"Percuma saja kau terus menutupi kebusukanmu itu, Mas. Aku tidaklah bodoh! Semua bukti perselingkuhanmu sudah terungkap," terang Sita, menatap tajam ke arah Arjun.
Arjun merasa sangat cemas dan bingung, pikirannya tidak tenang. Dia merasakan kepanikan yang luar biasa dan tidak ingin semua usahanya yang telah dilakukan dengan keras selama ini berakhir sia-sia. Arjun sangat khawatir bahwa perselingkuhannya akan menghancurkan hubungan dengan Sita, dan dia merasa sangat menyesal atas kesalahannya.
Arjun telah mengalami banyak kesulitan dan keterbatasan dalam hidupnya sebelumnya. Dia sudah merasakan bagaimana rasanya hidup dalam kekurangan, dan itu sudah cukup untuknya. Mayang menggunakan kesempatan ini untuk membuat Arjun mengakui perselingkuhannya.
"Mas, sudahlah. Semuanya sudah terbongkar, lebih baik kau mengaku saja. Kita memang ada hubungan, kan?" bujuk Mayang mendekati Arjun yang tengah berhadapan dengan Sita.
Mayang melangkah perlahan mendekati Arjun, dengan tatapan matanya penuh kekhawatiran dan kelembutan. Suaranya lembut terdengar di tengah keheningan yang tercipta di antara mereka berdua. Arjun, yang sedang berhadapan dengan Sita, terlihat tegang dan bingung dengan situasi yang terjadi.
Mayang tahu bahwa tidak ada gunanya lagi untuk menyembunyikan hubungan mereka. Semua sudah terbongkar dan menjadi rahasia umum. Oleh karena itu, Mayang memutuskan untuk mencoba membujuk Arjun agar mengakui hubungan mereka.
Dengan lembut, Mayang mengulangi kata-kata yang telah terucap sebelumnya. Ia ingin memastikan bahwa pesannya sampai ke dalam hati Arjun. "Lebih baik kau mengaku saja, Mas. Kita memang ada hubungan, kan?" ucap Mayang dengan suara rendah namun penuh keyakinan.
Arjun menatap Mayang dengan tatapan campuran antara rasa takut dan rasa lega. Ia tahu bahwa tidak ada jalan lain selain menghadapi kenyataan ini. Meskipun hatinya berdebar-debar, Arjun merasa bahwa sudah waktunya untuk mengungkapkan kebenaran yang selama ini tersembunyi.
Dengan sedikit gemetar, Arjun akhirnya mengangguk pelan. Ia mengambil nafas dalam-dalam sebelum akhirnya membuka mulutnya. "Iya, Sita. Aku dan Mayang memang ada hubungan," ucap Arjun dengan suara yang terdengar lirih namun tegas.
Sita sudah tidak bisa lagi menahan emosinya, sungguh dia tidak menyangka dengan fakta yang ada saat ini. Sebuah fakta yang menusuk hatinya. Sita membuang muka dari Arjun, mencoba untuk membendung air matanya yang siap menghujaninya. Sita tidak ingin terlihat lemah di mata suami serta adiknya tersebut.
"Kak, sudahkah kau dengar pengakuan Mas Arjun?" cibir Mayang, tersenyum miring penuh kebahagiaan.
"Dasar lelaki brengsek!!!" umpat Sita menampar pipi Arjun.
"Kak Sita, aku dan Mas Arjun saling mencintai. Ijinkan kami menjalin hubungan ini, aku mohon lepaskan Mas Arjun untukku," pinta Mayang mendekati Arjun yang memegangi pipinya.
Mayang memegang pipi Arjun dengan lembut, matanya penuh dengan cinta dan kebahagiaan. Sementara itu, Sita melirik mereka dengan pandangan campuran antara muak dan kesal. Ia merasa bahwa Mayang telah merebut Arjun darinya, dan rasa kecewa pun memenuhi hatinya.
Dalam benak Mayang, dia yakin bahwa dirinya telah berhasil merebut hati Arjun. Senyumnya merekah lebar, seakan menggambarkan kemenangan yang diraihnya. Namun, tak disangka, Arjun tiba-tiba mendorong kasar tangan Mayang. Wajah Mayang terkejut dan terhuyung beberapa langkah ke belakang, beruntung ia masih mampu berdiri tegak.
"Diam kau!" hardik Arjun, menatap Mayang lekat-lekat.
Perubahan sikap Arjun tersebut tentu saja membuat Mayang merasa terpukul. Ia tidak menyangka bahwa Arjun akan bertindak sebegitu kasarnya. Air mata mulai mengalir di pipinya, mencerminkan kekecewaan dan kesedihannya. Namun, di tengah kekecewaan itu, Mayang merasa bersyukur karena tak sampai jatuh. Jika ia jatuh, dampaknya mungkin akan sangat fatal bagi kehamilannya.
"Mas, kenapa kau bersikap kasar kepadaku? Bukankah kau sendiri sudah mengakui perselingkuhan ini?" tanya Mayang dengan wajahnya yang memelas dan seolah dirinya menjadi wanita yang paling tertindas.
Sita berjalan mendekati pintu dan membuka pintu lebar-lebar untuk mengusir mereka berdua, dia sudah muak melihat drama Arjun dan Mayang. Namun, Arjun mengejarnya dan menahan tangan Sita dengan wajah memelas. Sita menoleh ke belakang dengan sorot mata yang kesal.
Arjun bersimpuh di hadapan Sita dengan terus memegang tangan Sita, "Sayang maafkan aku, aku khilaf."
Arjun berusaha semaksimal mungkin untuk meyakinkan Sita bahwa dia telah belajar dari kesalahannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Dia berbicara dengan penuh ketulusan dan membuka hatinya sepenuhnya. Arjun berusaha memberikan penjelasan yang jelas dan meyakinkan Sita bahwa dia benar-benar menyesali perbuatannya.
"Sayang, aku berjanji. Aku tidak akan lagi berhubungan dengan Mayang. Percayalah kepadaku, aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Aku mohon berilah aku kesempatan kedua," bujuk Arjun, mencium telapak tangan Sita.
Arjun berjanji akan berubah dan melakukan segala upaya untuk memperbaiki diri. Dia ingin membuktikan kepada Sita bahwa dia adalah orang yang dapat dipercaya dan pantas mendapatkan kesempatan kedua. Arjun berusaha menunjukkan dengan tindakan-tindakannya bahwa dia benar-benar berkomitmen untuk memperbaiki hubungan mereka.
Arjun berharap Sita bisa memahami perasaannya dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk memulai kembali. Dia berharap agar Sita dapat melihat bahwa dia benar-benar menyesal dan bahwa dia masih mencintainya dengan tulus.
Arjun merasa sangat tegang dan khawatir akan reaksi Sita. Dia berharap bahwa Sita akan melihat usahanya dan memberikan maaf serta kesempatan kedua. Arjun berharap agar mereka dapat membangun kembali kepercayaan dan menjaga hubungan mereka dengan baik di masa depan.
"Sangat menyakitkan bagiku bahwa engkau telah mengkhianatiku dengan adik angkatku. Engkau bahkan tidak mempedulikanku saat aku berada di rumah sakit. Aku tidak bisa melupakan bagaimana engkau begitu kejam menyalahkan aku atas kehilangan anakku yang ada di dalam rahimku. Jika engkau benar-benar tidak mencintaiku, maka aku bersedia untuk bercerai denganmu sekarang juga," kata Sita dengan penuh kesedihan dan kekecewaan.
Kata-kata itu keluar dengan lirih, namun penuh dengan kekuatan emosional yang terpendam selama ini. Bagaimana mungkin seseorang yang dikasihi dengan tulus bisa melakukan pengkhianatan seperti ini? Sita merasa kepercayaannya hancur berkeping-keping dan hatinya dipenuhi dengan rasa sakit yang mendalam.
"Mas, mengapa kamu masih merendahkan harga dirimu pada Kak Sita? Mari kita pergi dari sini, Kak Sita sudah merasa kecewa denganmu. Dia tidak akan mengampuni kita lagi karena perselingkuhan kita," kata Mayang, tanpa pernah berhenti berusaha mengajak Arjun untuk pergi bersamanya.
Mayang merasa bahwa hubungan mereka berdua telah merusak kepercayaan dan kesetiaan Kak Sita. Mayang merasa bahwa mereka sudah tidak berhak lagi mendapatkan kasih sayang dan pengampunan dari Sita.
Mayang tidak pernah putus asa dalam mengajak Arjun pergi bersamanya. Ia yakin bahwa dengan kesungguhan dan tekad yang kuat, mereka dapat meninggalkan masa lalu yang buruk dan memulai hidup baru yang lebih baik.
Sita mengernyitkan dahinya, menatap Mayang dengan ekspresi sinis yang jelas terpancar dari matanya. Dalam keheningan itu, Arjun tetap diam, tak bergerak, tapi pandangannya penuh dengan harapan maaf dari Sita. Mayang merasa semakin kesal dengan sikap Arjun yang terus-menerus mengejar cinta Sita, seolah-olah tidak peduli dengan perasaannya.
Mayang semakin merasa diabaikan dan diremehkan oleh kedua orang itu. Rasa kesalnya semakin membesar, dan dia berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak. Namun, semakin lama dia melihat kedua orang itu, semakin sulit baginya untuk mengendalikan amarahnya.
Ketiga orang itu terperangkap dalam kebuntuan emosional yang rumit. Mereka saling terikat dalam hubungan yang rumit dan sulit dipahami. Bagaimana akhir dari cerita mereka? Yuk simak bab selanjutnya.
Terimakasih sudah mampir ya, kasih komentar ya readers untuk mood booster authornya dan tentu saja dukungan untuk cerita ini, terimakasih
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men