Setelah pemotongan kue selesai dan para tamu mulai larut dalam musik serta jamuan malam, Ruby menyelinap keluar dari kerumunan. Di balkon samping aula, ia menemukan Maia berdiri seorang diri, memandang lampu-lampu kota yang berkilauan di bawah langit malam.Ruby melangkah pelan mendekat, ujung gaunnya bergemerisik lembut, “Aku tahu kau akan sembunyi sebentar,” katanya pelan, menyandarkan diri di pagar balkon, “Pasti kurang nyaman ketika kau berada di tengah banyak orang yang bukan musuh yang harus dibunuh, melainkan tamu undangan pernikahanmu sendiri.”“Itu pujian atau ejekan?” Maia menoleh dan tersenyum kecil, “Kau hafal kebiasaanku dari ingatanku sendiri. Itu curang namanya.”“Bukan curang. Anggap saja aku mantan ‘rekan kerja’ sekaligus sahabat setengah gilamu, haha. Tentu saja aku akan tahu,” Ruby menimpali sambil tertawa ringan.Untuk sesaat keduanya terdiam, menikmati semilir ang
Setelah tepuk tangan mereda, MC kembali maju dan mengangkat mikrofon.“Baiklah, sebelum kita memotong kue, mari kita dengarkan ucapan dari orang-orang terdekat kedua mempelai. Keluarga, sahabat, atau siapa pun yang merasa punya pesan khusus, silakan maju ke depan!”Seketika suasana menjadi riuh. Semua mata tertuju pada deretan meja tempat para sahabat dan keluarga inti duduk.Ruby, yang sejak tadi duduk tenang dengan senyum menawan, berdiri pertama kali. Gaun anggunnya berkilau di bawah lampu kristal.Ruby melangkah ke panggung dengan langkah pasti, mengambil mikrofon dari MC.“Pertama-tama, selamat untuk kalian berdua,” ucapnya, menatap Maia dengan tatapan yang hanya bisa dimengerti oleh dua wanita yang pernah berbagi rahasia besar.“Maia, aku tahu betapa sulit perjalananmu sampai di sini. Dan Juan…” Ruby menoleh pada Juan, bibirnya melengkung nakal, “…terima kasih sudah mendenga
Hari ini di Aurum Royale Hotel sedang diadakan sebuah acara yang begitu meriah. Pasalnya, hari ini merupakan hari pernikahan putra sulung keluarga O’Neil dengan seorang wanita yang kisah hidupnya telah mengguncang dunia.Tentu saja, itu adalah Juan O’Neil dan Maia Queen.Sejak pagi, aula megah hotel telah dipenuhi tamu undangan yang datang dari berbagai kalangan. Bukan hanya para pebisnis ternama, tetapi juga tokoh-tokoh penting keamanan negara, serta beberapa kolega Blood Lotus yang secara mengejutkan hadir dengan senyum tulus.Hari bahagia ini menjadi bukti bahwa semua luka dan rahasia kelam yang pernah mengitari hidup mereka perlahan menemukan tempat untuk disembuhkan.‘Ya! Sebelum kue pernikahan kita potong, izinkan aku mengajak seluruh tamu undangan untuk bersama-sama mendengarkan doa terbaik untuk kedua mempelai yang berbahagia ini!’MC acara itu berhasil membuat suasana aula semakin riuh oleh tepuk tangan.
"Kenapa kau datang?" Maia langsung bertanya pada Juan. Kini mereka duduk berdua di tempat sebelumnya, di mana Juan mendapati Maia dan Isac tadi.Maia berbohong, ia tidak mengajak Juan ke kamarnya untuk menemui Maia, tapi mengajak Juan untuk bicara berdua."Pertanyaan apa itu? Setelah berbulan-bulan lamanya hanya kalimat itu yang kau tanyakan padaku?" Juan memprotes, "Maia, kau kenapa? Apa kau tidak merindukanku?" sambungnya berucap lembut sambil menarik tangan Maia untuk digenggam."Kenapa kau selalu menghindariku saat menelepon Leo? Salahku apa, Maia?" Juan kembali bertanya."Bukan kau yang salah, tapi aku," Maia menjawab dan membalas tatapan Juan, "Aku yang salah karena sebelumnya berharap banyak darimu." Sambungnya."Apa maksudmu?""Aku salah karena berharap banyak darimu. Aku terlalu besar kepala dan percaya diri kalau kau mengerti perasaanku.""Aku memang mencintaimu, walaupun perasaan itu kusadari lambat dan aku belum mengucapka
"Ini semua karena kau yang membuat rumit Bos. Untuk apa kau mengatakan pada Luca kalau Bos bisa didekati?” Mike menjawab sambil terkekeh, “Tunggulah kemarahan Bos. Aku tidak ikut-ikutan.” Ejeknya.“Aku juga.” Sylas menambahkan.“Apalagi aku. Aku mau pergi, ada urusan. Bye, Axel.” Icarus lebih memilih menghindar dari sana daripada ikut menjadi sasaran Maia.“Aku tamat." Axel menepuk jidadnya sendiri menyesali kebodohannya."Tuan Mike, siapa pria itu?" ayah Luca bertanya heran."Dia–," ucapan Mike terhenti, tapi kali ini bukan karena Axel, melainkan Juan sendiri."Aku Juan O'Neil, pemilik O'Neil Corporations dan The Galaxy dari MineTown. Pasti nama perusahaan kami masih asing terdengar di Semenanjung Thai, khusunya Distrik Tujuh," Juan menjawab dengan bangga, "...dan aku datang untuk membawa pulang calon istriku." sambungnya lagi.Senyuman simpul terlihat di bibir Mike dan rasa tenang terlihat sekali dari wajahnya."Tuan O’Neil, duduklah. Kau pasti lelah," Mike menyambut Juan, “Di mana
Luca mendengkus napas kasar sambil tersenyum miris, "Itu alasan kuno, Maia. Mana mungkin perempuan muda sepertimu memiliki anak yang usianya lima tahun. Kenapa tidak sekalian saja kau mengatakan kalau kau sudah memiliki suami? Kau konyol." sambungnya berucap miris."Aku–,""Dia memang sudah punya anak berusia lima tahun. Dia bahkan sudah memiliki calon suami yang akan menjemputnya kembali ke MineTown."Ucapan Maia terpotong dengan suara berat pria yang sepertinya ia kenal. Maia menoleh ke belakang, tempat di mana sumber suara berasal."J-Juan? Kau di sini?" sebutnya gagap. Luca ikut menoleh ke belakang dan mendapati ada seorang pria yang berdiri sambil menggendong seorang anak laki-laki yang tertidur di pelukannya."Sedang apa kau di situ? Bangunlah dan bawa anak kita ke dalam. Pinggangku hampir patah karena sepanjang jalan menggendong Leo yang tertidur." pria yang memang benar adalah Juan menyambung kalimatnya dengan omelan khasnya.Mendengar omelan itu membuat Maia langsung bangkit