"Aku tidak ingin nama baikku tercoreng karena berselingkuh dengan adik ipar sendiri, di hadapan semua clienku," lanjut Arjun, menatap nanar Mayang.
"Mas, lalu bagaimana dengan nasib anak di dalam kandunganku ini? Dia akan lahir tanpa ayah, jika kau tidak menikahiku."
"Kenapa kau memusingkan hal ini? Dia adalah anakku dan akan tetap menjadi anakku," jawab Arjun dengan sangat enteng dan meyakinkan Mayang.
Mayang terlihat sedih karena ke tidakjelasan hubungannya dengan Arjun, Arjun membujuknya, "Sayang, kau jangan khawatir. Aku akan tetap bertanggung jawab atas anak ini."
"Konyol sekali kamu, Mas! Kau akan bertanggung jawab atas anak ini tapi tidak menikahiku! Kau mempermainkanku?" resah Mayang, berdiri dari sofa kecewa dengan sikap Arjun
"Ya, Mau gimana lagi. Aku tidak mau kembali hidup miskin, aku harus tetap bertahan dengan Sita, bagaimanapun juga," tekad Arjun menatap ke depan dengan sungguh-sungguh.
"Mas, Kak Sita sudah mencium perselingkuhan kita. Apakah kau tidak bosan terus mengelak dengan bukti-bukti yang dia temukan?" ujar Mayang menatap Arjun dengan sungguh-sungguh.
"Ya. Aku akui, jika Sita bukanlah wanita bodoh. Feelignya selalu tepat, bahkan tentang rumah itu."
"Sudahlah Mas, mengaku saja, apakah kau tidak capek terus menerus mencari alasan untuk mengelak atas bukti yang sudah jelas itu?" desak Mayang berharap Arjun melakukan keinginannya.
"Iya, aku mengerti Mayang. Aku juga capek, tapi harus gimana lagi," jawab Arjun tidak tau harus berbuat apa untuk lepas dari pilihan sulit tersebut.
"Ya kita menikah diam-diam, mudah bukan? Kita tutupi hubungan ini serapat mungkin."
"Bagaimana caranya?" tanya Arjun kepada Mayang, Mayang segera membisiki Arjun dan mengatakan semua rencana jahatnya kepada Sita, Arjun tampak mendengarnya secara seksama.
"Sita memang pintar tapi kau juga sangat licik," puji Arjun menarik hidung Mayang gemas. Mayang tertawa bahagia saat mendapati Arjun, setuju dengan rencananya diikuti oleh Arjun, ruangan yang tadi sempat di penuhi dengan ketegangan kini di penuhi dengan gelak tawa dua orang yang sedang di mabuk cinta tersebut.
"Mas, kau tidak menjenguk Kak Sita?" tanya Mayang, yang kini duduk di pangkuannya Arjun.
"Biarin saja, biar dia rasakan sendiri akibatnya sudah lalai menjaga anakku," jawab Arjun, masih belum bisa memaafkan meninggalnya bayi yang ada di kandungan Sita. Mayang tersenyum kecut, lalu membelai wajah Arjun, "Seharusnya kau bisa mengontrol dirimu, Mas. Jika kau terus marah kepada Kak Sita, dia semakin curiga, loh dengan hubungan kita?"
Arjun menatap Mayang, "Benarkah?"
Mayang menganggukkan kepalanya. "Lalu, aku harus bagaimana?" lanjut Arjun, menatap Mayang meminta sebuah saran. Arjun kagum dengan kelicikan Mayang dan kelihaiannya dalam berakting untuk menutupi perselingkuhannya.
"Bersikaplah lembut kepadanya, manjakan dia sehingga dia yakin kau benar-benar masih mencintainya dan tidak selingkuh darinya," saran Mayang yang begitu licik.
Arjun berpikir sejenak, dia membenarkan apa yang Mayang katakan. "Baiklah-baiklah. Aku akan bersikap baik kepadanya, tapi jika dia sudah pulang dari rumah sakit," jawab Arjun, memeluk Mayang dari belakang. "Mumpung dia ada di rumah sakit, kuta akan bersenang-senang tanpa ada yang mengganggu. Nanti aku akan mengajakmu ke rumah barumu, aku akan menginap di sana selama Sita berada di rumah sakit," usul Arjun, disambut tawa bahagia Mayang.
***
Sita merasa sebal dan kecewa karena Arjun tidak pernah ada di sisinya selama lima hari dia menjalani perawatan di rumah sakit. Hal ini membuat hatinya hancur dan terluka. Sita merasa ditinggalkan dan diabaikan oleh Arjun saat dia sedang dalam kondisi yang rapuh. Dengan sedih, Sita mengemas barang-barangnya sendiri dan meninggalkan rumah sakit.
Saat Sita melihat pemandangan kota di siang hari melalui jendela taksi yang dia tumpangi, air mata mengalir deras di wajahnya. Dengan perasaan yang campur aduk antara kecewa, marah, dan sedih, Sita merasakan beban emosional yang berat di dadanya. _Mas, sebenci itukah kau kepadaku?_ gumamnya dalam hati.
Sita merasa lega setelah menempuh perjalanan selama 30 menit menggunakan taksi. Perjalanan yang melelahkan membuatnya menghela nafas panjang. Dia segera rebahan di sofa untuk sejenak beristirahat dan memulihkan energi setelah perjalanan yang begitu meletihkan. Namun, kelegaannya tidak berlangsung lama karena tiba-tiba dia terkejut dengan suara mobil yang masuk ke dalam garasi rumahnya.
Ternyata, Arjun datang lebih awal dari biasanya. Sita merasa terkejut ketika melihat suaminya sudah pulang. Jam menunjukkan pukul dua siang, yang tidak biasa dilakukan oleh Arjun. Biasanya, dia pulang larut malam, paling cepat pukul tujuh malam. Kedatangan Arjun membuat Sita merasa heran dan ingin tahu alasan di balik pulangnya yang begitu cepat.
"Arjun, kau sudah pulang? Tumben jam segini sudah pulang?" tanya Sita dengan nada heran saat melihat suaminya. Arjun yang baru pulang dari kantor merasa terkejut saat kepulangan Sita. Tubuhnya terasa tegang dan keringat pun mulai mengucur deras saat melihat Sita tengah memandangnya seperti mencurigainya. Sita yang melihat kegelisahan suaminya semakin penasaran. Matanya terus memperhatikan setiap gerak-gerik Arjun, mencoba membaca apa yang ada di balik semua itu. Dia merasa ada yang disembunyikan, tapi tidak tahu pasti apa.
Tanpa memberikan jawaban atas pertanyaan Sita, Arjun berusaha untuk memutar tubuhnya dan keluar dari rumah tersebut. Namun, tiba-tiba terdengar suara nyaring dari luar yang semakin mendekati pintu.
"Mas, ponsel kamu tertinggal di dalam mobil!" Mayang datang dan berdiri tepat di depan pintu, membuat Arjun terkejut dan terperanjat. Sita menatap suaminya dengan tatapan tajam, penuh kekesalan dan kemarahan, sambil menyambut kedatangan Mayang dengan wajah yang terpancar amarah.
Arjun masih terdiam, pasrah dan mencoba untuk mencari alasan. Sita masih memandang Arjun dengan ekspresi yang jelas menunjukkan kekecewaan dan ketidakpuasan. Mayang, yang masih berdiri di luar pintu, melihat suasana yang tegang di dalam rumah.
"Oh, jadi ini alasanmu tidak pernah datang menemaniku di Rumah sakit? Kau sibuk dengan selingkuhanmu ini, Bukan? Mau mengelak apalagi kamu, Mas?" cecar Sita dengan mata merah seolah ingin menerkam Arjun saat itu juga ketika mendapati perselingkuhan Arjun dan Mayang. Hatinya terasa seperti dipenuhi oleh api kemarahan yang membara. Setiap detik berlalu membuatnya semakin tak sabar untuk mendapatkan jawaban dari Arjun.
Wajah Arjun terlihat semakin cemas ketika mendengar pertanyaan tajam dari Sita. Dia bisa melihat betapa marahnya Sita padanya. Namun, dia tidak bisa membantah atau mengelak lagi karena kebenaran sudah terbongkar. Hati Arjun berdebar-debar mencari cara untuk menghindari konfrontasi ini. Dia ingin menutupi kebenaran yang pahit dan menjaga citra dirinya di hadapan Sita.
Arjun merasakan tekanan besar dalam hatinya saat ini. Ia menyadari bahwa ia telah melakukan kesalahan besar dengan berselingkuh dari hubungannya dengan Sita dan memulai hubungan gelap dengan Mayang. Semua itu hanya karena godaan nafsu belaka tanpa memikirkan akibatnya.
Saat pandangan mereka bertemu, ada rasa penyesalan yang dalam di mata Arjun namun ia tetap mencoba untuk menyembunyikan emosinya tersebut agar tidak tampak oleh Sita. Ia tahu bahwa jika ia menunjukkan kerentanan pada saat-saat seperti ini, maka citra dirinya akan hancur di mata Sita.
Namun, semakin lama Arjun berusaha menyembunyikan kebenaran, semakin sulit baginya untuk menutupi semua ini. Ia merasa seperti terjebak dalam labirin yang rumit dan tidak ada jalan keluar. Setiap kali ia mencoba menghindari konfrontasi dengan Sita, pertanyaan-pertanyaan tajam dari Sita selalu menghantui pikirannya.
"Sita, dengarkan aku, Aku... ."
"Cukup!!!" bentak Sita, membuat Arjun langsung terdiam. Mayang menyeringai licik menikmati tontonan yang selama ini dia tunggu-tungu.
"Percuma saja kau terus menutupi kebusukanmu itu, Mas. Aku tidaklah bodoh! Semua bukti perselingkuhanmu sudah terungkap," terang Sita, menatap tajam ke arah Arjun. Arjun merasa sangat cemas dan bingung, pikirannya tidak tenang. Dia merasakan kepanikan yang luar biasa dan tidak ingin semua usahanya yang telah dilakukan dengan keras selama ini berakhir sia-sia. Arjun sangat khawatir bahwa perselingkuhannya akan menghancurkan hubungan dengan Sita, dan dia merasa sangat menyesal atas kesalahannya. Arjun telah mengalami banyak kesulitan dan keterbatasan dalam hidupnya sebelumnya. Dia sudah merasakan bagaimana rasanya hidup dalam kekurangan, dan itu sudah cukup untuknya. Mayang menggunakan kesempatan ini untuk membuat Arjun mengakui perselingkuhannya. "Mas, sudahlah. Semuanya sudah terbongkar, lebih baik kau mengaku saja. Kita memang ada hubungan, kan?" bujuk Mayang mendekati Arjun yang tengah berhadapan dengan Sita. Mayang melangkah perlahan mendekati Arjun, dengan tatapan matanya pen
"Sita, aku bahkan rela bersujud sekarang juga kepadamu. Aku mohon beri aku kesempatan kedua," tutur Arjun, dia bersiap diri untuk bersujud di hadapan Sita. Dalam keheningan ruangan yang penuh dengan tegang, Arjun dengan tulus mengungkapkan kata-kata tersebut. Dengan hati yang berdebar, Arjun menundukkan kepalanya dan bersiap untuk meluruskan punggungnya. Setiap gerakan yang dilakukan dengan hati-hati, seolah-olah dia sedang menari di atas panggung kehidupan. Sita, yang diam-diam menyaksikan adegan ini, merasa terharu. Meski hatinya masih terluka akibat pengkhianatan yang terjadi, tetapi ada sesuatu yang membuatnya tergugah oleh keberanian Arjun. Tentu saja, Sita merasa sangat tidak ingin melihat harga diri suaminya yang telah dibangun dengan susah payah hancur begitu saja dengan cara ia bersujud kepadanya. Baginya, tindakan seperti itu akan memberikan kesan bahwa suaminya adalah pribadi yang lemah dan tidak memiliki harga diri yang kuat. Sita sadar bahwa setiap orang memiliki harg
"Sita, sudah malam. Kau istirahatlah. Kau baru saja keluar dari rumah sakit, kau butuh banyak istirahat," saran Arjun mencoba untuk membangunkan Sita dari duduknya. "Mas, apakah kau benar-benar mencintaiku? Apakah kau berjanji tidak akan selingkuh dariku? Apakah kau lebih memilihku karena kau memang benar-benar mencintaiku, atau kau hanya... ." Tiba-tiba saja Arjun meraih bibir Sita dengan begitu lembutnya untuk memotong kalimat Sita. Sita merasakan tatapan mata Arjun yang penuh kelembutan dan kerinduan. Tangannya yang hangat menyentuh pipi Sita, membuatnya terkejut namun juga tak dapat menahan getaran perasaan yang tak terduga. Sita seolah-olah terperangah oleh keberanian Arjun yang tiba-tiba mengecup bibirnya. Namun, kejutan tersebut segera berubah menjadi sensasi yang menyenangkan ketika Sita merasakan kelembutan sentuhan bibir Arjun yang memancarkan kehangatan dan cinta. Bibir mereka saling berpadu dengan penuh kelembutan dan gairah. Sita merasakan getaran perasaan yang tak te
Sita bertanya kepada Arjun, "Mas, apakah perjalananmu ke luar kota memakan waktu berhari-hari?" dengan sibuk menata baju-baju Arjun ke dalam koper. Wajahnya terlihat cemas, sedangkan Arjun terlihat tenang dengan senyum lembut di wajahnya.Arjun mengangguk pelan sebagai tanggapan atas pertanyaan Sita. Dia mengerti kekhawatiran yang dirasakan oleh Sita, namun dia juga yakin bahwa perjalanan ini akan memberinya pengalaman yang berharga. Perjalanan ini memang memakan waktu yang cukup lama, tetapi Arjun yakin bahwa itu akan sebanding dengan apa yang akan dia dapatkan."Bukan berhari-hari saja, mungkin aku satu bulan di sana," jawab Arjun dengan santainya."Bukan berhari-hari saja, mungkin aku satu bulan di sana," jawab Arjun dengan santainya.Arjun menjawab dengan santainya bahwa dia tidak hanya akan tinggal di sana selama beberapa hari, tetapi mungkin akan tinggal selama satu bulan penuh di tempat tersebut. Pernyataan Arjun ini menunjukkan bahwa dia memiliki rencana yang cukup lama untuk t
Sudah lima jam Sita menunggu kabar dari Arjun, tapi tidak ada kabar darinya. Setelah Sita mencoba memanggil Arjun, panggilannya terhubung dengan sukses. Namun, ketika Sita mengucapkan salam, yang ia dengar bukanlah suara Arjun yang menyahut, melainkan suara desahan yang menggema di sekitar sana. Telinga Sita merasa terganggu oleh suara menjijikkan itu yang terdengar begitu jelas melalui ponselnya. Suara tersebut tak diragukan lagi berasal dari seorang wanita yang sedang bersama Arjun. "Sayang kau memang selalu menggairahkan, jauh berbeda dengan istriku, Sita," ujar Arjun dengan napas tersengal-sengal mengungkapkan perasaannya. Tampaknya Arjun merasakan kesenangan yang luar biasa dengan wanita tersebut, dia melupakan bahwa Sita adalah istrinya. Baginya, wanita itu adalah sosok yang memang memiliki daya tarik dan keahlian yang tak tertandingi dalam membangkitkan gairahnya. Sita merasa kecewa dan kesal. Inisiatifnya untuk menghubungi Arjun sebenarnya bertujuan untuk menanyakan kead
"Baiklah, ibu. Kau memang selalu bisa di andalkan," Sita memeluk Yuni bahagia dengan penuh kebanggaan. Yuni menyambut pelukan Sita dengan senyuman ceria yang tak kalah bahagia. Kehadiran orang yang dicintainya membuat hatinya berbunga-bunga dan kebahagiaan memenuhi setiap sudut hatinya ditengah-tengah runtuhnya hatinya tersebut. Tak lama setelah itu, ponsel milik Sita berdering dengan riang. Ketika melihat nama Arjun yang terpampang di layar ponselnya, Sita memandang ke arah Yuni dengan tatapan penuh makna. Dalam kedipan mata yang lembut, Yuni mengisyaratkan persetujuannya. Sita segera menerima panggilan tersebut, mngatur napas dalam-dalam agar terlihat tenang. "Mas, kau sudah sampai?" tanya Sita dengan berpura-pura tidak terjadi apapun. Meskipun hatinya terbakar oleh rasa kekecewaanya, Sita berusaha keras untuk menjaga sikapnya tetap tenang. Dia tidak ingin menunjukkan bahwa dia tahu tentang perselingkuhan Arjun. Desahan perselingkuhan Arjun masih terngiang di telinganya, tetap
Pria itu duduk di meja yang berlawanan dengan Sita."Sita, izinkan aku memperkenalkan. Inilah Anand, orang yang akan membantu kamu dalam melakukan penyelidikan terhadap suamimu," kata Yuni sambil tersenyum pada Sita. Matanya kemudian berpindah ke arah pemuda yang duduk di sampingnya, "Anand, dia adalah putriku, Sita." "Hay, Anand," ungkap Anand mengulurkan tangannya ke depan Sita yang masih bingung dengan apa yang di katakan ibunya. Dengan ragu menerima jabatan tangan tersebut, "Sita.""Apakah maksud ibu, dia adalah seorang detektif?" tanya Sita baru tau pekerjaan Anand."Ya, benar sekali. Anand adalah seorang detektif yang sangat handal dan terpercaya. Dia memiliki kemampuan luar biasa dalam mengumpulkan berbagai macam bukti yang tak terbantahkan. Baik itu dalam kasus-kasus perselingkuhan atau masalah-masalah lainnya, Anand selalu berhasil mengungkap kebenaran yang tersembunyi," terang Yuni dengan penuh keyakinan.Sita menganggukkan kepalanya berulang-ulang sebagai respon ucapan ibu
"Mas, apakah Kak Sita tidak curiga terhadap kita?" tanya Mayang di saat makan siang bersama dengan Arjun di sebuah Restoran bintang lima.Mayang, yang duduk di hadapan Arjun, secara tiba-tiba mengajukan pertanyaan yang cukup sensitif. Wajahnya terlihat khawatir, mencerminkan rasa curiga yang mungkin ada di dalam hatinya. Arjun, yang tidak terkejut dengan pertanyaan tersebut, mengambil napas dalam-dalam sebelum memberikan jawaban yang menyeluruh."Kau tenang saja, Mayang. Sita tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kecurigaan terhadap hubungan kita," jawab Arjun dengan bijak. Ia ingin memastikan Mayang bahwa situasi ini tidak akan membahayakan hubungan mereka dengan Sita. Arjun melanjutkan, "Kita selalu berhati-hati dan menjaga rahasia kita dengan baik. Aku yakin Sita menganggap kita sudah tidak ada hubungan apapun sejak malam itu, dan tidak akan terlintas dalam pikirannya bahwa kita kembali terlibat dalam perselingkuhan."Mayang tampak sedikit lega mendengar penjelasan tersebut, namun