Share

ISTRI SAH PEWARIS HARTA
ISTRI SAH PEWARIS HARTA
Author: Kai Chang

Bukti Nyata Perselingkuhan

Ruang tamu

"Arjun! Berkas apa ini? Kamu beli rumah mewah? Buat apa? Pakai uang siapa? Jangan bilang kalau kamu pakai uang tabungan kita," omel Sita sambil melempar berkas berisi surat surat jual beli rumah.

Sita, seorang wanita hamil 6 bulan, dia berusia awal 30-an, dengan rambut hitam yang dia kuncir kuda, duduk di sofa sambil memegang berkas pembelian rumah mewah yang ditujukan kepada seorang wanita yang namanya tidak asing baginya. Sita merasa sangat marah dan kesal saat dia menemukan sebuah nota pembelian rumah elit yang tersembunyi di laci meja. Hatinya seolah-olah diliputi oleh perasaan kecewa dan dikhianati. Dia merasa seperti ada sesuatu yang disembunyikan darinya, dan itu membuatnya merasa sangat terluka.

Sita merasa kepercayaannya kepada Arjun hancur berkeping-keping. Mereka telah berkomitmen untuk saling berbagi segala hal, termasuk keuangan dan keputusan besar seperti membeli rumah. Namun, fakta bahwa Arjun membeli rumah mewah tanpa memberitahunya membuat Sita merasa diabaikan dan tidak dihargai. Perasaan itu membuatnya merasa seperti seorang penonton dalam hidupnya sendiri, bukan mitra sejati.

Rasa marah dan kesal meluap dalam diri Sita. Dia merasa Arjun telah berbohong padanya dan menyembunyikan sesuatu yang sangat penting. Apa lagi yang mungkin disembunyikan oleh Arjun? Apakah ada hubungan lain yang tidak diketahuinya? Apakah ada keputusan penting lain yang dibuat tanpanya? Pikiran-pikiran ini melintas dalam benaknya, menciptakan kecemasan dan ketidakpastian yang tak terkendali.

Perasaan terluka dan kecewa membuat Sita merasa rapuh. Dia telah memberikan segalanya untuk hubungan ini, termasuk kepercayaan dan cintanya. Namun, sekarang dia merasa seperti pengkhianatan itu mengoyak hatinya. Dia merasa seperti dirinya adalah korban dari rahasia yang disembunyikan oleh Arjun, dan itu menyakitkan.

Dalam keadaan emosional yang terjadi saat ini, Sita merasa perlu untuk mengungkapkan semua perasaannya kepada Arjun. Dia ingin tahu alasan di balik pembelian rumah itu, dan dia ingin memastikan bahwa hal semacam ini tidak akan terjadi lagi di masa depan. 

Dengan pandangan yang tajam, Arjun mengamati berkas tersebut dengan seksama, Ekspresi wajahnya sedikit tegang, hingga pucat, saat ia mencoba menahan kejutan yang melanda dirinya. Dalam hati, ia berusaha menjaga ketenangan dan tidak menunjukkan perasaannya yang terbaca jelas. Dalam upaya untuk mengubah situasi ini, Arjun berusaha merubah arah permasalahan dan menyalahkan Sita atas apa yang telah terjadi. Ia berusaha melemparkan kesalahan kepada Sita, seakan-akan Arjun tidak memiliki tanggung jawab atas tindakannya sendiri. Dengan nada yang penuh amarah, Arjun menuding Sita telah lancang dan menegaskan bahwa masalah ini bukanlah urusan Sita. "Beraninya kamu melanggar privasiku, Sita! Itu bukan urusanmu!"

Sita sudah tidak sabar lagi. Dia merasa telah dikhianati oleh suaminya. Perasaan marah dan kecewa semakin memenuhi hatinya. Sita tidak bisa mengerti sejak kapan Arjun memiliki privasi yang tidak boleh ditembus olehnya. Mereka adalah suami istri, seharusnya tidak ada rahasia di antara mereka.

Sita menatap wajah Arjun dengan Air mata hampir jatuh begitu saja, tapi Sita berusaha menahannya. "Kamu suamiku, Arjun," ucap Sita dengan suara yang gemetar. "Rahasiamu juga mempengaruhiku. Saya punya hak untuk mengetahuinya."

Arjun merasa tertekan. Dia tahu bahwa Sita berhak untuk mengetahui apa pun yang terjadi dalam hidupnya. Namun, dia juga tahu bahwa ada hal-hal yang sulit untuk diungkapkan. Dia mengalihkan pandangannya, menghindari kontak mata dengan Sita. Dalam hatinya, Arjun merasa bersalah. Dia ingin menjelaskan segalanya, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya.

"Sita," ucap Arjun dengan suara yang ragu. "Saya bisa menjelaskan semuanya. Tapi tolong jangan selalu menuduhku selingkuh," pintanya dengan penuh penekanan.

Sita merasa semakin kesal mendengar kata-kata Arjun yang terkesan bertele-tele. Dia tidak ingin memberikan waktu lagi. Baginya, waktu tidak akan mengubah apa pun. Dia ingin kebenaran sekarang juga.

"Jelaskan! Jelaskan mengapa kau menghabiskan uang kita untuk wanita lain! Siapakah dia, apakah dia, yang selalu aku curigai, ataukah kau akan berkilah jika bukan dia orangnya?" cecar Sita, pertama kalinya dia mengungkapkan kemarahannya dengan suara yang begitu lantang. Sita selama ini adalah istri yang lembut, penuh kasih sayang, dan selalu melayani Arjun dengan baik. Dia bahkan tidak menggunakan jasa asisten rumah tangga agar bisa sepenuhnya mengabdikan dirinya kepada suaminya yang sangat dia hormati dan cintai.

"Berhenti melebih-lebihkan, Sita! Kau selalu menemukan cara untuk menciptakan drama dalam hubungan kita!!!" sergah Arjun tidak terima dengan tuduhan Sita. Dia tidak terima dengan suara lantang yang keluar dari mulut Sita. Arjun tidak tahu harus bagaimana meresponnya.

Wajah Shinta memerah karena marah, kembali berteriak, "Saya tidak melebih-lebihkan! Ini kenyataannya, Arjun! Kau selingkuh!" 

"DIAM!!!" bentak Arjun melemparkan sorot mata melotot ke arah Sita dengan tangannya mengayun ke atas, tapi Arjun masih bisa mengontrolnya.

"Apa? Kau mau menamparku?" tanya Sita tak percaya dengan apa yang akan suaminya lakukan, dia mencondongkan pipinya ke Arjun dengan penuh emosi, "TAMPAR!!!" 

"Tampar saja Arjun! jika itu yang bisa kau lakukan untuk menyembunyikan kebusukanmu itu!!!" tantang Sita, terus mengarahkan pipinya ke Arjun yang terdiam.

Arjun mulai gelisah dan tidak bisa menatap mata Shinta. Arjun mulai mondar-mandir di sekitar ruangan.

"Kau sudah berani melawanku! Aku selama ini mencoba diam dengan semua tuduhanmu itu, tapi kau selalu saja menuduhku selingkuh. Apa yang kau inginkan sebenarnya?"

"Aku tidak menuduhmu, jika tidak ada bukti Arjun!" kilah Sita masih tetap pada pendiriannya, dia tidak peduli seberapa keras Arjun mengelaknya dia akan terus mengejarnya sampai Arjun mengakuinya. 

"Aku ingin kamu mengakui pengkhianatanmu, Arjun," tegas Sita, mengejar sorot mata suaminya yang sejak tadi terkesan menghindarinya.

Sita, dengan suaranya yang penuh tekad dan tegas, meminta Arjun untuk mengakui pengkhianatan yang telah dilakukannya. Dalam dirinya, Sita merasa bahwa saatnya untuk menghadapi kenyataan yang pahit ini, meskipun hatinya hancur oleh pengkhianatan yang telah terjadi.

Sorot mata Sita memancarkan kekuatan dan keteguhan. Ia tidak akan membiarkan suaminya menghindar atau melarikan diri dari tanggung jawabnya. Tindakan Arjun yang terkesan menghindari Sita sejak tadi hanya semakin memperkuat keyakinan Sita bahwa ada sesuatu yang disembunyikan oleh suaminya.

Wajah Arjun hancur, dan akhirnya dia bertemu dengan tatapan Sita.

Namun, Sita tidak mudah tertipu oleh alasan-alasan yang dibuat oleh Arjun. Dia tahu betul bahwa nota pembelian rumah tersebut adalah bukti nyata dari pengkhianatan Arjun. Sita merasa terhina dan ditipu oleh orang yang seharusnya dia percayai sepenuhnya. Sita tidak akan membiarkan rasa sakit dan kecewa menguasai dirinya. Ia memilih untuk menghadapi kenyataan ini dengan kepala tegak dan sikap yang kuat. Dia tidak akan merelakan begitu saja wanita lain merebut suaminya. Dia yang telah menemani Arjun dari titik terendahnya sampai pada titik ini.

"Ya ampun, perutku sakit sekali " pekik Sita saat merasakan perutnya terasa kaku dan nyeri yang begitu parah.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Teuku Syahrul
mantap banget
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status