Malam itu mobil berhenti di depan hotel kecil bergaya vintage yang tenang dan jauh dari keramaian. Juan turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Maia. Ia mengulurkan tangan, dan Maia menyambutnya hangat.
“Ini bukan hotel mewah. Tapi aku ingin malam ini hanya jadi milik kita. Tanpa gangguan, tanpa peran, tanpa nama. Hanya kau dan aku,” ucap Juan pelan.Maia menatap mata pria itu, merasa dadanya sesak oleh sesuatu yang indah, "Tanpa pura-pura," balasnya.Mereka masuk. Ruangan kamar hotel itu sederhana, tapi bersih dan hangat. Ada aroma bunga sedap malam dari lilin aroma terapi yang dinyalakan petugas sebelumnya. Di sudut meja, terdapat dua gelas teh melati yang masih mengepul.Sambil melepas jasnya, Juan mengambil ponsel. Dengan jemari lembut, ia mengetik sesuatu dan menunjukkannya pada Maia sebelum mengirim.“Kami sedang dalam perjalanan menjemput adik baru. Jangan tunggu kami malam ini, oke?”PeSuara sepatu menghantam tanah basah. Mike berlari, napasnya tersengal, jaketnya terbuka tertiup angin mendung walau hari masih siang. Mobilnya tadi bahkan belum sempat dimatikan, tapi dia sudah loncat keluar begitu melihat sosok itu berdiri di bawah pohon taman belakang.Maia Queen ada di sana, sendirian, dengan hoodie gelap dan mata tajam yang tak berubah sedikitpun sejak hari terakhir ia menutup mata memandang dunia.Mike tercekat. Langkahnya terhenti setengah meter di depan wanita itu. Dadanya naik turun dan tangannya gemetar.“B… Bos…?”Maia hanya menatapnya, datar. Tapi ada anggukan kecil, cukup untuk mengatakan, ‘ya, ini aku.’
Maia menarik napas panjang. Tubuhnya membeku, tapi pikirannya bekerja cepat. Ia menekan kembali ponsel ke telinganya. Suara berat dari seberang masih terdengar, napas si penculik sengaja dibiarkan terdengar jelas, seolah menikmati momen dominasi ini.“Apa yang kau inginkan?” tanya Maia, suaranya tajam, namun tetap dikendalikan.‘Tenang, Ruby Moon. Aku hanya kurir. Bukan aku yang punya masalah denganmu.’“Kalau begitu sampaikan ke orang yang bermasalah denganku, bahwa dia sedang bermain-main dengan neraka,” gumam Maia dingin.Tawa rendah terdengar dari balik telepon. Suara si penculik seperti menertawakan ancaman itu, namun terdengar seperti tertarik juga.‘Wah... sekarang aku mengerti kenapa klien kami begitu gelisah hanya karena satu nama, Ruby Moon. Kau memang... menantang.’“Bukan mena
Setelah beberapa saat bercengkrama dalam pelukan, Maia perlahan bangkit dari pelukan Juan. Rambutnya masih berantakan, matanya sembab manis karena baru bangun, tapi sorotnya berbeda. Ada sesuatu yang menyala di sana. Sesuatu yang belum pernah Juan lihat sebelumnya.Tanpa berkata-kata, Maia menyibak selimut dan duduk perlahan di atas tubuh Juan. Gerakannya mantap, percaya diri, dan sangat memikat.Juan menatapnya dengan mata membelalak kecil. “Wah, ini pemandangan paling sakral yang pernah aku lihat di pagi hari.”Maia tersenyum miring, “Sudah cukup semalaman kau menunggangiku. Sekarang sudah pagi waktunya wanita yang ambil kendali.”Juan tertawa pelan, tapi tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Jangan bilang kau nonton film dewasa diam-diam di ponselmu,” godanya, separuh bercanda.Maia menaikkan alis, “Kau pikir aku belajar dari mana?”Juan mengangkat tangannya, menyerah total.“Baiklah, baiklah... aku res
Malam itu mobil berhenti di depan hotel kecil bergaya vintage yang tenang dan jauh dari keramaian. Juan turun lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Maia. Ia mengulurkan tangan, dan Maia menyambutnya hangat.“Ini bukan hotel mewah. Tapi aku ingin malam ini hanya jadi milik kita. Tanpa gangguan, tanpa peran, tanpa nama. Hanya kau dan aku,” ucap Juan pelan.Maia menatap mata pria itu, merasa dadanya sesak oleh sesuatu yang indah, "Tanpa pura-pura," balasnya.Mereka masuk. Ruangan kamar hotel itu sederhana, tapi bersih dan hangat. Ada aroma bunga sedap malam dari lilin aroma terapi yang dinyalakan petugas sebelumnya. Di sudut meja, terdapat dua gelas teh melati yang masih mengepul.Sambil melepas jasnya, Juan mengambil ponsel. Dengan jemari lembut, ia mengetik sesuatu dan menunjukkannya pada Maia sebelum mengirim.“Kami sedang dalam perjalanan menjemput adik baru. Jangan tunggu kami malam ini, oke?”Pe
47 SIARAN LANGSUNG UNGKAPAN CINTAStudio TV Nasional dalam acara “Inspire Us Tonight”Lampu sorot menyinari panggung megah. Juan duduk gagah dengan senyum tenang, mengenakan jas navy elegan yang mempertegas pesonanya sebagai pimpinan tertinggi The Galaxy. Di hadapannya, sang host, Lauren, pembawa acara muda yang energik, memandu acara dengan antusiasme tinggi.“Pemirsa, malam ini kita kedatangan seorang pria luar biasa. Bukan hanya sukses di dunia bisnis di dunia entertainment, tapi juga dikenal sebagai pribadi rendah hati dan penuh inspirasi. Please welcome… Juan O’Neil!”Sorak penonton bergema. Juan membungkuk sedikit, menyapa dengan anggukan.Sete
Ia berjalan ke arah kulkas, membuka pintu dan mengambil sebotol air. Tapi pikirannya sudah melayang jauh, tentang gerakan spiral khas Maia.Tentang snack yang selalu ia dapat sebelum tugas.Tentang tatapan tajam yang bisa membuat anak buah paling liar sekalipun tiarap.Mike meneguk air dan berbisik dalam hati, ‘Kalau itu kau, Bos... apa yang kau lakukan di sini, menyamar jadi penyanyi dan tinggal di rumah pria berhati lembut seperti Juan?’Dan lebih dari itu, ‘Apa aku harus membiarkan kau tenggelam dalam dunia baru itu atau menarikmu kembali ke dunia lama yang pernah kita kuasai bersama?’