LOGINDikenal sebagai iblis wanita, sahabat malaikat maut, dan banyak lagi sebutan terkutuk untuk pewaris kelompok gangster sepertinya adalah hal biasa. Tapi tidak ada yang tahu jika Maia memiliki satu mimpi kecil yang konyol. Dia ingin memiliki hidup sederhana bersama suami dan anak yang dicintainya jika Tuhan memberinya kehidupan kedua. Maia mengganggap Tuhan sedang bosan saat menghidupkannya kembali setelah perang antar klan. Maia terbangun dalam tubuh wanita lain, seorang selebriti populer yang meninggal dalam penyesalan hidupnya. Mampukah Maia si wanita terkutuk memainkan perannya sebagai istri dan ibu yang baik menggantikan posisi sang selebriti? *** Baca juga karya saya: 1. Gelora Cinta Bos Berondong Manisku 2. Mantanmu Jadi Istri Bos 3. Istri Rahasia Presdir 4. Mantanku Gagal Move On 5. Ibu Susu Anak Pria Miskin 6. Istri Kecilku Bos Mafia
View More‘Pemenang Awards Artis Terpopuler tahun ini jatuh kepada…’ host di atas panggung mulai membawa perhatian semua orang semakin fokus padanya.
Wajah-wajah para nominator yang kesemuanya adalah artis papan atas yang digandrungi semua orang terlihat menegang. Tentu saja di benak masing-masing ingin sekali menerima piala yang terbuat dari emas murni tersebut sebagai artis terpopuler di Mine City tahun ini. ‘Pemenangnya adalah… Ruby Moon!’ Bersamaan dengan diumumkannya sang pemenang, musik kemenangan disuarakan menggelegar di panggung. Beriringan juga dengan riuh tepuk tangan dan sorakan selamat untuk wanita bergaun putih bak bidadari yang saat ini menjadi sorotan lampu utama. Ruby Moon, artis wanita yang duduk di barisan belakang menutup bibirnya karena kaget. Jantungnya berdebar kencang tanpa bisa dihentikan, seolah mengiringi air mata yang melapisi pupil kecoklatannya. Ruby memandangi sekelilingnya sebelum berjalan sambil memberi anggukan hormat pada para seniornya di dunia keartisan. Wanita itu semakin bercahaya saat tersenyum melihat layar besar yang menampilkan deretan film dan iklan yang pernah dibintanginya. ‘Selamat, Nona Ruby,’ host memberi selamat bersamaan dengan pemberian piala emas yang diidamkan semua artis di sana. ‘Terima kasih…’ jawab Ruby ramah, dan sesaat kemudian tepuk tangan semakin meriah saat pialanya diangkat ke atas dengan kebanggan besar. ‘Tanpa mengurangi rasa hormat, saya ucapkan pada para senior yang sudah masuk dalam nominasi. Kalian semua hebat. Saya merasa terhormat bisa berada di jajaran idola saya yang sangat hebat. Saya sangat berterima kasih pada Tuhan untuk kesempatan ini. Saya juga ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk orang-orang yang sudah mendukung dan percaya pada saya.’ Penonton yang sebagian besar merupakan artis terpandang terus tersenyum pada Ruby, meski sebagian besar adalah senior seperti yang Ruby sampaikan, tapi mereka menerima kekalahan dari pendatang baru itu tanpa berkecil hati. Itu karena Ruby si artis muda yang terkenal lewat film pertamanya merupakan artis yang rendah hati dan berbakat. Ruby bahkan pernah membintangi banyak iklan dan beberapa film dari sutradara pendatang baru dengan bayaran murah. Tapi siapa sangka aktingnya sebagai istri yang dibuang ternyata sukses dan menembus target pasar. ‘Dan yang terakhir saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada ayah saya yang saat ini sedang berada di rumah sakit. Saya tahu dia sedang menonton saya malam ini dari sana,’ ‘Ayah, terima kasih untuk kehidupan dan pengajaran berharga yang kau ajarkan untukku. Penghargaan ini untukmu, Ayah. Aku menyayangi Ayah…’ Sekali lagi riuh tepuk tangan dan sorakan bahagia diterima Ruby dengan kebanggan. Lebih dari siapapun, dirinya begitu mengharapkan kalau momentum kemenangan seperti ini akan terus dirasakannya setiap tahun dalam karirnya yang gemilang. Namun ternyata, penghargaan itu adalah satu-satunya penghargaan yang ia terima sebelum hidupnya hancur dalam satu malam sial berujung penyesalan sampai detik ini. Itu adalah kenangan indah sekaligus pahit di ingatannya. “Ayah, aku rindu Ayah. Maafkan anakmu yang bodoh ini,” ucapnya lirih pada bingkai foto di tangannya. Ingatannya tentang momen penghargaan lima tahun lalu itu kembali menenggelamkan hatinya dalam rasa bersalah. Air mata pun rasanya sudah dihabiskan selama lima tahun kelamnya itu. Seperti memakan kotorannya sendiri, Ruby lah yang paling tahu seperti apa rasanya penyesalan. Lima tahun lalu setelah acara awards usai, produser dan kru mengajaknya merayakan pesta kemenangan mereka. Ruby awalnya menolak, mengingat ayahnya butuh teman di rumah sakit. Akan tetapi euforia kemenangan membuatnya terlena hingga mabuk. Pagi itu rasa nyaris membuatnya terasa berdiri di atas danau beku yang jika ia melangkah maka permukaan danau itu akan hancur dan membuatnya tenggelam. Bagaimana tidak seperti itu ketika dirinya bangun dan tersadar sedang berada di pelukan seorang pria yang dikenal sebagai CEO dan miliarder sukses di Mine City. Dan ketika ia membuka ponselnya, kabar duka dari rumah sakit sukses membuatnya tenggelam dalam kehancuran. Belum kering tanah pemakaman sang ayah, sebulan kemudian dirinya dinyatakan hamil, dan itu jelas anak sang CEO. Dalam keputusan singkat, keduanya melangsungkan pernikahan bersyarat demi kebaikan bersama. Namun, bahkan setelah lima tahun pernikahan mereka, hubungan itu ibarat tali neraka yang seolah terus menariknya ke kematian. Karirnya sebagai artis hancur dan berakhir dengan harus di rumah saja. Alih-alih menjadi ibu dan istri yang baik di keluarga O’Neil, Ruby malah terus terpuruk karena merasa menjadi anak dan manusia yang gagal. Sejak melahirkan putranya bahkan sampai lima tahun pernikahannya, terhitung puluhan kali Ruby melakukan hal konyol dengan meminum obat tidur dengan dosis berlebih, berharap mendapatkan ketenangan saat matanya tertutup. “Aku sudah bertahan selama lima tahun, tapi kenapa aku tidak bisa bangkit dan terus merasa gagal, Ayah?” Lirihnya berucap sambil melirik botol obat tidur di tangan satunya, “Aku sudah lelah, Ayah,” sambungnya lalu meletakkan bingkai foto sang ayah. Ruby membuka tutup botol lalu menuangkan sembarang butir obat tidur ke telapak tangannya. Setelah itu, seperti orang kerasukan setan, Ruby menelan belasan pil di tangannya sambil menangis. “Juan, Leo, maafkan aku…” Hidup terasa berat dan menyakitkan baginya sampai hal bodoh seperti itu terus menerus dilakukan dan membuat tubuhnya lemah lalu rentan sakit. Alih-alih mati, dia sendiri juga tidak tahu kenapa Tuhan belum mengambil nyawanya. Namun, malam ini seperti berbeda. Belasan menit berlalu, dadanya terasa ngilu dan sesak, jantungnya berdebar kencang dan panas, perutnya bereaksi hebat dan menyakitkan, membuatnya seperti merasa kematian begitu dekat. Nyatanya, kematian tidak seindah yang selalu dibayangkannya. Itu sangat sakit. Ruby mengalami kejang dengan mulut berbusa sebelum akhirnya tidak sadarkan diri. Hidup yang seharusnya sempurna malah terasa menyedihkan. *** Fajar menyingsing, wanita itu mulai sadar saat suara seorang wanita lain terdengar memanggil nama orang lain yang sepertinya pernah ia dengar. “Nyonya Ruby, bangunlah. Kau harus segera bersiap, Nyonya,” suara itu terdengar lagi tapi mata Ruby tak kunjung membuka. Jantungnya masih terasa begitu nyeri dan kepalanya pusing. “Nyonya, kumohon bangunlah atau kau akan terkena masalah karena Tuan Besar marah lagi,” panggilan itu terdengar lagi, dan karena Ruby tidak merasa bukan dirinya yang dipanggil, jadi ia tetap mengabaikan suara itu. ‘Nyonya Ruby siapa? Tuan Besar apa? Memangnya siapa yang berani memarahiku? Aku adalah Maia, tahu?’ dalam hatinya ia menertawakan suara wanita yang didengarkannya sejak tadi. Namun ketenangan Ruby dalam pejaman matanya terusik saat tubuhnya seperti disentuh dan sedikit diguncang bersamaan dengan suara wanita yang kini berada di sampingnya. “Nyonya, bangunlah. Kau harus bangun dan membersihkan tubuhmu. Aku juga akan membereskan kekacauan ini,” kali ini suara wanita itu terdengar lebih mendesak. Ruby yang mulai merasa aneh mencoba membuka mata. Perlahan cahaya mulai terlihat meskipun samar. ‘Di mana aku? Kenapa aku di sini?’ Ruby bergumam heran dalam hati ketika pandangannya yang mulai jelas melihat langit-langit ruangan tempatnya berada, berbeda dengan ingatannya terakhir kali yang berada di gudang tua berkarat. Ruangan penuh nuansa putih-kuning keemasan yang cerah memanjakan matanya. Jarang sekali ia melihat suasana gemerlapan seperti itu sebelumnya. Itu seperti kamar seorang princess. “Nyonya Ruby, kau mendengarku? Kau sudah bangun, kan? Kalau begitu mari ikut aku, aku sudah siapkan air untuk mandi, Nyonya. Mari kubantu agar lebih cepat,” ucapan wanita yang sejak tadi memanggil langsung membuat mata malas Ruby terbuka lebar. Ia tidak lagi menyusuri keindahan ruangan di tempatnya berada melainkan langsung menoleh pada wanita yang ada di dekatnya. “Kau mau memandikanku?!” satu kalimat spontan keluar dari bibir Ruby bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang refleks duduk karena kaget. ‘Sebenarnya apa yang terjadi?’Setelah pemotongan kue selesai dan para tamu mulai larut dalam musik serta jamuan malam, Ruby menyelinap keluar dari kerumunan. Di balkon samping aula, ia menemukan Maia berdiri seorang diri, memandang lampu-lampu kota yang berkilauan di bawah langit malam.Ruby melangkah pelan mendekat, ujung gaunnya bergemerisik lembut, “Aku tahu kau akan sembunyi sebentar,” katanya pelan, menyandarkan diri di pagar balkon, “Pasti kurang nyaman ketika kau berada di tengah banyak orang yang bukan musuh yang harus dibunuh, melainkan tamu undangan pernikahanmu sendiri.”“Itu pujian atau ejekan?” Maia menoleh dan tersenyum kecil, “Kau hafal kebiasaanku dari ingatanku sendiri. Itu curang namanya.”“Bukan curang. Anggap saja aku mantan ‘rekan kerja’ sekaligus sahabat setengah gilamu, haha. Tentu saja aku akan tahu,” Ruby menimpali sambil tertawa ringan.Untuk sesaat keduanya terdiam, menikmati semilir angin malam. Suasana terasa hangat meski kata-kata tak banyak terucap.“Ruby,” Maia membuka suara lagi, na
Setelah tepuk tangan mereda, MC kembali maju dan mengangkat mikrofon.“Baiklah, sebelum kita memotong kue, mari kita dengarkan ucapan dari orang-orang terdekat kedua mempelai. Keluarga, sahabat, atau siapa pun yang merasa punya pesan khusus, silakan maju ke depan!”Seketika suasana menjadi riuh. Semua mata tertuju pada deretan meja tempat para sahabat dan keluarga inti duduk.Ruby, yang sejak tadi duduk tenang dengan senyum menawan, berdiri pertama kali. Gaun anggunnya berkilau di bawah lampu kristal.Ruby melangkah ke panggung dengan langkah pasti, mengambil mikrofon dari MC.“Pertama-tama, selamat untuk kalian berdua,” ucapnya, menatap Maia dengan tatapan yang hanya bisa dimengerti oleh dua wanita yang pernah berbagi rahasia besar.“Maia, aku tahu betapa sulit perjalananmu sampai di sini. Dan Juan…” Ruby menoleh pada Juan, bibirnya melengkung nakal, “…terima kasih sudah mendenga
Hari ini di Aurum Royale Hotel sedang diadakan sebuah acara yang begitu meriah. Pasalnya, hari ini merupakan hari pernikahan putra sulung keluarga O’Neil dengan seorang wanita yang kisah hidupnya telah mengguncang dunia.Tentu saja, itu adalah Juan O’Neil dan Maia Queen.Sejak pagi, aula megah hotel telah dipenuhi tamu undangan yang datang dari berbagai kalangan. Bukan hanya para pebisnis ternama, tetapi juga tokoh-tokoh penting keamanan negara, serta beberapa kolega Blood Lotus yang secara mengejutkan hadir dengan senyum tulus.Hari bahagia ini menjadi bukti bahwa semua luka dan rahasia kelam yang pernah mengitari hidup mereka perlahan menemukan tempat untuk disembuhkan.‘Ya! Sebelum kue pernikahan kita potong, izinkan aku mengajak seluruh tamu undangan untuk bersama-sama mendengarkan doa terbaik untuk kedua mempelai yang berbahagia ini!’MC acara itu berhasil membuat suasana aula semakin riuh oleh tepuk tangan.
"Kenapa kau datang?" Maia langsung bertanya pada Juan. Kini mereka duduk berdua di tempat sebelumnya, di mana Juan mendapati Maia dan Isac tadi.Maia berbohong, ia tidak mengajak Juan ke kamarnya untuk menemui Maia, tapi mengajak Juan untuk bicara berdua."Pertanyaan apa itu? Setelah berbulan-bulan lamanya hanya kalimat itu yang kau tanyakan padaku?" Juan memprotes, "Maia, kau kenapa? Apa kau tidak merindukanku?" sambungnya berucap lembut sambil menarik tangan Maia untuk digenggam."Kenapa kau selalu menghindariku saat menelepon Leo? Salahku apa, Maia?" Juan kembali bertanya."Bukan kau yang salah, tapi aku," Maia menjawab dan membalas tatapan Juan, "Aku yang salah karena sebelumnya berharap banyak darimu." Sambungnya."Apa maksudmu?""Aku salah karena berharap banyak darimu. Aku terlalu besar kepala dan percaya diri kalau kau mengerti perasaanku.""Aku memang mencintaimu, walaupun perasaan itu kusadari lambat dan aku belum mengucapka
"Ini semua karena kau yang membuat rumit Bos. Untuk apa kau mengatakan pada Luca kalau Bos bisa didekati?” Mike menjawab sambil terkekeh, “Tunggulah kemarahan Bos. Aku tidak ikut-ikutan.” Ejeknya.“Aku juga.” Sylas menambahkan.“Apalagi aku. Aku mau pergi, ada urusan. Bye, Axel.” Icarus lebih memilih menghindar dari sana daripada ikut menjadi sasaran Maia.“Aku tamat." Axel menepuk jidadnya sendiri menyesali kebodohannya."Tuan Mike, siapa pria itu?" ayah Luca bertanya heran."Dia–," ucapan Mike terhenti, tapi kali ini bukan karena Axel, melainkan Juan sendiri."Aku Juan O'Neil, pemilik O'Neil Corporations dan The Galaxy dari MineTown. Pasti nama perusahaan kami masih asing terdengar di Semenanjung Thai, khusunya Distrik Tujuh," Juan menjawab dengan bangga, "...dan aku datang untuk membawa pulang calon istriku." sambungnya lagi.Senyuman simpul terlihat di bibir Mike dan rasa tenang terlihat sekali dari wajahnya."Tuan O’Neil, duduklah. Kau pasti lelah," Mike menyambut Juan, “Di mana
Luca mendengkus napas kasar sambil tersenyum miris, "Itu alasan kuno, Maia. Mana mungkin perempuan muda sepertimu memiliki anak yang usianya lima tahun. Kenapa tidak sekalian saja kau mengatakan kalau kau sudah memiliki suami? Kau konyol." sambungnya berucap miris."Aku–,""Dia memang sudah punya anak berusia lima tahun. Dia bahkan sudah memiliki calon suami yang akan menjemputnya kembali ke MineTown."Ucapan Maia terpotong dengan suara berat pria yang sepertinya ia kenal. Maia menoleh ke belakang, tempat di mana sumber suara berasal."J-Juan? Kau di sini?" sebutnya gagap. Luca ikut menoleh ke belakang dan mendapati ada seorang pria yang berdiri sambil menggendong seorang anak laki-laki yang tertidur di pelukannya."Sedang apa kau di situ? Bangunlah dan bawa anak kita ke dalam. Pinggangku hampir patah karena sepanjang jalan menggendong Leo yang tertidur." pria yang memang benar adalah Juan menyambung kalimatnya dengan omelan khasnya.Mendengar omelan itu membuat Maia langsung bangkit






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments