Beranda / Romansa / ISTRI SENILAI SAHAM / Untuk Pertama kalinya

Share

Untuk Pertama kalinya

Penulis: Sasacuap
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-06 20:17:35

Senja melangkah mundur, dia tidak menyangka kata – kata itu bisa keluar dari Rey, suaminya. Kepala Senja berulang kali menggeleng, masih menepis jika apa yang keluar dari mulut hitam Rey adalah benar. Tapi mata yang sudah terkena percikan membara itu, kini menatap Senja dengan sulutan emosi.

"Kenapa?! Dari awal kita menikah, bukankah kamu sudah tidak perawan lagi? Itu sudah menjadi bukti betapa rendah dan murahnya dirimu bukan?" desis Rey yang telah bangkit, dan bergerak maju mengikuti langkah Senja yang terus melangkah mundur.

Linangan air mata mulai membanjir di pipi Senja. Sekarang dirinya yakin, jika Rey sedang membuka bangkai yang telah lama Senja kubur rapat.

Senja yang sejak tadi melangkah mundur, kini menahan langkahnya. Tidak ada lagi langkah mundur bisa dia lakukan, setelah tubuhnya membentur nakas di ujung kamar.

Napas Senja mulai menderu, bersamaan dengan bulir deras yang jatuh dari pelupuk matanya tanpa henti. Badai perasaan sedang berkecamuk dan memporak porandakan jiwa dan raganya. Sampai Senja sendiri tidak sanggup lagi menyelamati perasaannya.

"Apa Mas bilang?! Mas yang tahu apa yang terjadi pada aku saat itu, kan?! Mas juga yang menerimaku, bukan?! Tapi kenapa sekarang..."

Lidah Senja terasa tercekat, bukan hal mudah bagi Senja berdamai dengan masa lalunya, tapi kenapa sekarang kembali paksa dia mengingatnya?

Rey tertawa hambar sekerasnya. Ruangan kedap suara itu, memantulkan suara tawa Rey, sampai mendenging sakit di telinga Senja sampai menusuk nyeri ke hatinya.

"Itukan hanya sekedar ceritamu saja. Bisa saja itu hanya karangan bukan? Agar kau tidak disalahkan. Jika saat malam pertama, aku mengetahui kau sudah tidak perawan lagi. Aku juga sudah berusaha selama lima tahun ini menerimamu. Tapi apa? Bayangan kau tidur dengan lelaki lain, membuat aku gila!" teriak Rey, matanya kian membola merah. Jari telunjuknya, bahkan sekarang menunjuk marah kearah Senja dengan lantang.

Senja yang mendengar penuturan Rey, sampai merasakan himpitan sesak hinaan. Apa selama pernikahan ini, Rey hanya berpura - pura menerimanya? Lalu, apa arti pengorbanan dia selama ini?

"Kau jahat Mas! Jahat! Aku kira selama ini, kau tulus menerimaku. Ternyata semua hanya kebusukanmu, agar bisa memanfaatkanku. Iyakan?!" raung Senja.

Rey semakin tertawa lebar. Tidak ada rasa iba dirinya sedikit pun untuk Senja, istrinya.

"Kau bilang, aku jahat?! Lalu, bagaimana dengan dirimu. Wanita yang tidak bisa menjaga kesucian untuk suaminya saja?! Apa salahnya, menurutiku? Bukankah, sebelum menikah denganku, dirimu sudah biasa melayani lelaki lain, selain suamimu?!" cecar Rey.

Rey kembali angkat bicara, "Harusnya kau bangga. Aku bisa menemukan keahlian dan kelebihanmu itu, dan tidak menganggapnya sebuah kekurangan. Sehingga perusahaanku semakin berkembang," sindir Rey.

Senja menghirup napas secara memburu, seakan takut kehabisan udara disekitarnya. Kepalan tangannya mengeram kuat, menahan gejolak emosi yang semakin ingin meledak. Dia tidak menyangka, jika Rey akan berpikir seperti itu tentangnya.

"Jika seperti itu, kenapa tidak sejak dulu mas menceraikan ku? Kenapa mas masih mempertahankan pernikahan kita? Jika aku memang buruk di matamu, Mas?" sesal Senja.

Sengaja Senja melemahkan suaranya yang tadi sempat meninggi. Dia sangat ingin mengakhiri segala pertikaian ini, hatinya sudah tidak sanggup, jika terus saja mengorek luka lama. Luka yang sempat membuat dirinya hampir saja terkena gangguan mental.

Bisakah waktu di ulang? Harusnya dia tidak percaya, jika ada lelaki yang bisa menerima kekurangannya itu. Tapi bujuk rayu Rey saat itu, sangatlah membuai untuknya.

"Cerai? Aku tidak akan pernah menceraikanmu Senja. Apa kau kira, aku lelaki bodoh? Aku masih membutuhkan mu Senja. Kau adalah barang barharga yang masih berguna, untuk aku manfaatkan," dengus Rey.

Senja menggigit bibir bawahnya sampai berdarah. Masih ada rasa setitik ketidak percayaan, tapi rasa sakit di tiap bagian tubuh dan hatinya. Sudah memperjelas semuanya. Bahwa semua ini bukanlah kebohongan. Bahwa semua yang dilakukan Rey padanya, hanya sandiwara semata.

"Aku bukan barang Mas. Aku tidak bisa kau gunakan, sesuka hatimu. Apalagi, sampai kau pinjamkan ke orang lain. Aku tidak mau! Tidak mau!!" histeris Senja.

Senja dengan berani maju kedepan, mengikis jarak antar dia dan juga Rey. Kepalan tangannya yang sudah sejak tadi menggenggam emosi, kini memukul - mukul bagian tubuh depan Rey sekuat tenaga.

Plaakkk!!!

"Berani kau denganku, hah?!"

Rey menampar keras pipi Senja. Tangan beruratnya, bahkan sekarang sedang menjambak rambut Senja dengan kuatnya, hingga kepala Senja mendongak keatas.

"Sakit, Mas..." rintih Senja.

Untuk pertama kalinya Rey berlaku kasar padanya...

"Sudah aku bilang, tadikan? Tidak ada yang bisa melawan ataupun membantahku di rumah ini. Semua harus menuruti perintahku," desis Rey. Suara yang keluar dari bibirnya, bersamaan dengan suara gesekan deretan gigi yang saling bersinggungan.

Senja kembali menggeleng, kali ini dia tidak akan menuruti kemauan Rey lagi. Sudah cukup kebodohannya bertahun - tahun, mempercayai cinta tulus Rey untuknya, nyatanya semua hanya kamuflase saja.

Rey tersenyum miring. "Kau mau membangkangku?! Kau mau membantahku, hah?!" geram Rey.

"Ya, aku tidak akan melakukannya lagi, aku tidak mau, walau kau terus memukulku, menamparku, serta menginjakku!" tantang Senja.

Tidak ada rasa takut pada diri Senja, walau Rey telah menyakitinya baik hati dan juga tubuhnya.

Rey kembali tertawa, seakan apa yang keluar dari mulut Senja sejak tadi, hanyalah perkataan lelucon saja.

"Kau bisa saja kuat Senja. Tapi bagaimana jika aku menyakit anakmu, hah? Apa kau masih kuat, dan tetap ingin melawanku?"ancam Rey.

Kedua bola mata Senja sampai membeliak, sekujur tubuhnya mulai merasakan berkucur keringat dingin.

"Mas, kamu tidak akan tega menyakiti Bumi, kan? Mas tidak akan membawa Bumi kedalam masalah kita kan? Bumi juga anakmu, Mas," jelas Senja dengan terbata.

Senja yang tadi menantang, kini menciut gemetar. Bahkan suaranya kian melembut, berharap hati Rey yang juga ikut meluluh.

"Anakku? Bagian diriku yang mana, menyatakan dia anakku? Bagian diriku yang mana, mirip dengannya?!" berang Rey.

Tangannya semakin menarik kuat rambut Senja, hingga Senja meraung kesakitan.

Air mata Senja, kembali mengalir deras. Dia baru tersadar, bagaimana perhatian Rey pada Bumi yang terlihat dingin. Inikah penyebabnya?

Senja bukan tidak sadar, jika Rey dan Bumi tidak memiliki keserupaan sedikitpun. Tapi, dia selalu menepis itu. Hatinya selalu saja mendokrin, jika Bumi adalah buah cinta dirinya dan juga Rey.

Sebodoh itu kah dirinya yang lalu, sampai baru menyadari segalanya sekarang. Atau, dia yang selalu menutup mata, demi mempertahankan pernikahannya?

Tapi, selama ini. Rey tidak pernah mengungkit akan hal itu, kenapa baru sekarang? Kenapa tidak saat Bumi baru lahir?

Rey kembali berulang menarik rambut Senja dengan kuat, sebelum kalimat peringatan kembali keluar dari mulutnya.

"Aku peringatkan sekali lagi, menuruti perintahku, atau Bumi yang akan menerima akibatnya?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Aku Baik-baik Saja

    Senja menghirup udara segar di daerah perkampungan. Biasa yang terpandang matanya adalah bangunan yang tinggi menjulang. Kini sepanjang mata yang memandang hanya hamparan hijau dari kebun dan juga sawah. Sungguj sangat menyegarkan matanya."Ma, mana permainannya. Kata mama disini ada permainan? Lihat ini," keluh Bumi. Dia menyodorkan gawainya yang sinyalnya sering hilang dan timbul, hingga dia tidak bisa bermain game yang ada di gawainya. "Bumi mau balik ke rumah ma," sungut Bumi. Terbiasa di kota, membuatnya sangat asing dengan daerah yang dia datangi, belum lagi orang-orang disekitarnya terlihat aneh baginya. Bagaimana tidak aneh, mereka semua memandang ke arah Bumi dengan mata yang tidak berkedip."Ma, Laura cantikkan? Kata nenek, dulu gadis cantik disinu, rambutnya di kepang dua," ucap Laura. Sangat berbeda dengan abangnya. Dia sangat semangat berada di kampung. Apalagi banyak tumbuhan bunga cantik disekitar rumah yang sangat jarang terlihat di kota."Sabar. Baru juga semalam. Kem

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mendekati Akhir

    "Ma, kita mau kemana?" tanya Bumi. Dia membantu mamanya meletakkan pakaiannya ke dalam koper."Kita akan berlibur. Kalian kan sedang liburan sekolah. Jadi kita akan ke kampung neneknya Laura. Sejak kamu lahir, belum pernah mama ajak ke daerah perkampungan," jelas Senja.Pagi ini, setelah suaminya berangkat kerja. Senja mengajak Bumi untuk berkemas. Dia tidak berniat meminta izin pada Langit. Karena sudah lama juga mereka berdua menjadi orang asing, seperti tidak saling mengenal. Bukan itu saja, bahkan suaminya memilih tidur di kamar yang lain, tidak seranjang bersamanya."Apa disana banyak permainan?" tanya Langit. Dia hanya tahu liburan selalu berhubungan dengan permainan."Ya, banyak. Disana banyak permainan yang tidak akan kamu temukan di kota," jelas Senja.Bola mata Bumi berbinar cerah. Dia jadi penasaran permainan seperti apa yang ada disana.Setelah memastikan barang yang akan dibawa sudah terkemas dengan baik. Senja mendatangi kamar Laura Dimana ada Ririn dan juga Laura di dal

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Haruskah mundur?

    "Dari mana kamu Senja?" tanya Ririn. Dia baru saja terbangun dari tidurnya. Tapi tidak menemukan Senja berada di atas ranjangnya. Dia sempat panik, tapi seketika hilang disaat melihat Senja sudah mulai masuk ke dalam kamar kembali."Hanya menghirup angin malam sebentar bu. Bosan rasanya di aras ranjang. Kebanyakan tidur, membuat Senja tidak bisa tidur kembali. Maaf sudah membuat ibu khawatir," jelas Senja. Dia berusaha tersenyum selebar mungkin, untuk menutupi hatinya yang sedang porak poranda.Balasan senyum diberikan Ririn. Walau wajah Senja tersenyum, dia bisa melihat mata Senja yang sendu. Seberapa banyak anaknya itu menutupi kesedihannya sendiri. Ingin Ririn medengar semua beban yang membuat sedih anak dari majikannya dulu itu."Besok sepertinya kita sudah bisa kembali bu. Senja sekalian mau ambil cuti. Rasanya ingin kembali merasakan suasana hijau, pasti tenang ya bu," celetuk Senja lagi. Dia sudah berjalan dan kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.Merasa Senja mengajaknya

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Harapan Kosong

    Lenguhan keluar dari bibir Senja. Pandangan Senja langsung bergerak liar untuk meraba area sekitarnya saat ini. Dia masih ingat, jika tadi dia masih berada di tamab rumah sakit, dia juga masih sadar, saat dirinya akan kehilangan kesadarannya."Kamu sudah sadar nak? Kenapa sampai bisa pingsan? Untung saja janinmu baik-baik saja," seru Ririn. Saat melihat Senja mulai membuka mata, dan seperti kencari sesuatu yang berada di dalam kamar inap yang mereka tempati.Tatapan Senja menyiratkan kekecewaannya. Tidak ada lagi rona warna bahagia terpantuk disana, hanya tinggal warna hitam dan putih saja. Di ruangan yang besar, ada satu tempat tidur untuknya. Tapi tidak ada suaminya disana. Dimana Langit? Apakah dia sesibuk itu dengan Aurora sekarang ini? Hingga tidak tahu keberadaan dan keadaan dia sekarang? Hati Senja merasa tusukan-tusukan duri tajam yang terus menusuk tanpa ampun."Kenapa? Cerita sama ibu, jangan pendam masalahmu sendiri. Apa kamu mencari suamimu? Apa perlu ibu memanggilnya, agar

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Mencoba Tegar

    Sudah beberapa hari berjalan, Senja dan Langit melakukan perang dingin. Langit dengan ego besarnya, selalu pergi bekerja terlebih dahulu, membiarkan Senja berangkat bersama supir mereka."Ma, papa kenapa?" tanya Bumi.Ternyata anak-anaknya juga sampai merasakan perbedaan yang terjadi diantara mereka."Papa sedang sangat sibuk. Jadi terburu-buru dan duluan pergi. Kalau mama kan sdang hamil," alasan Senja.Bumi menatap curiga pada mamanya. Tentu tatapan Langit langsung membuat mamanya salah tingkah, dan tidak berani membalas tatapan matanya."Laura, gimana sekolahnya. Teman barumu, masih mau terus dekat-dekat abang?" tanya Senja. Dia sengaja mengalihkan pembicaraan."Masih ma. Katanya dia mau ketemu dan berkenalan dengan calon mertuanya. Siapa sih ma, calon mertua itu? Sampai abang makin marah da mengusir kami," tanya Laura penasaran.Senja tersenyum tipis. Dia jadi penasaran dengan teman Laura. Kenapa bisa berpikir sedewasa itu. "Calon mertua itu, sebutan untuk mama, dan papa untuk pasa

  • ISTRI SENILAI SAHAM   Permintaan Bodoh

    "Kamu dari mana?" tanya Langit. Saat Senja kembali ke kantor. Langit sudah berada di ruangan mereka.Sebelum menjawab. Senja tersenyum pada suaminya. Menyiratkan jika dia baik-baik saja. "Mas pasti tahu, aku dari mana," jawab Senja.Helaan napas panjang keluar dari bibir Langit. Dia tahu, dia sempat menguntit istrinya tadi, dan dia juga terkejut dengan kondisi Aurora. Ada rasa bersalah dan ingin melindungi wanita yang dulu pernah mengisi hatinya."Jangan kesana lagi. Dia hanya masa lalu mas. Mas tidak mau kamu terluka," sahut Langit.Senyum Senja semakin melengkung. Kalimat Langit sudah memberitahukan jika suaminya tahu, jika di rumah sakit itu ada masa lalunya yang sedang terbaring lemah."Jangan marahi Maira. Dia hanya meminta tolong padaku. Aku sudah berjanji akan membantu biaya rumah sakit dan juga operasi temannya," jelas Senja. Lidahnya tidak bisa menyebut nama Aurora di depan suaminya."Terserahmu," jawab singkat Langit. Dia memilih melanjutkan pekerjaannya, daripada mengajak Se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status