Share

Kesempatan kedua

"Sita, aku bahkan rela bersujud sekarang juga kepadamu. Aku mohon beri aku kesempatan kedua," tutur Arjun, dia bersiap diri untuk bersujud di hadapan Sita.

Dalam keheningan ruangan yang penuh dengan tegang, Arjun dengan tulus mengungkapkan kata-kata tersebut. 

Dengan hati yang berdebar, Arjun menundukkan kepalanya dan bersiap untuk meluruskan punggungnya. Setiap gerakan yang dilakukan dengan hati-hati, seolah-olah dia sedang menari di atas panggung kehidupan.

Sita, yang diam-diam menyaksikan adegan ini, merasa terharu. Meski hatinya masih terluka akibat pengkhianatan yang terjadi, tetapi ada sesuatu yang membuatnya tergugah oleh keberanian Arjun.

Tentu saja, Sita merasa sangat tidak ingin melihat harga diri suaminya yang telah dibangun dengan susah payah hancur begitu saja dengan cara ia bersujud kepadanya. Baginya, tindakan seperti itu akan memberikan kesan bahwa suaminya adalah pribadi yang lemah dan tidak memiliki harga diri yang kuat. Sita sadar bahwa setiap orang memiliki harga diri yang harus dijaga, termasuk suaminya. Sita menahan tubuh Arjun untuk bersujud kepadanya. Mayang semakin kesal dengan adegan ini.

Saat Arjun sudah berada di depannya, Sita merasa kekuatan untuk memberi kesempatan kedua. Dia melihat mata Arjun yang penuh dengan penyesalan dan tekad untuk memperbaiki kesalahan yang pernah dilakukan. Meski masih ragu, Sita merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk memberikan kesempatan kedua.

"Aku melihat keberanianmu untuk berubah dan memperbaiki kesalahanmu. Aku memberimu kesempatan kedua." Sita menatap Arjun sayu. 

Ketika Arjun mendengar kata-kata itu, hatinya berbunga-bunga. Dia merasa seperti mendapatkan hadiah terbesar dalam hidupnya. Bersujud di hadapan Sita telah membuka pintu hatinya untuk menerima kesempatan kedua yang begitu berharga.

"Kau, kau serius? Kau memaafkan ku?" tanya Arjun berdiri menghadap Sita dan memeluk Sita dengan eratnya.

"Jangan senang dulu, ada satu syarat untuk itu," ucap Sita dengan suara tegas, melepaskan diri dari pelukan Arjun.

"Apa?" tanya Arjun tiba-tiba saja cemas dan khawatir.

"Untuk rumah elite itu, ubah menjadi atas namaku," cetus Sita dengan penuh amarah. 

Arjun mengangguk bahagia, menunjukkan setuju dengan permintaan Sita. Dia siap melakukan apapun asalkan dapat tetap bersama dengan Sita. Terlihat jelas bahwa Arjun sangat mencintai Sita dan rela melakukan apapun untuk membuatnya bahagia.

Di sisi lain, Mayang tampak semakin merah padam wajahnya karena kemarahan yang meluap-luap di dalam dirinya. Ia berusaha keras menahan amarah yang sudah mencapai titik puncak. Meskipun begitu, Mayang masih berharap agar Arjun tidak akan mengusirnya dari kehidupannya. Ia berharap bahwa Arjun akan memilihnya sebagai pasangan hidupnya, terlepas dari hubungan gelap yang mereka jalani.

Salah satu alasan mengapa Mayang berharap demikian adalah karena ia sedang hamil anak Arjun. Meskipun kehamilan ini berasal dari hubungan gelap mereka, Mayang berharap bahwa hal ini akan membuat Arjun mempertimbangkan untuk tetap bersamanya. Ia berharap bahwa Arjun akan melihat kehadiran anak mereka sebagai bukti cinta yang sejati dan menjadi alasan untuk memilihnya.

Mayang merasa cemas dan takut kehilangan Arjun. Meskipun situasinya sulit dan penuh dengan konflik, Mayang masih berharap bahwa Arjun akan memilihnya dan mereka dapat melalui semua masalah bersama-sama.

"Mas kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja, karena aku saat ini... ."

"Mayang, pergi dari sini!!! Kembalikan mobil serta pemberianku yang sudah ku berikan kepadamu!" tegas Arjun, memotong pembicaraan Mayang dengan nada marah. Sudah jelas bagi Arjun bahwa Mayang akan membawa pembicaraan ke arah yang tidak diinginkannya. Sebab itu, dia tidak ingin Sita mengetahui tentang kehamilan Mayang yang sedang dia pikirkan.

Tatapan Arjun begitu tajam saat dia mengarahkan kata-katanya kepada Mayang yang terkejut. 

"Mas, bagaimana bisa seperti ini. Kak Sita, kau seharusnya meminta talak dari suamimu karena dia sudah mengkhianatimu," keluh Mayang, belum bisa menerima situasi saat ini.

Dengan raut wajah tegas, Sita melangkah dengan mantap mendekati Mayang. Ekspresi seriusnya terlihat jelas pada wajahnya, dan pupil matanya yang biasanya coklat, kini terlihat membesar. Dalam langkahnya yang mantap, Sita ingin menunjukkan sikapnya yang tegas dan tidak mengalah. Dia mengejek serta mencemooh Mayang atas kegagalannya dalam merusak rumah tangganya. 

Dalam langkah majunya, Sita berusaha untuk menunjukkan kekuatan dan keberanian. Dia ingin menegaskan bahwa dirinya tidak akan mudah ditaklukkan dan tidak akan membiarkan siapapun merusak hidupnya. Sita ingin memberikan pesan yang jelas kepada Mayang bahwa perbuatannya tidak akan dibiarkan begitu saja.

"Mayang, adik angkatku! Jangan pernah berpikir kau bisa merebut apa yang aku miliki dengan gampang, bukankah kau bisa melihatnya! Mas Arjun tidak ingin jauh dariku! Dari sini kau paham bukan, jika istri sah lebih kuat dari seorang pelakor sepertimu!" cibir Sita dengan senyum kemenangannya. 

Mayang merasa terpukul mendengar kata-kata Sita yang penuh dengan keangkuhan. Dia tidak bisa membiarkan Sita merendahkan dirinya seperti itu. Emosi yang memuncak dalam dirinya membuatnya ingin memberikan balasan yang tepat.

hak orang lain.

Arjun hanya diam berdiri mematung, Arjun tidak bisa berbuat apapun saat ini. Baginya saat ini, dia tetap berada di samping Sita karena dirinya tidak ingin kembali miskin.

"Kau sekarang bisa berbahagia, Kak. Suatu hari nanti, kau akan datang kepadaku dan memberikan Mas Arjun kepadaku dengan suka rela," tantang Mayang menatap Sita tajam.

"Mas, kau urus saja dia. Aku nggak mau tau cepat usir dia, atau aku yang akan mengusir kalian berdua," pinta Sita, tidak tahan lagi berlama-lama menghadapi ocehan Mayang.

Sebenarnya, di balik raut wajah tegas dan sikap mengejeknya, terdapat kepedihan yang dalam. Sita sebenarnya masih merasakan luka yang dalam karena Mayang telah mencoba menghancurkan rumah tangganya. Kegagalan Mayang dalam merusak rumah tangga Sita hanya menjadi kepuasan sesaat bagi Sita. Dia tahu bahwa luka yang dirasakannya tidak akan hilang begitu saja.

Sita meringkuk di bawah tempat tidurnya dengan hati yang berat. Kamar yang sebelumnya terang benderang kini terendap kegelapan yang menggelayuti setiap sudut ruangan. Hembusan angin malam yang masuk melalui celah-celah jendela membuat suasana semakin dingin. Dalam kegelapan itu, Sita merasa seperti tenggelam dalam samudra kekosongan yang tak berujung.

Tiba-tiba, langkah kaki Arjun terdengar mendekat. Dalam kesedihannya, Sita memohon padanya dengan suara terisak, "Jangan hidupkan lampu, Mas!"

Arjun terkejut dengan permohonan Sita yang tak biasa. Namun, ia melihat kesedihan yang jelas terpancar dari matanya. Ia memutuskan untuk mematuhi permintaannya. Arjun kini duduk di sebelah Sita. Mereka berdua saling berdekatan, mencoba untuk menciptakan kehangatan di antara mereka. Arjun dengan santai menyelonjorkan salah satu kakinya, menunjukkan rasa kenyamanan yang dia rasakan. Di sisi lain, kaki yang lainnya dia tekuk dengan lembut. Dia menjaga postur tubuhnya agar tetap santai dan nyaman. Tangan Arjun dia biarkan beristirahat di atas kaki yang dia tekuk. 

Mereka berdua duduk di kegelapan, hening seperti malam yang menyelimuti mereka. Sita merasa beban di dadanya semakin berat, seperti batu yang terus menekannya. 

"Mas, apa karena aku tidak bisa memberimu keturunan, kau Setega ini kepadaku?"

Arjun mendengarkan dengan penuh perhatian, rasa bersalah semakin menguasai dirinya. Ia merasakan getaran emosi yang bergejolak dalam hatinya. Namun, ia tetap diam, memberi kesempatan pada Sita untuk melampiaskan semua kekesalannya.

Di sisi lain, Mayang terlihat lebih tenang meninggalkan rumah mewah Sita. Entah langkah apa yang akan dia tempuh untuk mendapatkan keadilan bagi anak yang dia kandung saat ini.

Kai Chang

Terimakasih sudah memapir di ceritaku, jangan lupa komen ya sayangku untuk semangat Authornya. Terimakasih

| 1

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status