Mayang merasakan tubuhnya tidak enak sejak tadi pagi. Ketika ia bangun, ia merasakan pusing dan sedikit mual. Namun, ia memilih untuk tetap pergi ke kantor karena pekerjaan yang menumpuk. Sepanjang hari, Mayang terus merasa tidak nyaman dan semakin pusing.
Mayang meninggalkan rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Dia merasa perlu untuk beristirahat dan memulihkan diri. Sebelum pulang ke rumah, dia memutuskan untuk mampir ke apotik.
Keesokan harinya, Mayang melakukan tes kehamilan, wajahnya mencerminkan rasa takut dan kepanikan yang mendalam. Pikirannya dipenuhi oleh bayangan-bayangan yang mengganggu, terutama saat ia melihat dua garis merah yang jelas terlihat pada alat tes kehamilan yang dipegangnya. Segera dia bersiap diri untuk pergi ke tempat orang yang memiliki tanggung jawab atas semua ini. Mayang bahkan pergi tanpa sepengetahuan ibunya, karena dia lelah dengan berondongan pertanyaan yang nanti akan dilontarkan oleh ibu angkatnya tersebut.
Perjalanan terasa sangat panjang bagi Mayang untuk sampai ke tempat pria yang harus bertanggungjawab tersebut. Hingga akhirnya dia sudah sampai di rumah mewah, tanpa berpikir panjang dia masuk dengan kunci cadangan yang yang dia miliki. Dia tau betul saat ini pria itu sedang di ruang kerjanya, karena hari ini adalah weekend.
Mayang melangkah dengan hati yang berdebar-debar menuju ruang kerja pria tersebut. Setibanya di depan pintu, dia menarik nafas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Dengan perasaan gugup, dia mengetuk pintu dengan lembut.
"Masuk," jawab seorang pria dari dalam ruangan.
Dengan hati yang berat, Mayang membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia melihat pria tersebut duduk di meja kerjanya, sibuk mengetik di laptopnya. Wajahnya tampak serius, tetapi Mayang bisa melihat kekhawatiran terpancar dari matanya. Pria itu menghentikan aktivitasnya dan menatap Mayang dengan penuh perhatian. Dia adalah Arjun, suami Sita.
Dalam waktu setahun yang panjang, Arjun dan Mayang secara diam-diam menjalani hubungan yang tak seharusnya terjadi. Semuanya dimulai ketika Arjun merasa frustrasi karena Sita tidak kunjung hamil. Mayang, dengan kepedulian dan perhatian yang begitu besar, datang untuk menghibur Arjun. Tidak disadari, perasaan cinta di antara mereka mulai tumbuh dan berkembang.
Meskipun mungkin ada rasa bersalah yang menyelimuti hati mereka, tetapi mereka tidak dapat menyangkal bahwa perasaan cinta yang mereka miliki adalah sesuatu yang nyata. Hubungan terlarang ini menjadi semacam pelarian dari kehidupan yang monoton dan kekecewaan yang dirasakan oleh Arjun dan Sita.
"Tumben datang sepagi ini?" tanya Arjun, menaikkan salah satu alisnya.
"Aku hamil!!!" Mayang melemparkan sebuah surat hasil tes kehamilan ke meja kerja milik pria yang berbahu lebar.
Arjun terperanjat saat menerima kabar mengejutkan dari Mayang. Matanya memandang surat hasil tes kehamilan yang tergeletak di meja kerjanya. Sebuah perasaan campur aduk memenuhi hatinya, antara kegembiraan dan kecemasan yang melanda pikirannya.
"Kau hamil anakku?" tanya Arjun mencoba meyakinkan dirinya sendiri tentang kabar yang tak pantas itu.
Mayang mengangguk, mata berbinar-binar saat melihat reaksi Arjun. Sementara itu, Arjun merasa seperti melayang di atas awan. Ia tidak pernah membayangkan bahwa hubungan terlarang yang ia jalani dengan Mayang akan menghasilkan buah hati. Keberuntungan ini seolah menyelimuti hidupnya setelah dia kehilangan bayi yang ada di kandungan Sita, meskipun pada saat yang sama, ia juga merasa bersalah terhadap Sita.
Di tempat lain, Sita merasakan ketidaknyamanan yang tidak biasa. Sesuatu yang tidak beres terasa dalam hubungannya dengan Arjun. Ia tidak pernah menyangka bahwa suaminya akan berkhianat seperti ini. Meskipun begitu, Sita tidak ingin terlalu jauh berspekulasi. Ia masih berharap bahwa semua ini hanya khayalan belaka. Sita berusaha untuk tetap percaya pada apa yang Arjun katakan, ia ingin memperbaiki segalanya. Ia merasa perlu untuk berbicara dengan Arjun secara jujur dan terbuka, mencoba memahami apa yang sedang terjadi dalam hubungan mereka. Sita ingin mencari jalan untuk memperbaiki kesalahan dan membawa hubungan mereka kembali pada jalur yang benar. Meski rasa sakit dan kekecewaan menyelimuti hatinya, Sita tidak ingin menyerah begitu saja. Ia ingin memberikan kesempatan kedua bagi Arjun, berharap bahwa ia dapat mengubah sikapnya dan memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Sita merasa bahwa cinta yang mereka bagi tidaklah cukup untuk dibuang begitu saja. Ia masih memiliki harapan bahwa mereka dapat melalui masa sulit ini bersama dan membangun kembali kepercayaan yang telah terkoyak.
Arjun mendekati Mayang dengan langkah-langkah pelan, hatinya penuh cinta dan kelembutan. Dia menggapai tubuh Mayang dengan gemas, ingin merasakan kehangatan dan kelembutan tubuhnya. Namun, Mayang merasa kesal dan tidak nyaman dengan kehadiran Arjun. Dia melepaskan pelukan Arjun dengan kasar, memberikan sinyal jelas bahwa dia tidak ingin mendapatkan sentuhan tersebut. "Mas, aku sudah hamil apakah kau tidak ingin menikahi ku?" tanya Mayang dengan suara yang bergetar, mencerminkan rasa takut dan keraguan yang ada di dalam hatinya.
"Mayang, tidak semudah itu untuk menikahimu!" jawab Arjun sedikit khawatir.
Mayang merasa semakin tertekan dengan situasi ini. Ia tahu bahwa keputusannya untuk melanjutkan kehamilan ini akan membawa konsekuensi yang besar. "Mas, bagaimana aku bisa mempertahankan rahasia ini lebih lama lagi? Harus sampai kapan aku menjadi simpananmu?" tanya Mayang berjalan menjauhi Arjun kesal.
Dengan penuh perhatian, Arjun membimbing Mayang menuju sofa yang berada di pojok ruang kerjanya. Dia ingin menciptakan suasana yang tenang dan nyaman untuk membicarakan masalah ini. Arjun ingin memberikan penjelasan yang lengkap kepada Mayang tentang pertimbangannya, "Maafkan atas ketidakberdayaanku ini, Mayang."
"Bagaimana aku menyembunyikan kehamilanku ini? Bagaimana jika nanti orang-orang melihatku hamil tanpa seorang suami? Dan, Ya. Ibu, bagaimana aku bisa menyembunyikan darinya?"
"Kau tinggallah di rumah barumu yang aku belikan untukmu beberapa Minggu yang lalu," saran Arjun, Mayang tak percaya dengan apa yang sudah terjadi, Arjun seolah tidak tergerak sama sekali untuk menikahinya walaupun dia sudah hamil anaknya. Mayang merasa kecewa dan frustasi dengan keputusan Arjun yang bersikeras menutupi perselingkuhannya tersebut. Dia tidak mengerti mengapa Arjun tidak mau menceraikan Sita. Mayang merasa bahwa Arjun tidak adil dalam memperlakukan dirinya.
"Mas, bukankah kau sangat kesal dengan Kak Sita yang tidak bisa menjaga bayi yang ada di kandungannya?" tanya Mayang, menatap Arjun lekat-lekat.
"Ya, aku sangat kesal kepadanya. Namun, sekesal apapun atau semarah apapun aku kepada Sita, aku tidak bisa menceraikan dia atau menikah diam-diam di belakangnya, jika sampai itu terjadi maka... ."
Arjun menggantung ucapannya dan meilirik ke arah Mayang, Mayang semakin dibuat penasaran olehnya.
"Maka apa, Mas?" tanya Mayang menatap Arjun dengan rasa keingintahuannya yang begitu besar.
"Aku akan jatuh miskin," jawab Arjun tertunduk penuh penyesalan.
Arjun merasakan beban berat di pundaknya saat menjelaskan situasinya kepada Mayang. Dalam hati, Arjun ingin memberikan Sita pelajaran dengan menceraikannya ketika dia tidak bisa memberinya keturunan. Namun, dia juga menyadari konsekuensi finansial yang akan ia hadapi jika hal itu terjadi.
Mayang terdiam sejenak, mencerna informasi yang baru saja ia terima. Dia merasa seperti ditampar oleh kenyataan yang tak terduga.
"Jatuh miskin gimana? Bukankah semua perusahaan ini adalah milikmu? Karena kaulah yang merintisnya dari bawah?" tanya Mayang yang masih belum mengerti apa yang di maksud oleh Arjun. Dia menatap Arjun lekat-lekat menantikan jawaban segera datang darinya.
Pagi itu Dika dan Arsy tampak sangat bahagia karena Amel.tak pernah mengganggu hubungan mereka. Hingga pagi itu semua siswa berkumpul pada Mading sekolah bukan hanya itu, tatapan semua siswa yang ada disekolah itu memandang Arsy DNA Dika dengan tatapan penuh ejekan dan cemoohan.Arsy sadar jika ada sesuatu yang tidak beres."Dika, sepertinya ada yang aneh deh dengan siswa sekolah ini," ucap Arsy merasa risih dengan pandangan yang dilontarkan kepadanya saat dirinya dan Dika melewati lorong sekolah.Dika tersenyum manis, dia merangkulkan lengannya pada leher Arsy, "Kau ini selalu saja curiga. Bisa jadi mereka merasa heran karena si jomblo sejati kini sudah memiliki pacar, ditambah lagi pacarnya sangat tampan sepertiku."Arsy menatap Dika gemas, dan berkilah, "Narsis amat sih jadi orang. Seandainya saja bukan karena dijodohkan, mungkin aku tidak akan menerima kamu.""Halah, sudah jadian masih saja gengsi," sindir Dika melirik gemas kearah Arsy."Ah sudahlah. Ayo coba kita lihat ada apa d
Sejak jadian di Villa, Arsy dan Dika tak segan memperlihatkan keromantisan mereka. Bahkan di sekolahpun, Arsy dan Dika bak Romeo dan Juliet yang tak bisa dipisahkan. Setiap hari mereka terlihat mesra, saling berpegangan tangan saat berjalan menuju kelas, dan sering kali duduk bersama di bawah pohon rindang di halaman sekolah.Suatu hari, ketika sedang asyik mengobrol dengan teman-temannya di depan kantin sekolah, tiba-tiba Amel datang dengan wajah cemberut. Ia langsung mendekati Dika yang sedang duduk sendirian sambil menatap ke arah langit biru."Dika, kamu ini kenapa sih? Aku telepon tidak pernah diangkat?" tanya Amel dengan nada kesal. Ia duduk di sebelah Dika dan melingkarkan tangannya pada lengan Dika.Dalam hati, Dika merasa gugup karena ia tidak ingin Arsy melihat adegan ini. Mereka berdua memang sudah menjadi pasangan yang sangat harmonis sejak jadian di Villa tersebut. Namun begitu masalah muncul ketika ada orang lain yang mencoba mendekati salah satu dari mereka."Maaf Amel,
Dengan senyum hangatnya, Dika menjelaskan lebih lanjut kepada Arsy tentang rencananya untuk masa depan mereka berdua. Dia bercerita tentang bagaimana ia telah mempersiapkan segalanya secara matang agar dapat memberikan kehidupan yang nyaman bagi mereka berdua kelak."Sebenarnya ada satu hal yang tampaknya belum kau ketahui, Arsy," ungkap Dika perlahan-lahan. "Mereka mendukung sepenuh hati hubungan kita dan ingin melihat kita bahagia bersama. Dengan kata lain, kita telah dijodohkan sejak kita baru saja dilahirkan."Arsy kaget mendengar pengakuan tersebut. Ia tidak pernah membayangkan bahwa orang tuanya dan orang tua Dika telah menjodohkan dirinya dan Dika. Namun, di balik kejutan itu, ada rasa lega yang mulai menyelimuti hatinya.Arsy merasakan detak jantungnya berdegup kencang saat mendengar kata-kata Dika. Pikirannya melayang-layang mencoba memahami semua ini. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa orang tuanya mengatur semuany
Dika dengan penuh kelembutan menggendong Arsy menuju tepi pantai. Pasir putih nan bersih terlihat begitu menawan ditambah dengan sinar matahari yang hampir tenggelam. Dika berjalan pelan-pelan, sambil merasakan angin sepoi-sepoi menyentuh wajah mereka.Kedua orang tua mereka, sedang duduk santai di tepi pantai tersebut. Mereka tampak begitu bahagia melihat kedatangan Dika dan Arsy. Namun tiba-tiba saja, wajah Sita berubah menjadi khawatir saat melihat Arsy digendong oleh Dika."Arsy, kamu kenapa?" tanya Sita dengan suara cemas sambil bangkit dari duduknya. Ia segera mendekati Arsy yang kini diturunkan oleh Dika dan duduk dengan kaki diluruskan ke depan.Arjun juga merasa cemas melihat kondisi anak mereka yang terlihat lemas itu. Ia segera bergabung dengan Sita untuk mendekati Arsy.Anand, sahabat baik mereka yang juga ikut dalam perjalanan ini bersama istrinya, turut merasa khawatir melihat keadaan Arsy. Mereka pun ikut mendekati keluarga ters
"Sayang, apakah semuanya sudah siap?" tanya Arjun kepada Sita yang baru selesai memasukkan semua barang bawaannya ke dalam bagasi mobil expander miliknya. Setelah persiapan dan packing, mereka akhirnya siap untuk pergi liburan bersama keluarga."Sudah, Pa," jawab Sita dengan senyum kelegaan duduk disamping pengemudi. Dia merasa lega bahwa semua barang telah tertata rapi di dalam bagasi mobil.Sita menoleh kebelakang untuk mengecek ibu serta putrinya. Namun wajahnya berubah cemas saat melihat wajah sang putri yang terlihat murung. Ada sesuatu yang mengganggu pikiran Arsy dan itu membuat hati ibunya menjadi khawatir."Arsy, kenapa wajah kamu terlihat murung gitu, Nak?" tanya Sita seraya tangannya sibuk memasang sabuk pengaman. Ia mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh anak perempuan satu-satunya itu."Tidak apa-apa, Ma. Arsy hanya kepikiran pertandingan basket besok Ma
Dika menatap Arsy dengan ekspresi kecewa yang jelas terlihat di wajahnya. Ia tahu bahwa Minggu ini tidak ada pertandingan apapun di sekolahnya. Dalam hatinya, Dika memahami jika Arsy ingin menghindarinya, tapi ia tidak tahu pasti masalah apa yang sedang dialami oleh Arsy. Sejak kemarahan Arsy terhadap dirinya beberapa waktu lalu, Dika semakin yakin bahwa kemarahan itu bukan hanya karena janji yang tak bisa dia tepati, melainkan ada masalah lain yang sedang mengganggu pikiran dan perasaan Arsy."Sungguh sayang sekali," ucap istri Anand dengan suara sedih. "Kita sudah merencanakan ini sejak lama."Semua yang duduk di meja makan saling menatap satu sama lain dengan perasaan campur aduk. Suasana hening pun tercipta di antara mereka sejenak.Dika mencoba untuk membuka pembicaraan lagi agar suasana menjadi lebih nyaman dan hangat. "Arsy," panggilnya lembut sambil memandang tajam gadis itu. Ia merasa kesal dengan kebohongan yang telah dilakukan oleh Arsy. Ia tidak bisa menahan diri untuk men
"Arsy, Andi. Kalian sudah saling kenal?" tanya Sita dengan ekspresi heran yang terlihat jelas di wajahnya. Dia tidak bisa menyembunyikan keheranan saat melihat putrinya, Arsy, dan putra Anand saling menunjuk satu sama lain dengan raut muka yang penuh kejutan.Sita sebenarnya tidak pernah menduga bahwa Dika adalah putra Anand. Namun kenyataannya memang begitu. Nama lengkapnya adalah Andika Pradana, tetapi keluarganya biasa memanggilnya dengan sebutan Andi. Meskipun begitu, Dika lebih suka dipanggil dengan nama Dika oleh teman-temannya di sekolah maupun lingkungan sekitar."Iya Tante. Arsy adalah teman sekelas Andi," jawab Andi dengan senyum canggungnya.Tidak ingin membuat suasana semakin canggung, Sita mencoba untuk tersenyum ramah kepada Anand dan berkata, "Anda memiliki anak laki-laki yang tampan dan cerdas seperti Dika." Anand pun tersenyum malu-malu sambil menjawab, "Terima kasih atas pujian Anda."Sementara itu, Dika juga merasa terkejut karena tidak pernah menyangka bahwa Arsy
"Arsy tunggu!" seru Dika dengan suara lantang, mencoba menarik perhatian Arsy yang sepertinya sengaja mengabaikannya sejak kemarin hingga pulang sekolah. Namun, Arsy terus melangkah tanpa memperdulikan Dika yang terus mengejarnya dan berusaha keras untuk berbicara kepadanya.Dengan raut wajah penuh penyesalan, Dika akhirnya berhasil mendekati Arsy. "Arsy, maafkan aku. Aku benar-benar lupa bahwa kita akan pergi mencari bahan untuk proyek sekolah, kemarin," ujar Dika dengan nada rendah.Namun, jawaban dari Arsy tidak seperti yang diharapkan oleh Dika. "Sudahlah lupakan saja. Aku sudah membeli semua bahan yang dibutuhkan untuk proyek kita," kata Arsy tegas sambil menghentikan langkahnya dan menatap Dika dengan tatapan ketus.Dalam hati, Dika merasa sedih dan kesal atas sikap dingin yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu. Ia tidak ingin hubungan mereka menjadi renggang hanya karena sebuah kesalahan kecil ini. Maka dengan suara memelasnya, ia mencoba membujuk Arsy agar mau memaafkannya."Ars
"Arsy, ke kantin yuk!" ajak Dika sambil melingkarkan tangannya ke leher Arsy. Dia mengajaknya dengan penuh semangat, berharap bisa menghabiskan waktu istirahat bersama sahabatnya.Namun, Arsy menolak dengan wajah yang di tekuk. "Kau pergi saja, ajak saja Amel!" ucapnya singkat dan tegas. Ada sesuatu yang terlihat dalam ekspresi wajahnya, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu.Dika tidak bisa menahan tawa saat mendengar penolakan itu. "Jangan bilang kau cemburu!" tebaknya dengan nada bercanda. Dia merasa ada rasa cemburu yang terselip di balik kata-kata penolakan Arsy.Arsy memalingkan wajahnya dan mencoba untuk menyembunyikan senyum kecil yang muncul di bibirnya. Dia tidak ingin Dika tahu bahwa dia benar-benar merasa cemburu melihat Dika bersama dengan Amel saat pagi tadi.Sebenarnya, Arsy sudah lama memiliki perasaan khusus terhadap Dika. Walaupun mereka baru saja berteman tapi mereka sering melakukan segala hal bersama-sama. Namun belakangan ini, hati Arsy mulai berbunga-bun