"Baiklah, aku rasa kita sudah lari dari jalur pertemuan malam ini. Karena anak-anak kami sudah pulang dan berkumpul, mari kita pindah ke ruang makan untuk bersantap. Hidangan juga sudah disiapkan. Mari, silahkan, Tuan Hale." Tuan Martin mempersilahkan Vincen untuk pindah ke ruang makan.
Selain orang tua Juan, Vincen dan Monica, serta Jackson dan Leo menuju ruang makan, Juan dan Maia serta Maxim masih di tempat mereka semula.
Saling melempar pandangan dalam diam. Karena apa yang mereka rasakan saat ini adalah ketegangan dan perasaan yang tidak nyaman yang sama.
Mereka sama-sama merasakan ketidak beresan pada Vincen yang masih belum dapat mereka ungkap.
"Ayo kita ke sana juga. Jangan buat semua orang merasakan keanehan seperti kita." ajak Maia pada Juan dan Maxim.
Makan malam berlangsung tenang dengan selingan obrolan orang tua Juan dan Vincen.
Sekilas tidak ada yang mencurigakan, bahkan Vincen juga terlihat profesional karena sama
“Aku bahkan membongkar data Ruby Moon, mencari apa yang mengikatnya pada Bos. Hasilnya? Nihil. Jadi menurutmu, bagaimana aku bisa percaya padamu?”Juan hampir melangkah maju lagi, tapi Maia segera mengangkat tangan, menghentikan. Ekspresi wajahnya menunjukkan dilema, campuran kesal dan geli, “Juan, cukup.”Suaranya tenang tapi tegas, kini menoleh pada ketiga orangnya, “Apa ini? Kalian bertiga seperti anak kecil rebutan mainan. Dan kau—”Ia menoleh lagi pada Juan dengan senyum miring, “—seperti anak kecil yang ngotot tak mau berbagi.”Axel mengangkat alis, tapi tidak berani menatap Maia terlalu lama. Sylas hanya mendecak, sementara Icarus mendengus kecil, merasa tersindir tapi tak bisa melawan.Juan mengerutkan dahi, “Aku hanya… tidak suka cara mereka memperlakukanmu.”Maia akhirnya terkekeh kecil, meski matanya tetap menyiratkan sedikit lelah, “Kalian bertiga dan kau Juan. Kalian semua, di mataku sama saja. Terlalu keras kepala.”
Lorong rumah sakit sore itu sepi, hanya langkah Mike yang mendorong kursi roda Maia keluar dari ICU, bukan ke ruangan rawat, melainkan rooftop.Saat pintu terbuka, tiga sosok berdiri menunggu, Sylas, Icarus, dan Axel.Mereka bertiga langsung menegakkan tubuh, tapi bukan karena hormat, lebih karena kebingungan. Tatapan mereka tak pernah lepas dari Maia, namun tidak ada pengakuan di mata itu.Maia tersenyum samar, ‘Jadi kalian benar-benar tidak mengenaliku, ya? Baiklah, mari kita main sedikit…’Dengan suara lembut, ia berkata, “Jadi, kalian yang menjaga kami rumah sakit ini?”Ketiganya tidak bergeming.“Dokter Sylas, terima kasih untuk kerja kerasmu mengobatiku. Aku berhutang Budi padamu,” sambung Maia berucap lagi, tapi masih sama, tidak ada tanggapan apapun.“Tuan Icarus dan Tuan Axel. Kalian juga terlihat tangguh sekali. Aku jadi bingung harus bagaimana membayar hutang Budi ini pada kalian,”“Bagaimana kalau be
Hari terus berganti dengan meninggalkan kecemasan yang belum sepenuhnya ditelan sang malam.Leo dan Maxim yang telah sadar langsung dipindahkan ke ruangan lain, agar tidak mengganggu proses pemulihan Maia di ICU.Walau setelah diobati Sylas kondisi organ vital dan reaksi kehidupannya mulai stabil, tapi agaknya, Maia memang tengah mengalami tidur panjang.Pengawalan juga semakin ketat dari orang-orang dari ValeriaGPS yang berkonsentrasi di rumah sakit itu, namun hanya berbeda titiknya. Dan, untuk penyempurnaan pengawalan, Icarus dan Axel juga sudah menghandle atas permintaan Mike.Juan, setelah beberapa hari bersitegang dengan Sylas yang melarang ada yang mendekati wanita yang masih diketahuinya sebagai Ruby, kini bisa mendekat ke brankar istrinya.Wajah Juan mulai berubah meski hanya dalam beberapa hari. Rambutnya mulai memanjang, disertai dengan kumis tipis dan jambang yang membuat penampilannya lebih tua dari biasanya.Itu semua kare
“Kenapa kau lakukan ini?” tanya Maia waktu itu, masih terengah.Mike mengusap darah di bibirnya, lalu menatap lurus ke arahnya.“Karena Ayahmu sudah menarikku keluar dari kubangan sampah. Kau keluargaku sekarang. Dan keluarga… tidak aku biarkan mati.”Sejak saat itu, Maia tidak pernah lagi menyebutnya beban.Waktu menarik Maia ke momen mereka dewasa. Mike dijuluki Maia sesuai inginnya. Dia adalah Ironclaw—cakar besi yang lahir dari jalanan.Seumur hidupnya, Mike merasa berhutang hidup pada ayah angkatnya dan bersumpah menjaga Maia bagaimanapun caranya.Dan di lorong merah itu, Maia bisa melihat jelas… Mike selalu berdiri paling depan, sebagai bayangan pertamanya.*Kabut merah bergolak lagi setelah bayangan Mike menghilang. Lorong itu bergetar, seperti memuntahkan potongan memori lain.Kali ini, suara teriakan memenuhi udara. Bau obat kimia bercampur asap pembakaran obat menusuk hidung.Maia in
Di balik pintu kaca, Sylas sudah mulai bekerja lagi, sementara Icarus dan Axel berdiri di belakang Mike, tenang namun tetap seperti bayangan yang mengancam. Juan akhirnya hanya mendesis, "Aku tidak akan diam kalau ada yang terjadi pada anak dan istriku." Lalu dia pergi dengan langkah berat, masih dengan ribuan pertanyaan yang menghantui kepalanya. Mike menoleh sekilas pada Icarus dan Axel, lalu kembali menatap pintu ICU. Dia tahu, sekali saja kebenaran terucap, maka keluarga O’Neil akan jadi target pertama. Dan itu, adalah sesuatu yang bahkan Mike sendiri tak bisa melindungi. * Kembali ke ruangan di mana Sylas menggunakan tangan ajaibnya. Masih menunggu respon tubuh Maia setelah disuntikkan obat racikannya, kini Sylas berpindah ke brankar Maxim. Ia membantu mengobati dan mengurangi sakit yang Maxim derita pasca kecelakaan. Setelah merasa cukup di M
Di sisi ranjang, Sylas menarik napas panjang. Ia menurunkan kacamatanya sedikit, lalu dengan gerakan metodis mulai membaca rekam medis yang terhubung ke monitor di atas kepala pasien.Jari-jarinya cepat mengetik di tablet khusus yang ia keluarkan dari dalam jas, menyandingkan data rumah sakit dengan basis data medis pribadinya.Wajahnya tetap tenang, tapi sorot matanya tajam penuh kalkulasi. Setiap detik ia menganalisis grafik, denyut jantung, hingga respon saraf Maia.Sesekali ia memeriksa pupil dengan senter kecil, lalu memeriksa jaringan kulit, tekanan darah, dan respons refleks.“Tidak ada trauma fisik serius, fungsi organ stabil, tapi gelombang otak…” gumamnya rendah. Ia menatap grafik di monitor EEG yang bergelombang tidak normal, “Kau memilih berada di dalam… mimpi indahmu, sampai tidak ingin bangun, ya, Ruby Moon?”Nama itu ‘Ruby Moon’ meluncur begitu saja dari bibirnya, membuat