Dikenal sebagai iblis wanita, sahabat malaikat maut, dan banyak lagi sebutan terkutuk untuk pewaris kelompok gangster sepertinya adalah hal biasa. Tapi tidak ada yang tahu jika Maia memiliki satu mimpi kecil yang konyol. Dia ingin memiliki hidup sederhana bersama suami dan anak yang dicintainya jika Tuhan memberinya kehidupan kedua. Maia mengganggap Tuhan sedang bosan saat menghidupkannya kembali setelah perang antar klan. Maia terbangun dalam tubuh wanita lain, seorang selebriti populer yang meninggal dalam penyesalan hidupnya. Mampukah Maia si wanita terkutuk memainkan perannya sebagai istri dan ibu yang baik menggantikan posisi sang selebriti?
Ver más‘Pemenang Awards Artis Terpopuler tahun ini jatuh kepada…’ host di atas panggung mulai membawa perhatian semua orang semakin fokus padanya.
Wajah-wajah para nominator yang kesemuanya adalah artis papan atas yang digandrungi semua orang terlihat menegang. Tentu saja di benak masing-masing ingin sekali menerima piala yang terbuat dari emas murni tersebut sebagai artis terpopuler di Mine City tahun ini. ‘Pemenangnya adalah… Ruby Moon!’ Bersamaan dengan diumumkannya sang pemenang, musik kemenangan disuarakan menggelegar di panggung. Beriringan juga dengan riuh tepuk tangan dan sorakan selamat untuk wanita bergaun putih bak bidadari yang saat ini menjadi sorotan lampu utama. Ruby Moon, artis wanita yang duduk di barisan belakang menutup bibirnya karena kaget. Jantungnya berdebar kencang tanpa bisa dihentikan, seolah mengiringi air mata yang melapisi pupil kecoklatannya. Ruby memandangi sekelilingnya sebelum berjalan sambil memberi anggukan hormat pada para seniornya di dunia keartisan. Wanita itu semakin bercahaya saat tersenyum melihat layar besar yang menampilkan deretan film dan iklan yang pernah dibintanginya. ‘Selamat, Nona Ruby,’ host memberi selamat bersamaan dengan pemberian piala emas yang diidamkan semua artis di sana. ‘Terima kasih…’ jawab Ruby ramah, dan sesaat kemudian tepuk tangan semakin meriah saat pialanya diangkat ke atas dengan kebanggan besar. ‘Tanpa mengurangi rasa hormat, saya ucapkan pada para senior yang sudah masuk dalam nominasi. Kalian semua hebat. Saya merasa terhormat bisa berada di jajaran idola saya yang sangat hebat. Saya sangat berterima kasih pada Tuhan untuk kesempatan ini. Saya juga ingin mengucapkan banyak terima kasih untuk orang-orang yang sudah mendukung dan percaya pada saya.’ Penonton yang sebagian besar merupakan artis terpandang terus tersenyum pada Ruby, meski sebagian besar adalah senior seperti yang Ruby sampaikan, tapi mereka menerima kekalahan dari pendatang baru itu tanpa berkecil hati. Itu karena Ruby si artis muda yang terkenal lewat film pertamanya merupakan artis yang rendah hati dan berbakat. Ruby bahkan pernah membintangi banyak iklan dan beberapa film dari sutradara pendatang baru dengan bayaran murah. Tapi siapa sangka aktingnya sebagai istri yang dibuang ternyata sukses dan menembus target pasar. ‘Dan yang terakhir saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya pada ayah saya yang saat ini sedang berada di rumah sakit. Saya tahu dia sedang menonton saya malam ini dari sana,’ ‘Ayah, terima kasih untuk kehidupan dan pengajaran berharga yang kau ajarkan untukku. Penghargaan ini untukmu, Ayah. Aku menyayangi Ayah…’ Sekali lagi riuh tepuk tangan dan sorakan bahagia diterima Ruby dengan kebanggan. Lebih dari siapapun, dirinya begitu mengharapkan kalau momentum kemenangan seperti ini akan terus dirasakannya setiap tahun dalam karirnya yang gemilang. Namun ternyata, penghargaan itu adalah satu-satunya penghargaan yang ia terima sebelum hidupnya hancur dalam satu malam sial berujung penyesalan sampai detik ini. Itu adalah kenangan indah sekaligus pahit di ingatannya. “Ayah, aku rindu Ayah. Maafkan anakmu yang bodoh ini,” ucapnya lirih pada bingkai foto di tangannya. Ingatannya tentang momen penghargaan lima tahun lalu itu kembali menenggelamkan hatinya dalam rasa bersalah. Air mata pun rasanya sudah dihabiskan selama lima tahun kelamnya itu. Seperti memakan kotorannya sendiri, Ruby lah yang paling tahu seperti apa rasanya penyesalan. Lima tahun lalu setelah acara awards usai, produser dan kru mengajaknya merayakan pesta kemenangan mereka. Ruby awalnya menolak, mengingat ayahnya butuh teman di rumah sakit. Akan tetapi euforia kemenangan membuatnya terlena hingga mabuk. Pagi itu rasa nyaris membuatnya terasa berdiri di atas danau beku yang jika ia melangkah maka permukaan danau itu akan hancur dan membuatnya tenggelam. Bagaimana tidak seperti itu ketika dirinya bangun dan tersadar sedang berada di pelukan seorang pria yang dikenal sebagai CEO dan miliarder sukses di Mine City. Dan ketika ia membuka ponselnya, kabar duka dari rumah sakit sukses membuatnya tenggelam dalam kehancuran. Belum kering tanah pemakaman sang ayah, sebulan kemudian dirinya dinyatakan hamil, dan itu jelas anak sang CEO. Dalam keputusan singkat, keduanya melangsungkan pernikahan bersyarat demi kebaikan bersama. Namun, bahkan setelah lima tahun pernikahan mereka, hubungan itu ibarat tali neraka yang seolah terus menariknya ke kematian. Karirnya sebagai artis hancur dan berakhir dengan harus di rumah saja. Alih-alih menjadi ibu dan istri yang baik di keluarga O’Neil, Ruby malah terus terpuruk karena merasa menjadi anak dan manusia yang gagal. Sejak melahirkan putranya bahkan sampai lima tahun pernikahannya, terhitung puluhan kali Ruby melakukan hal konyol dengan meminum obat tidur dengan dosis berlebih, berharap mendapatkan ketenangan saat matanya tertutup. “Aku sudah bertahan selama lima tahun, tapi kenapa aku tidak bisa bangkit dan terus merasa gagal, Ayah?” Lirihnya berucap sambil melirik botol obat tidur di tangan satunya, “Aku sudah lelah, Ayah,” sambungnya lalu meletakkan bingkai foto sang ayah. Ruby membuka tutup botol lalu menuangkan sembarang butir obat tidur ke telapak tangannya. Setelah itu, seperti orang kerasukan setan, Ruby menelan belasan pil di tangannya sambil menangis. “Juan, Leo, maafkan aku…” Hidup terasa berat dan menyakitkan baginya sampai hal bodoh seperti itu terus menerus dilakukan dan membuat tubuhnya lemah lalu rentan sakit. Alih-alih mati, dia sendiri juga tidak tahu kenapa Tuhan belum mengambil nyawanya. Namun, malam ini seperti berbeda. Belasan menit berlalu, dadanya terasa ngilu dan sesak, jantungnya berdebar kencang dan panas, perutnya bereaksi hebat dan menyakitkan, membuatnya seperti merasa kematian begitu dekat. Nyatanya, kematian tidak seindah yang selalu dibayangkannya. Itu sangat sakit. Ruby mengalami kejang dengan mulut berbusa sebelum akhirnya tidak sadarkan diri. Hidup yang seharusnya sempurna malah terasa menyedihkan. *** Fajar menyingsing, wanita itu mulai sadar saat suara seorang wanita lain terdengar memanggil nama orang lain yang sepertinya pernah ia dengar. “Nyonya Ruby, bangunlah. Kau harus segera bersiap, Nyonya,” suara itu terdengar lagi tapi mata Ruby tak kunjung membuka. Jantungnya masih terasa begitu nyeri dan kepalanya pusing. “Nyonya, kumohon bangunlah atau kau akan terkena masalah karena Tuan Besar marah lagi,” panggilan itu terdengar lagi, dan karena Ruby tidak merasa bukan dirinya yang dipanggil, jadi ia tetap mengabaikan suara itu. ‘Nyonya Ruby siapa? Tuan Besar apa? Memangnya siapa yang berani memarahiku? Aku adalah Maia, tahu?’ dalam hatinya ia menertawakan suara wanita yang didengarkannya sejak tadi. Namun ketenangan Ruby dalam pejaman matanya terusik saat tubuhnya seperti disentuh dan sedikit diguncang bersamaan dengan suara wanita yang kini berada di sampingnya. “Nyonya, bangunlah. Kau harus bangun dan membersihkan tubuhmu. Aku juga akan membereskan kekacauan ini,” kali ini suara wanita itu terdengar lebih mendesak. Ruby yang mulai merasa aneh mencoba membuka mata. Perlahan cahaya mulai terlihat meskipun samar. ‘Di mana aku? Kenapa aku di sini?’ Ruby bergumam heran dalam hati ketika pandangannya yang mulai jelas melihat langit-langit ruangan tempatnya berada, berbeda dengan ingatannya terakhir kali yang berada di gudang tua berkarat. Ruangan penuh nuansa putih-kuning keemasan yang cerah memanjakan matanya. Jarang sekali ia melihat suasana gemerlapan seperti itu sebelumnya. Itu seperti kamar seorang princess. “Nyonya Ruby, kau mendengarku? Kau sudah bangun, kan? Kalau begitu mari ikut aku, aku sudah siapkan air untuk mandi, Nyonya. Mari kubantu agar lebih cepat,” ucapan wanita yang sejak tadi memanggil langsung membuat mata malas Ruby terbuka lebar. Ia tidak lagi menyusuri keindahan ruangan di tempatnya berada melainkan langsung menoleh pada wanita yang ada di dekatnya. “Kau mau memandikanku?!” satu kalimat spontan keluar dari bibir Ruby bersamaan dengan gerakan tubuhnya yang refleks duduk karena kaget. ‘Sebenarnya apa yang terjadi?’“Bukankah dia adalah seorang IronClaw yang hebat dan aku hanya bos gangster tanpa keterampilan apapun? Bukankah itu yang dikatakannya padaku tadi?” Diego menjawab dengan ejekan."Bajingan!" Mike bergumam sembari memaki Diego. Mike bangun perlahan dan berusaha menahan rasa sakitnya saat ini, untuk mempersiapkan diri melawannya."Aku baik-baik saja, Bos. Hanya tertembak di lengan bukan berarti aku akan langsung kalah dengan bajingan itu." ucap Mike dengan napas terengah.Maia mengangguk mengerti, kemudian pandangannya ia edarkan pada Monica yang terisak di samping anak buahnya yang lain."Monica, apa Valeria baik-baik saja?" Maia masih sempat bertanya tentang keadaan bayinya pada Monica."Setelah banyak keburukan yang kami alami, aku masih bisa menjaga Valeria untukmu, Ruby. Jika bisa, tolong akhiri kekejaman ini," jawab Monica dengan lirih. Maia mengangguk lagi sembari mengusap lelehan air matanya."Ayo kita mulai!" ucap Luna yang telah menunggunya dengan senyuman mengejek lalu segera
“Melihatmu sudah berani membunuh banyak orang dan terlihat nyaman berdiri di kumpulan anak buah Diego, itu artinya kau sangat siap menyambutku,” ucap Maia dingin."Tenang saja, aku tidak akan mengecewakanmu yang sepertinya sangat ingin melawanku. Mari kita lihat seberapa banyak kemampuan dan setinggi apa kepercayaan dirimu untuk melawanku,”“Aku juga akan lihat seperti apa wanita murahan yang dulu selalu menjilat kakiku, kini dipelihara sebagai anjing oleh ular seperti Diego." Sambung Maia tanpa tersenyum dan menatap tajam ke arah Luna.“Terima kasih, aku anggap itu pujian. Ah, aku semakin bersemangat untuk menguji kemampuanku setelah latihan setahun ini. Kuharap kau tidak menyimpan tenagamu, Maia Queen yang hebat." Luna membalas dengan nada sindiran. Ia terlihat siap dengan membuka jaket kulit di tubuhnya.Maia sedikit terkesiap melihat bentuk tubuh Rose yang dikenalnya dulu lemah, kini terlihat lebih tegap dan padat. Di len
"Wanita bajingan! Kau memakaikan bom pada tubuh anakku?! Kau benar-benar iblis sesungguhnya, Rose!" teriak Maia yang sangat marah, tapi suaranya tidak cukup sampai ke telinga Luna.Jadi, wanita it uterus saja bicara dengan pengeras suara di tangannya.‘Tidak hanya di pada putramu tapi juga di pinggang wanita itu.’‘Jadi tembak mati saja aku sesukamu kalau kau tidak sayang dengan nyawa ketiganya. Pemicu bomnya ada pada bos kami dank au kenal dia. Diego.’‘Dia akan tahu jika aku mati, maka pemicu bomnya akan langsung ditekannya dan anak-anak ini akan langsung… Booom!!!’Luna sangat santai, berikut tawa mengerikan yang tetap terdengar darinya.‘Jadi keluarlah sekarang atau akan kupukuli anak-anak ini sampai mati tepat di pantauanmu!’‘Dan ya, beritahukan pada para anak buahmu agar tidak melakukan pergerakan lagi atau kalian semua akan melihatku dan keluargamu ini meledak di tempat ini!’ Luna kembali mengancam.Semua orang memang diam dan membuat Luna tertawa puas, tapi dia tidak tahu jik
Seorang anak buah Diego menghampiri Luna dengan panik hingga Luna dan Leo serta Monica menoleh ke arah yang sama.“Nona, Bos belum datang tapi kita sudah diserang! Banyak orang-orang kita yang sudah mati tertembak di batas masuk wilayah depan!” anak buah Diego melaporkan situasi pada Luna.“Sial! Jadi wanita itu sudah sampai lebih dulu sebelum waktunya, ha? Baiklah, aku yang akan menghadapinya.”“Kalian tahan dulu serangannya sebelum dia masuk ke dalam. Usahakan jangan mati karena kita harus menunggu Diego datang.”“Aku akan menyiapkan anak dan wanita ini dulu.”Semua orang nampak panik dan berjaga. Begitu pula Luna yang terlihat langsung mengambil sesuatu di sebuah kotak kayu yang cukup besar. Dari dalam kotak tersebut, Luna menunjukkan sesuatu yang membuat Monica langsung ketakutan. Leo juga kaget, tapi dia tetap diam dan malah lebih memikirkan siapa wanita yang akan datang dan membuat Luna panik. Tapi matanya sangat serius memperhatikan benda di tangan Luna.***"IronClaw, di arah
Di sisi lain, Sylas menyiapkan mobil anti peluru yang dilapisi baja hitam matte. Kaca tebal berlapis kevlar, ban run-flat, dan mesin yang menderu halus tapi bertenaga.Lalu ia datang sambil menyerahkan kotak medis tempur pada Maia, “Ini persediaan racikan khusus, Bos. Ini akan menahan rasa sakitmu sementara. Sisanya kau harus andalkan tekadmu sendiri.”“Aku tahu.” Maia menerima tanpa banyak kata.Icarus mendekat ke semuanya untuk memberi seperangkat jam tangan komunikasi lengkap dengan earpick-nya, “Kita berkomunikasi dengan ini agar lebih praktis.“Semua segera menggunakan alat canggih yang diberikan Icarus. Sorot mata semuanya terlihat dingin dan kini menatap kendaraan lapis baja yang siap berangkat.Mike melirik armada senjata itu, suaranya pelan tapi penuh tekanan, “Dengan ini, mereka tidak akan tahu apa yang menimpa mereka di depan.”Hening sesaat. Hanya suara klik senjata saat dimasukkan ke dalam magazine, suara pintu baja ditutup rapat, dan langkah serentak para anggota Blood L
"Beri aku alasan agar aku tidak semakin marah dan membunuhmu."Kalimat Diego itu singkat padat jelas. Di satu sisi, dia masih marah sekali pada insiden hancurnya markas di Texira.Dan di sisi lain, ia masih menyimpan kesal pada Luna yang lancang bergerak tanpa perintah, ditambah membunuh Phantom juga.“Alasan?” Luna terkekeh pelan, tapi tawanya hambar, penuh getir, “Jangan membalikkan keadaan padaku, Diego. Kau yang seharusnya memberi penjelasan. Kau menutup-nutupi sesuatu dariku selama ini, dan kau kira aku tidak akan tahu?”Suara Diego berat, terkontrol, tapi dingin seperti baja, “Kau sudah kelewatan, Luna. Kau bergerak tanpa izin. Menghancurkan rantai yang kususun. Dan parahnya… kau singkirkan Phantom. Kau tahu apa akibatnya?”“Phantom?” Luna mendengus, matanya menyipit tajam meski Diego tak bisa melihatnya langsung, “Aku tidak peduli pada bajingan itu. Yang membuatku muak adalah… kau, Diego. Kau! Dengan segala rahasia busukmu.”Diego diam sesaat. Suara napasnya berat, menahan amar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comentarios