arjun, menatap Mayang meminta sebuah saran. Arjun kagum dengan kelicikan Mayang dan kelihaiannya dalam berakting untuk menutupi perselingkuhannya.

"Bersikaplah lembut kepadanya, manjakan dia sehingga dia yakin kau benar-benar masih mencintainya dan tidak selingkuh darinya," saran Mayang yang begitu licik.

Arjun berpikir sejenak, dia membenarkan apa yang Mayang katakan. "Baiklah-baiklah. Aku akan bersikap baik kepadanya, tapi jika dia sudah pulang dari rumah sakit," jawab Arjun, memeluk Mayang dari belakang. "Mumpung dia ada di rumah sakit, kuta akan bersenang-senang tanpa ada yang mengganggu. Nanti aku akan mengajakmu ke rumah barumu, aku akan menginap di sana selama Sita berada di rumah sakit," usul Arjun, disambut tawa bahagia Mayang.

***

Sita merasa sebal dan kecewa karena Arjun tidak pernah ada di sisinya selama lima hari dia menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini membuat hatinya hancur dan terluka. Sita merasa ditinggalkan dan diabaikan oleh Arjun saat dia sedang dalam kondisi yang rapuh. Dengan sedih, Sita mengemas barang-barangnya sendiri dan meninggalkan rumah sakit.

Saat Sita melihat pemandangan kota di siang hari melalui jendela taksi yang dia tumpangi, air mata mengalir deras di wajahnya. Dengan perasaan yang campur aduk antara kecewa, marah, dan sedih, Sita merasakan beban emosional yang berat di dadanya. _Mas, sebenci itukah kau kepadaku?_ gumamnya dalam hati.

Sita merasa lega setelah menempuh perjalanan selama 30 menit menggunakan taksi. Perjalanan yang melelahkan membuatnya menghela nafas panjang. Dia segera rebahan di sofa untuk sejenak beristirahat dan memulihkan energi setelah perjalanan yang begitu meletihkan. Namun, kelegaannya tidak berlangsung lama karena tiba-tiba dia terkejut dengan suara mobil yang masuk ke dalam garasi rumahnya.

Ternyata, Arjun datang lebih awal dari biasanya. Sita merasa terkejut ketika melihat suaminya sudah pulang. Jam menunjukkan pukul dua siang, yang tidak biasa dilakukan oleh Arjun. Biasanya, dia pulang larut malam, paling cepat pukul tujuh malam. Kedatangan Arjun membuat Sita merasa heran dan ingin tahu alasan di balik pulangnya yang begitu cepat.

"Arjun, kau sudah pulang? Tumben jam segini sudah pulang?" tanya Sita dengan nada heran saat melihat suaminya. Arjun yang baru pulang dari kantor merasa terkejut saat kepulangan Sita. Tubuhnya terasa tegang dan keringat pun mulai mengucur deras saat melihat Sita tengah memandangnya seperti mencurigainya. Sita yang melihat kegelisahan suaminya semakin penasaran. Matanya terus memperhatikan setiap gerak-gerik Arjun, mencoba membaca apa yang ada di balik semua itu. Dia merasa ada yang disembunyikan, tapi tidak tahu pasti apa. 

Tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan Sita, Arjun berusaha untuk memutar tubuhnya dan keluar dari rumah tersebut. Namun, tiba-tiba terdengar suara nyaring dari luar yang semakin mendekati pintu.

"Mas, ponsel kamu tertinggal di dalam mobil!" Mayang datang dan berdiri tepat di depan pintu, membuat Arjun terkejut dan terperanjat. Sita menatap suaminya dengan tatapan tajam, penuh kekesalan dan kemarahan, sambil menyambut kedatangan Mayang dengan wajah yang terpancar amarah.

Arjun masih terdiam, pasrah dan mencoba untuk mencari alasan. Sita masih memandang Arjun dengan ekspresi yang jelas menunjukkan kekecewaan dan ketidakpuasan. Mayang, yang masih berdiri di luar pintu, melihat suasana yang tegang di dalam rumah. 

"Oh, jadi ini alasanmu tidak pernah datang menemaniku di Rumah sakit? Kau sibuk dengan selingkuhanmu ini, Bukan? Mau mengelak apalagi kamu, Mas?" cecar Sita dengan mata merah seolah ingin menerkam Arjun saat itu juga ketika mendapati perselingkuhan Arjun dan Mayang. Hatinya terasa seperti dipenuhi oleh api kemarahan yang membara. Setiap detik berlalu membuatnya semakin tak sabar untuk mendapatkan jawaban dari Arjun.

Wajah Arjun terlihat semakin cemas ketika mendengar pertanyaan tajam dari Sita. Dia bisa melihat betapa marahnya Sita padanya. Namun, dia tidak bisa membantah atau mengelak lagi karena kebenaran sudah terbongkar. Hati Arjun berdebar-debar mencari cara untuk menghindari konfrontasi ini. Dia ingin menutupi kebenaran yang pahit dan menjaga citra dirinya di hadapan Sita.

Arjun merasakan tekanan besar dalam hatinya saat ini. Ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar dengan berselingkuh dari hubungannya dengan Sita dan memulai hubungan gelap dengan Mayang. Semua itu hanya karena godaan nafsu belaka tanpa memikirkan akibatnya.

Saat pandangan mereka bertemu, ada rasa penyesalan yang dalam di mata Arjun namun ia tetap mencoba untuk menyembunyikan emosinya tersebut agar tidak tampak oleh Sita. Ia tahu bahwa jika ia menunjukkan kerentanan pada saat-saat seperti ini, maka citra dirinya akan hancur di mata Sita.

Namun, semakin lama Arjun berusaha menyembunyikan kebenaran, semakin sulit baginya untuk menutupi semua ini. Ia merasa seperti terjebak dalam labirin yang rumit dan tidak ada jalan keluar. Setiap kali ia mencoba menghindari konfrontasi dengan Sita, pertanyaan-pertanyaan tajam dari Sita selalu menghantui pikirannya.

"Sita, dengarkan aku, Aku... ."

"Cukup!!!" bentak Sita, membuat Arjun langsung terdiam. Mayang menyeringai licik menikmati tontonan yang selama ini dia tunggu-tungu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status